▻☽⚜☾◅
09.12 KST
Jungkook telah sadarkan diri sejak tiga jam yang lalu. Kini pria itu mengambil posisi duduk bersender diatas bangsalnya hanya dengan menikmati tayangan televisi. Tubuhnya terasa tak berenergi untuk hanya sekedar diam, kondisi Jungkook belum benar-benar stabil.
Siapa yang mendonornya? Mungkinkah gadis itu?
Sejujurnya Jungkook merasa senang kala mengetahui dirinya telah mendapatkan keberuntungan hidup dan telah menjalankan operasi transplantasi. Namun disisi lain ia sangat gundah dan ingin memastikan sebuah sesuatu yang ia takutkan dan berharap sesuatu itu tidaklah kenyataannya.
Tentu menjadi pertanyaan besar mengapa seseorang begitu mudah memberikan kehidupan lebih lama untuknya. Ia tak bisa melega jika belum memastikan kejelasannya.
Jungkook meraih ponselnya yang berada diatas nakas sisi kanannya. Berkeinginan untuk menghubungi Guanlin agar datang menghampirinya ke rumah sakit.
Atensinya teralih pada notifikasi pesan dari satu hari yang lalu. Terdapat 3 pesan belum dibaca dari Daniel. Namun Jungkook tak jauh pada sifatnya yang begitu dingin. Hingga memilih abai dan melanjutkan tujuan utamanya untuk menghubungi Guanlin.
-
Eunha mengusak pucuk hidungnya yang terasa kaku. Saat ini gadis berambut sebahu itu sudah berada diarea rumah sakit tempat Yuju dan Jungkook di rawat. Melajukan kursi rodanya dengan perlahan dengan Yerin yang menemaninya.
Eunha dengan sengaja langsung meluncur ke rumah sakit setelah usai diupacara pemakaman Daniel. Dengan wajah yang masih terlihat sembab ia bersikeras ingin terjaga diruangan Jungkook setelah melihat keadaan Yuju yang terlihat masih belum sadarkan diri.
Eunha telah sampai tepat dihadapan ambang pintu ruang rawat Jungkook yang masih rapat tertutup. Yerin membukanya guna memudahkan Eunha untuk masuk terlebih dahulu.
"Jung? Ku kira kau masih belum sadar."
Jungkook dengan antusias menoleh kala mendengar suara yang akhir-akhir ini menjadi familiar, ekspresinya mengendur sedikit melega karena tibanya Eunha dengan keadaan baik-baik saja.
"Apa kau sudah memakan makan siangmu?" atensinya teralih pada porsi makan siangnya yang terletak disisi atas meja, benar ia tak sama sekali memakannya.
Mungkin nafsu makannya belum kembali. Namun sebisa mungkin Eunha mendesak Jungkook agar setidaknya pria itu mau mengisi perutnya sedikit saja. Meski kalimat keras kepala Jungkook selalu menamparnya, itu tak akan terasa, sebab ia hanya memperdulikan kondisi Jungkook.
"Apa kau tidak punya telinga? Aku tak ingin makan sekarang!."
"Sepertinya begitu, maka aku akan terus berceloteh dan jika kau ingin menghentikanku kau hanya harus memakannya. Apakah sesulit itu untuk mengisi perutmu, kau bahkan baru saja pulih dan kau harus meminum obatmu."
Bola mata Jungkook menatap kearah makanan yang dibawa oleh Eunha. Sejujurnya, pria itu juga merasakan kekeroncongan perutnya yang belum terisi sejak 3 hari. Namun dengan adanya gadis ini lah yang membuatnya menjaga sikap agar terlihat seperti biasanya.
"Eunha-ya, aku keluar. Ayahku memintaku mengurus sesuatu." Jauh tak sama dengan alasannya. Yerin membuka mulut ingin beranjak. Ia hanya akan mengganggunya jika tetap berada didalam ruangan. Oleh itu ia menyingkir memutuskan untuk pulang setelah Eunha mengiyakannya.
Jungkook mengambil alih makanannya dari Eunha lalu perlahan memasukannya kedalam mulut dengan tatapan tenang kedepan yang selalu terpatri diparasnya setiap saat. Tentu hal itu membuat Eunha tersenyum puas melihatnya.
Menatap Jungkook dari jarak dekat merupakan keinginan yang sudah lama ia idamkan. Ia sangat menyukai wajah itu. Kedua netra indah Jungkook terlihat sangat teduh, Eunha sungguh menikmatinya, memandangi Jungkook dengan waktu yang sangat lama membuat hatinya sangat berbungah. Hingga senyuman tulus dari paras cantiknya terukir sempurna.
"Aku lega karena kau tidak mendonornya untukku."
Kalimat apa yang dibicarakannya barusaja?
"Ma-maksudmu?"
"Aku memang pernah berfikir begitu."
"Tapi darimana kau tau niatku itu? Seseorang membocorkan padamu?"
Tak lain adalah Daniel. Eunha hanya membicarakannya pada Daniel. Bahkan waktu itu Yerin saja tidak diberitaunya apa-apa. Eunha mulai berdebar.
"Daniel mengatakannya padaku."
Deg.
Senyuman tipis penuh kepiluan itu tersemat. Rasanya begitu medesak dada saat tiba-tiba teringat lagi. Namun Eunha harus mencoba mengikhlaskannya. Karena begitulah kemauan Daniel.
"A-apa kau sudah tau s-siapa pendonornya?"
Jungkook menoleh pada Eunha yang tampak memerah menahan sesak. Kepalanya menggeleng pelan menanti jawaban yang sekiranya akan dijawab oleh gadis disisinya.
"Seseorang yang berkata seperti itu. Dialah yang mendonornya." Jungkook sempat dibuat berpikir sejenak.
"Maksudmu? Daniel?"
Jungkook benar-benar dibuat tak menyangka. Tubuhnya membeku. Berusaha memaksa memasukan pernyataan kedalam akal. Sebelah tangannya meraih ponsel, berkehendak ingin membuka pesan yang belum terbaca dari Daniel.
Kang Daniel ;
Kau tau bukan? Eunha bahkan rela mati sampai ingin mendonorkan hatinya untukmu.
Tapi aku menentangnya.
Kuharap kau tidak menyia-nyiakan sosok terbaik yang berada didekatmu, jeon. Bisa dibilang aku terlampau mencintai Eunha. Jika tak kulakukan. Aku tak akan tahan melihatnya menderita jika melihatmu mati. Karena itu cobalah lihat sisi terdalam nya, lalu kau akan tau dia begitu mencintaimu. Singkat saja, tapi aku tidak sebodoh yang kau pikirkan. Aku bukan rela mati hanya untuk Eunha. Tapi sebenarnya kondisi mentalku sudah tidak tahan untuk melanjutkan kehidupan. Kuharap kau mencoba untuk membahagiakan atau setidaknya melindunginya saja.Kiat demi kiat kalimat itu membuat Jungkook benar-benar tak menyangka. Tercekik oleh pernyataan pahit tak terduga yang datang alih-alih keberuntuntungan. Tentu Jungkook tetap menyandang malu. Ia bahkan juga tak sempat berkata-kata. Rasa sesak mulai menderu. Mulai merasa ia masuk kedalam kubangan hutang yang begitu sulit untuk dibayarnya.
Namun tak bisa disanggah oleh apapun. Eunha memang gadis yang terlampau baik dan tulus. Bahkan Jungkook tak dapat berkata jika Eunha adalah gadis yang tercela. Karena seperti yang dilihatnya, Eunha adalah gadis yang begitu lembut dalam segala hal.
Jika ditanya apakah merasa kehilangan, maka Jungkook tak merasakannya. Sebab ia tak terlalu mengerti Daniel sekedar sepupu dari mantan kekasihnya. Dari yang ia tau, Daniel memanglah pria yang sangat tangguh walaupun sedikit terlihat berandal. Terdapat sebuah bukti bahwa ia benar-benar tangguh ; ia tak pernah berkata jika tak melakukannya.
Walau sebenarnya Daniel adalah sosok yang sangat kesepian dalam masa hidupnya.
▻☽⚜☾◅
tbc.
aku nulis dikit karena nantinya bakal di revisi jadi lebih sikat chapt" nya.
hehe 🙃makasih yaa buat kalian yang masih stay di eunkook - ku yang ga jelas ini.
sayang kalian banyak banyak 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
FanfictionSemuanya tampak begitu kejam. Akankah ia sadar pada lukaku yang timbul karenanya? Ah tidak apa, seharusnya aku mengerti. Dia tidak akan mencintaiku. Dan tentu aku harus menerima konsekuensinya. Mencintaimu memang sulit, tapi aku sangat menyukainya.