▻☽⚜☾◅
⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸
"Aku sudah sangat bersyukur karena tuhan mempertemukanku denganmu. Setidaknya aku bisa lebih kuat dari diriku yang sebelumnya. "
⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸
▻☽⚜☾◅
07.08 KST
Kabut putih sudah mulai menderu. Udara pagi ini terasa sangat dingin. Sepertinya sebentar lagi musim dingin akan segera tiba. Mungkin pekan kedepan sudah menentukan turunnya benda putih bak kapas yang cair dan dingin.
Eunha menatap kearah luar jendela melihat matahari yang bersinar menerobos jendela kelasnya. Ia sudah duduk dibangkunya sejak beberapa jam yang lalu. Jari-jari tangannya terbuka menjulur kedepan menguraikan cahaya matahari.
Beberapa saat yang lalu ruang kelasnya telah penuh terisi. Jam pelajaran pun sudah berlangsung dengan guru kim yang mendampingi ruang kelasnya saat ini.
Eunha menghela napasnya beberapa kali. Ia merasa sangat kesepian sekarang. Yap benar, Yerin mendadak kembali ke Amerika karena harus menemani halmeoninya yang ternyata kesehatannya sedang terganggu.
Semalam, Yerin sempat memberitahu kepada Eunha jika akan kembali ke Amerika. Tentu saja Eunha tidak senang, namun harus bagaimana lagi Yerin adalah milik banyak orang. Toh Yerin juga lebih sering dengan dirinya selama ini. Jadi tentu tidak masalah, halmeoni juga sedang membutuhkan keberadaan Yerin disana. Lagipula, Yerin sudah berjanji akan selalu berkabar dengannya.
-
Seluruh pasang mata menyorot pada siswa yang sedang beradu tatapan sinis disisi belakang. Seperti yang ada dipikiran mereka, yap pasti akan ada pertempuran diantara mereka jika dibiarkan saja.
"Yaa!! Daniel-ah! Hentikan atau kau akan dikeluarkan dari sekolahan jika poinmu bertambah lagi, ingat lebih dari 3 kau mati!." cetus Tzuyu yang bisa dibilang adalah wakil ketua kelas. Menggantikan Yerin.
"Sampai hitungan ke 5!! YA!! HENTIKAN!! DANIEL-AH!." Tzuyu mengerang frustasi ketika mendapati Daniel yang malah semakin mencengkram kuat kerah baju lawan bicaranya.
"TIGA.. EMPAT.." Daniel mendorong kasar pria yang ada disampingnya. Ia lalu mengambil tasnya dan beranjak dari sana.
Eunha hanya memutar bola matanya sesekali menggumam.
"Haish.. Dasar kekanak-kanakan!"
Bugg.
Eunha menatap tas hitam yang tiba-tiba berada disamping Eunha. Eunha semakin memutar bola matanya malas sesekali menghela napasnya berat.
"Aigoo.."
"Wae? Keberatan hm?."
"A-ani, terserah kau saja sesuka hatimu haha.." balas Eunha sedikit merasa malas. Perasaannya mulai tidak enak kali ini. Ia merasa sesuatu akan menambah beban pikirannya setelah Daniel berpindah.
Daniel meletakan kepalanya diatas meja. Kebiasaan utamanya adalah tidur.
"Ch-chogi.. Penaku dibawah tasmu. Bisa tolong am-"
Ctass.
"Ah gomawo."
Daniel menatap selembar kertas milik Eunha yang sudah tidak polos lagi. Tulisan tangannya memenuhi lembarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
FanfictionSemuanya tampak begitu kejam. Akankah ia sadar pada lukaku yang timbul karenanya? Ah tidak apa, seharusnya aku mengerti. Dia tidak akan mencintaiku. Dan tentu aku harus menerima konsekuensinya. Mencintaimu memang sulit, tapi aku sangat menyukainya.