▻☽⚜☾◅
20.06 KST
Setelah menulis dibuku hariannya, Eunha benar-benar masih tertegun dengan kejadian hari ini.
Hari ini benar-benar membuatnya gila. Tak henti Eunha mengembangkan senyumnya dan sesekali berteriak kegirangan. Kejadian tadi masih terngiang-ngiang dipikirannya.
Lihat saja, bahkan ia benar-benar melupakan makan malam karena betapa bahagianya. Ia sudah berbincang cukup lama dengan Yerin disambungan telpon. Sampai akhirnya Eunha tertidur dengan senyuman yang mengembang.
▻☽⚜☾◅
08.29 KST.
Eunha menatap sinis Daniel yang berada disampingnya. Pria brandal itu tidak mempan diusir. Bahkan dengan guru sekalipun. Mungkin berbeda jika Yerin yang mengusirnya.
Hanya saja Eunha merasa sedikit risih jka bangku Yerin ditempati oleh Daniel.
"Mwo!? Wae!?" cetus Daniel saat menyadari Eunha menyorot sinis padanya.
"Bukankah kau tidak suka bangku didepan?. Maka pindah saja dibelakang!"
"Siro. Aku sedang tidak selera berkelahi dengan si berengsek itu."
Tidak peduli. Siapa yang peduli dengan alasan manjamu, cih! Ketus Eunha mengumpati Daniel dalam hati. Sangat mengganggu bagi Eunha.
Kembali Daniel meletakan kepalanya diatas meja.
"Setidaknya kerjakanlah tugasmu! Haish!." rasanya Eunha benar-benar ingin mencabik-cabik pria disebelahnya itu keras-keras.
"Yaa eun.. Bangunkan aku jika sudah bel istirahat."
-
10.06 KST
Sejak enam menit yang lalu bel istirahat telah berbunyi. Eunha masih berkutik pada buku gambarnya yang ia gunakan untuk merancang pola desain gaun.
"Yaa! Sudah lewat enam menit dan kau tidak membangunkanku! Haish, gadis ini!." Daniel mengangkat kepalanya setelah menyadari kelas sudah senyap.
"Ah benar, mian." ujar Eunha tidak bersungguh-sungguh.
"Kau tidak mau ke kantin?."
Eunha mengangkat alisnya sekejap. Menatap Daniel dengan tatapan curiga. Lalu ia menggelenglan kepalanya saat menyadari maksud pria itu dengan pertanyaan bodohnya.
Yap, jika tidak mengusirnya yah membudaknya untuk memesan makanan kantin.
"Anni. Aku bawa bekal dari rumah, wae!?" tanpa membalas kata-kata Eunha, pria itu meletakan kepalanya kembali.
"W-wae? Gwaenchanayo? Kau sakitkah?"
"Aigoo.. tidak biasanya seperti ini, bagaimana bisa?."
Daniel hanya menghiraukan celotehan Eunha, sesekali memikirkan sesuatu yang terngiang di kepalanya.
"Yaa Daniel-a.. Kalau sakit pergilah ke UKS." sunggut Eunha lagi.
"Kalau tidak, kau bisa pu-"
"Diamlah. Berhenti berceloteh!."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
ФанфикSemuanya tampak begitu kejam. Akankah ia sadar pada lukaku yang timbul karenanya? Ah tidak apa, seharusnya aku mengerti. Dia tidak akan mencintaiku. Dan tentu aku harus menerima konsekuensinya. Mencintaimu memang sulit, tapi aku sangat menyukainya.