6. PIA

806 93 4
                                    


▻☽⚜☾◅

19.35 KST

Jungkook meletakan kunci mobilnya diatas meja. Pria itu mengambil sebatang puntung rokok dari saku jaket lalu mencari sebuah korek api disekitarnya.

"Berikan aku korek api." Cicit Jungkook kepada seorang pemuda yang duduk tepat dibelakangnya. Sebuah tatapan pait menyorot pada Jungkook.

"Yaa. Apa kau tidak bisa membaca itu?" Tukas pria itu menunjuk pada sebuah kertas peringatan yang tertempel dipermukaan dinding guna mencegah seorang perokok.

"Sialan." umpat Jungkook lalu kembali memasukan benda sepanjang jari itu kedalam saku.

"Tempat apa ini!"

-

Selang beberapa saat menunggu, akhirnya gadis yang dinantinya telah tiba.

"Maaf aku terlalu membuatmu menunggu."

Jungkook mengangguk memberi jawaban. Lalu pria itu beralih berkutik pada ponselnya.

"Sudah berapa lama kau tiba disini jung?" Somi menyingkap rambut yang menghalangi pandangannya kebelakang.

"Tidak terlalu lama."

"Baiklah." Somi mendapati meja dihadapannya yang masih kosong, tanda pria dihadapannya memang belum memesan apapun. Hanya kunci mobil dan papan nomor meja yang ia dapati.

"Kau belum memesan makanan atau minuman?"

Jungkook menggeleng dengan atensi yang masih tertuju pada ponselnya.

"Ah baiklah, sekarang kita sudah bisa memesan. Biar aku saja yang memesan." sunggut Somi mengangkat tangannya guna memanggil seorang waiters.

"Tidak. Aku sedang tidak ingin memesan apapun. Kau saja yang pesan sendiri."

Somi memandang Jungkook dengan tatapan tak mengerti. Namun gadis blasteran itu hanya mengangkat bahu.

"B-baiklah."

Selang beberapa saat seorang waiters menghampiri bangku mereka. Somi memesankan dua soft drink untuknya dan untuk Jungkook.

Disela menunggu kedatangan pesanan. Keduanya saling diam, tak ada perbincangan apapun diantara mereka.

Somi tak mengerti. Jungkook mengajaknya bertemu dengan ekspresi datar dan sikap dingin jelas membuat Somi merasa gelisah. Tak seperti biasanya pria itu bersikap dingin padanya.

▻☽⚜☾◅

19.56 KST.

Setiap malam yang kelam selalu membosankan bagi Eunha. Gadis itu kini tengah meniarapkan tubuhnya dengan tatapan yang menyorot kosong pada sebuah film drama yang tengah memutar dihadapannya.

Eunha membuang napas kasar. Baralih memposisikan tubuh menjadi berbaring menatap langit-langit kamarnya.

"Membosankan!"

Berhasil lagi. Untuk kesekian kalinya Eunha berhasil menguap.
Rasanya, Eunha akan beranjak tidur saja. Dengan adegan drama dilayar laptop yang menemaninya didalam ruangan yang berbentuk persegi empat itu.

Ponsel Eunha bergetar panjang. Sebuah notifikasi panggilan masuk dari Yerin membuat Eunha cepat-cepat meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Yerin-ah aku sangat bosan sekali, huh!" aduh Eunha kepada Yerin

"Hahaha.. Aku tau, maka dari itu aku menelfonmu."

HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang