Italic = Flashback
✨
Embusan napas memenuhi dengar gendang telinganya seorang diri. Sunyi masih menemani dan mendominasi pada ruangan kamar tersebut. Nyeri di pipi juga bibir sudah tak lagi dirasanya, kalah telak dengan sesak di dadanya juga pikiran yang berkecamuk. Seketika banyak pertanyaan muncul dalam benak dengan satu yang paling besar, meminta kejelasan. Kenapa? Ia bahkan tak menahu. Hitam dan putihnya menyaru, jadi kelabu.
Satu tangannya yang bebas meraih ponsel dari dalam kantung celananya. Mengoperasikan gawai, mencoba menghubungi seseorang, ia butuh sebuah pelukan paling tidak untuk menenangkan. Tangannya yang menggenggam ponsel menghubungkan benda itu pada telinganya, menunggu.
Dua list favoritnya meninggalkan pesan yang sama. Suara wanita menyapa dengan nada yang juga sama. "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi. The number you are call-," ia putus begitu saja. Sibuk, Ohm sangat paham.
Pria yang masih terduduk dan bersandar pada pintu kamarnya itu kini tertunduk lesu. Ponselnya ia biarkan tergeletak di samping tubuhnya. Perlahan sebuah dengkus dan tawa remeh yang lirih keluar dari bibirnya dan tak lama kembali berubah menjadi isak. Ia tersadar, tak memiliki siapa-siapa.
Sudahlah, ia mulai pasrah. Tak ada yang bisa dilakukannya lagi selain meratapi hidupnya sebagai pewaris tunggal Jongcheveevat. Kalimat dari orang tuanya kemudian melintas diingatan.
"You don't need anyone. You are Jongcheveevat. Act like one and you are the one."
Menjelang malam itu, isak yang keluar menemani dan membawanya pada lelap. Masih setia meringkuk di balik pintu juga kesunyian yang selalu menjadi satu-satunya teman.
***
"Ck, lo kalo cuma merhatiin laptop mending di rumah aja deh. Sebel banget liatnya," protes Frank dari atas ranjang rumah sakit yang didiaminya.
Nanon menoleh sesaat pada sang kembar, sebelum kemudian kembali menitikkan atensinya pada layar enam belas inchi di hadapannya, "Sebentar, cuy. Ini nggak bisa ditinggal nih, dikit lagi." Frank hanya memutar manik matanya malas.
Saat ini hanya Nanon yang menemani Frank di rumah sakit. Tay dan Newwie baru saja pergi beberapa saat lalu untuk membeli beberapa panganan, Purim dan Chimon sudah ijin pulang terlebih dahulu. Uncle First kesayangannya juga belum menunjukkan batang hidungnya hari ini tapi, melihat bagaimana tadi ayahnya sebegitu sibuk sebelum pergi, ia mafhum.
Akhirnya Frank hanya sibuk bolak-balik memainkan gawainya, membiarkan Nanon yang juga masih tenggelam larut menatap layar laptopnya. Frank mendengkus, ia bosan. Sudah hari ketiga sejak tubuhnya ambruk dan dokter masih saja memintanya untuk istirahat total, padahal ia sudah merasa jauh lebih baik.
"Dokter masih belom ngasih ijin gue balik, ya?" tanya Frank dengan manik mata yang sibuk menatap ponselnya.
"Belom." Atensi Nanon bahkan tak teralih.
"Ck, padahal gue udah nggak papa," gerutu Frank dengan wajah merengut.
"Ya, lo ngerasa nggak papa tapi, lambung lo masih kenapa-kenapa. Bawel banget deh, cuma disuruh tidur doang juga."
"Bacot, coba lo rasain tiga hari tidur doang."
Nanon mendengkus, menyudahi kegiatannya dan langsung menutup gawai di hadapannya. Mengikis jarak, melangkah mendekat pada ranjang sang kembar. Meraih pudding mangga di nakas samping ranjang, kemudian menyendok dan menyuapkannya pada Frank sambil mengambil duduk di ranjang, singgah sana sementara sang kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIHOKRATANA [COMPLETE]
FanfictionAll of the things that happened in life always start from family until its found it's end. Daily life of Vihokratana's family. ---------------------------------------- BXB FAMILY!AU TAYNEW PLUEMON DRAKEFRANK OHMNON ⚠️ MPREG ⚠️ Cover pure image by @_...