21. Back Then : The Transition

6K 758 91
                                    

Italic = Flashback

P.s : untuk chat room dalam flashback tetap menggunakan template seperti biasa.




Hari berganti dan hubungan yang terjalin antara Ohm dan Frank berjalan dengan semestinya. Meski tak banyak orang yang mengetahui tentang hubungan keduanya tapi, mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Tak bisa dipungkiri walau tanpa deklarasi seisi Fakultas ISIP di GMM University mafhum bahwa ada hubungan lebih di antara keduanya, tak ada yang ingin mengusik karena jelas Ohm dan Frank memiliki strata dan status sosial yang sama, mereka pantas untuk satu sama lain.

Selama hampir satu tahun mereka menjalin kasih, masih dengan kukuh merahasiakan hubungannya meski jelas sudah menjadi rahasia umum di kalangan teman dan lingkungan sekitar mereka, kecuali kedua orang tua serta saudara kandung Frank. Sampai pada suatu sore saat seperti hari biasanya Ohm meminta Frank untuk menemaninya berlatih basket dan berniat menghabiskan waktu bersama setelahnya namun, tanggapan Frank berbeda hari itu.

"Ya udah, aku anter sampe rumah kalo gitu," ucap Ohm sesaat setelah mendengar alasan Frank untuk segera pulang.

"Nggak usah, kayak biasa aja," sahut Frank langsung tanpa berpikir.

Ohm mendengkus remeh, sibuk merapikan barang-barang bawaannya, "Mau sampe kapan, sih, begini terus?" tanya Ohm terdengar santai dan jelas mengusik Frank.

"Apaan, sih? Kita udah sering bahas ini, jangan mulai," Frank menimpali.

"Ya, kamu gelisah gini karena ditelponin ayah, 'kan? Jadi, sekalian aja aku anterin, sambil kenalan sama ayah. Ini loh, Yah pacar anaknya hampir setahun ini," ucap Ohm sambil memeragakan bagaimana ia mengenalkan diri pada orang tua kekasihnya.

Frank jelas tak suka, pun Ohm yang jadi tersulut amarah, mulai jengah hingga terlontar kalimat yang tak seharusnya dilantangkan, "Terserah deh, aku capek. Kamu mau pulang ya pulang sana. Aku laper mau makan dulu."

Dengan itu Frank melangkahkan kakinya pergi tanpa sepatah kata lagi. Terlampau kesal, karena merasa sudah menghabiskan waktu pada ketidak-pastian, kalau tadi ia langsung pulang mungkin tidak akan ada amarah dari ayah, mengingat supirnya pulang membawa kabar bahwa anaknya ini tak bisa ditemukan di kampus setelah dua jam menunggu. Bodohnya Frank juga yang lupa untuk meminta pada Pak Rudi -supirnya- agar tutup mulut. Terlambat, paling tidak sesampainya di rumah nanti ayah akan ceramah panjang lebar.

Ohm mendengkus kesal, menatap punggung yang berjalan semakin jauh meninggalkannya di sana. Tak nampak bergetar tapi, jelas ia yakini lelaki itu menahan sesak setengah mati untuk tak pecah. Frank itu cengeng, sama seperti ledekannya setiap kali mereka menonton film bersama, Ohm paham betul lelaki itu memiliki hati yang lembut. Jadi, tak mustahil jika kekasihnya itu akan datang ke kampus dengan mata sembab esok hari.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang