VIHOKRATANA [COMPLETE]

14. Trustworthy

First terbelalak kala manik matanya mendapati sebuah postingan salah satu sahabatnya. Bagaimana tidak? Seseorang yang ia kenal betul bahkan sejak di dalam kandungan memenuhi feeds instagram sang sahabat. Tidak ada hal aneh sampai ia membaca lamat satu kalimat yang dibubuhkan untuk menerangkan potret gambar tersebut.

'Oh God, I think I'm falling' lengkap dengan emoji kerlip bintang yang seakan menggambarkan perasaannya dan semua orang pun mafhum bahwa pria itu sedang berbunga. Seorang Sattabut Drake Sriphothong, memposting satu foto persona yang terlihat dipotret dari balik punggung sang objek utama. Menatap hamparan laut luas dengan filter yang sengaja dibuat gelap, hingga fitur wajahnya yang menyamping tak nampak jelas. Bukannya First mengada-ngada, tapi sahabatnya itu pasti paham betul bahwa seseorang yang memenuhi feeds instagramnya kini sangat berhubungan erat dengannya. Ya, itu keponakannya, Frank Thanatsaran Vihokratana. Si kembar yang lahir lima menit lebih dulu dari saudara sekandungnya.

Ada desir aneh, entah karena ini menyoal sang sahabat atau karena keponakannya, tapi yang pasti mungkin karena dua persona tersebut sama memiliki hubungan erat dengannya. First kemudian langsung membuka aplikasi perpasanannya, mencari satu nama kontak yang selalu berada dibeberapa urutan atas kolom ruang obrolannya. Tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi sang karib.

Pembantu Meow

ANJING!
[22.31]

GILA LO?
[22.31]

ANJING!!!!

[22.32]

I DEMAND A PROPER EXPLANATION!!!
[22.32]

Pesannya terkirim, namun tak ada balasan langsung dari si empu yang dituju. Terakhir ia lihat sosok sang karib satu jam lalu membopong Frank di punggungnya yang terlihat tak baik-baik saja. Jika Tay tak menahannya untuk tetap tinggal, ia sudah pasti lari untuk mengetahui keadaan keponakannya yang beberapa hari terakhir sangat suntuk.

Fluke melihat kegelisahan First, kekasihnya itu tak melepaskan pandangnya dari gawai, membuat pria tinggi itu menepuk pundak sang kekasih pelan. "Hei, gelisah banget kamu," sapanya pelan agar tak mengejutkan First.

"Hah?" First masih belum sepenuhnya fokus, "kenapa, kak?"

Fluke menahan tawanya sambil mendengkus, "kamu yang kenapa? Gelisah banget kayaknya."

"Ah, nggak. Khawatir aja sama si adek, aku coba hubungin Drake tapi nggak dibales-bales," jelas First.

Fluke melihat kesekitar, mencoba mencari presensi pria beralis tebal teman kantornya itu, namun nihil. "Masih di kamar kayaknya, nemenin si adek. Kamu panik banget, mau nyusul?"