VIHOKRATANA [COMPLETE]

13. An Empty Party

Malam itu kepala keluarga Vihokratana dan Sriphothong asik mengumbar tawa serta celetukan canda dengan nada yang menyiratkan keseriusan, soal pekerjaan juga kehidupan. Inti pembicaraannya hanya mereka yang tahu. Sementara pasangan mereka juga masing-masing bertukar cerita, mungkin berbagi suka duka karena sama memiliki teman hidup yang mengelola usahanya sendiri dan disoroti oleh media. Sisanya tak banyak bicara selain ikut menyimak dan melempar tawa serta tersenyum ketika dibutuhkan untuk bereaksi seperti itu.

Fluke dan First banyak bercengkrama dengan satu sosok pria tinggi dan memiliki paras rupawan, layaknya kawan lama yang kembali jumpa. Purim tak banyak bicara, sesekali sibuk dengan gawainya mungkin bertukar pesan dengan yang terkasih. Nanon geming, tangannya tak henti bolak-balik menyambar santapan di hadapannya seakan tak ada hari esok. Frank duduk di kursi paling ujung, agak jauh dari orang-orang yang berkumpul saling melempar tawa. Ia ingat siang tadi jiwanya masih sangat bahagia dan bersemangat menanti malam tiba, karena pesta barbekyu yang diinginkannya disanggupi sang ayah, tapi siapa sangka kalau saat ini ia bahkan tak sanggup menelan hidangan yang sudah siap di hadapannya.

"Papa tadi bilang, nggak papa kalo mau makan udang. Papa udah siapin obat alergi lo," suara Nanon memecah lamunannya, kembarannya itu meletakkan beberapa udang bakar yang sudah tak berkulit di piring Frank, kemudian berlalu begitu saja.

Manik mata Frank melirik pada piringnya yang kini terisi. Ia suka udang, sangat. Tapi karena alergi yang dideritanya, ia tak bisa dengan sesuka hati menyantap panganan laut tersebut. Ia bahkan tak berniat untuk menyentuh garpu yang hanya berjarak beberapa senti saja dari genggamannya. Dalam riuh suasana malam itu, ia hanya merasa kehampaan. Sejak pengakuan sang kembar sore tadi, ia merasa kosong.

Dalam sela obrolan bersama koleganya, Newwie sesekali mencuri pandang ke arah anaknya yang sejak kembali dari acara 'cari angin' di pantai sore tadi malah terlihat tak bersemangat sama sekali. Mendapati Frank tak menyentuh makanannya, ia kemudian langsung meminta ijin untuk pergi sebentar menemui putranya.

"Mas Gawin, sorry ku tinggal sebentar, ya? Anakku kayaknya belum kerasan," sahut Newwie ketika obrolannya dengan Gawin -suami dari Podd- berjeda beberapa saat.

"Oh iya, santai aja. Anak muda biasanya emang agak susah 'kan enjoy sama acara orang tuanya?" maklum Gawin melempar senyum.

Newwie meringis membenarkan, ia kemudian langsung menghampiri Frank setelah mendapat tepukan pelan di pundaknya dari Gawin. Ia menarik bangku kosong tepat di sebelah Frank, menyapa lembut sang anak yang terlihat suntuk.

"Lesu banget anak Papa," ucap Newwie sambil melipat kedua tangannya di meja, menatap lekat Frank yang agak terkejut dengan kehadiran Newwie, berikutnya ia hanya melemparkan simpul yang dipaksakan.

"Aku boleh balik ke kamar duluan, nggak?" pinta Frank seakan tak menemukan kenyamanan lagi di tempat yang merupakan usulannya tersebut.

Newwie mengerutkan kening, bingung juga khawatir dengan keadaan anaknya ini, "loh, kenapa? Kan tadi pagi adek kembar yang minta barbekyu. Kok sekarang malah jadi bad mood gini?" tanya Newwie heran.

"Nggak papa, aku nggak enak badan aja. Mau cepet-cepet istirahat. Boleh ya, Pa?" pinta Frank merengek manja.

Newwie kemudian mengangkat salah satu tangannya dan menjulur menyentuh kening, pipi juga leher Frank, coba mengecek suhu tubuh sang putra. "Dari kemaren main air, kena angin pantai, begadang juga, sekarang udah gini ngerengeknya ke Papa," sahut Newwie dengan nada jengkel namun tetap tersirat kekhawatirannya. "Makan dulu, abis itu minum obat. Baru nanti Papa anter ke kamar."

Newwie mulai sibuk mengambilkan beberapa makanan ke atas piring kemudian menukar piring Frank yang semula berada di hadapan sang putra, "nggak jadi Papa bolehin makan udang, ya. Nggak mau ambil resiko. Kamu demam."