8. First Encounter

8.7K 1K 171
                                    

Sepasang manik mata yang masih tertutup kelopak mengerjap sebelum akhirnya kembali terjaga. Tubuhnya terasa berat dan ternyata hal itu ulah sepasang lengan yang mendekap erat dirinya dalam tidur, Uncle First. Perlahan Frank melepaskan dekapan tersebut, bangun dari tidurnya dengan hati-hati. Entah sudah pukul berapa, sepertinya telah lewat tengah malam tapi ia tak bisa menolong dirinya sendiri untuk kembali terlelap, lapar.

Memasuki akhir pekan dan resort ini mulai di penuhi pengunjung, bahkan di tengah malam begini masih banyak pengunjung yang terjaga memenuhi bar dan resto. Pandangannya bergerilya, mencari spot yang mungkin bisa ia tempati sendiri, tapi sepertinya semua meja sudah berpenghuni. Sampai sebuah suara yang ia kenal memanggilnya.

"Frank!" dan membuatnya menoleh begitu saja ke sumber suara.

Manik mata sembab yang membengkak itu membulat sempurna saat melihat sosok tampan tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

"Uncle Fluke!" ucap Frank sembari mengikis jarak mendekat ke arah kekasih dari pamannya dengan senyum semringah.

Fluke berdiri dari duduknya, membuka lebar kedua tangannya mengisyaratkan Frank untuk masuk dalam pelukannya dan dibayar kontan oleh Frank yang langsung menghambur memeluk pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Halo jagoan," ucap Fluke sambil mengusak surai legam Frank.

"Uncle kok ke sini? Mau jemput, ya?" tanya Frank merenggangkan dekapannya sambil mendongak menatap Fluke.

"Iya, mau jemput. Uncle mu tuh nggak bawa mobil tadi pas ke sini," jelas Fluke.

"Ih, tapi belom mau pulang," rengek Frank dengan dahi merengut.

"Ya nggak papa, terserah Adek mau pulang kapan. Uncle tungguin." Senyum di wajah Frank kembali mengembang, ia kemudian melepaskan pelukannya sambil terkekeh kesenangan dan mengambil duduk di sebelah Fluke. "Tadi pas Uncle dateng kamu udah tidur. Kebangun, ya?" tanya Fluke yang sudah kembali duduk di bangkunya.

Frank mengangguk kemudian berucap, "hm, laper." Mendengar itu, Fluke hanya terkekeh sambil kembali mengusak surai yang lebih muda.

"Ya udah, order deh." Fluke menyodorkan menu list yang sudah ada di meja mereka dan Frank langsung membacanya satu-satu tapi nampknya tak ada menu yang ingin ia santap di list tersebut.

"Ini nggak ada ramen aja apa? Males banget makan berat," ucap Frank mengembungkan pipinya sambil masih membaca setiap menu di tangannya.

"Tadi siang makan nggak?" tanya Fluke. Frank menggeleng, seingatnya terakhir kali ia menyantap makanan ketika First mengajaknya dan kedua saudaranya pergi main bersama.

Fluke menjitak pelan kepala Frank gemas, "kebiasaan kalo nggak diingetin makan, nggak mau makan." Frank mengaduh dengan wajah cemberut. "Magnya gimana itu? Kambuh nggak? Papa kalo tau pasti ngomel banget," tanya Fluke dengan nada suara yang sedikit meninggi.

"Nggak kok, aku minum obat," aku Frank.

"Nggak ada ramen, makan nasi. Kamu kalo ramen pasti pedes-pedes," beber Fluke lagi.

"Males banget ih malem-malem makan nasi," rengeknya mengelak.

"Ini baru ketauan Uncle belom ketauan Papa. Uncle aja yang order-in makanannya, kamu tunggu sini." Setelah mendapatkan anggukkan pasrah dari Frank, Fluke langsung beranjak dari duduk dan menghampiri meja order tak jauh dari sana.

Setelah Fluke memesankan makanan untuk Frank, mereka bercengkrama bersama dan sedikit-sedikit yang lebih tua berusaha untuk mengorek informasi tentang kehidupan keponakan kekasihnya itu, oh atau mungkin juga akan menjadi keponakannya. Sesekali gelak tawa terselip dalam obrolan mereka, membuat Frank merasa nyaman dan perasaan yang meringan. Tak sampai tiga puluh menit pesanan mereka datang, diantarkan oleh seorang pria beralis tebal yang cukup membuat Frank terheran karena begitu akrab dengan Fluke.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang