39. Deep Talk [FINAL]

3.6K 268 90
                                    

Blue Sky Beach & Resort, mungkin bukan lagi satu tempat yang asing bagi keluarga Vihokratana, mengingat peristiwa kabur Frank beberapa waktu lalu. Fluke dan First memilih tempat tersebut selain karena Drake yang merupakan karib mereka sekaligus pewaris usaha keluarganya tersebut, juga karena keduanya menyukai suasana serta pemandangan alam yang disuguhkan di sana. Sudah kurang dari dua hari sampai pemberkatan pernikahan Fluke dan First akan berlangsung dan semua anggota keluarga Vihokratana sudah berada di sana bahkan sejak seminggu terakhir dan kini adalah saat mereka menikmati waktu untuk sekadar bersantai.

Frank sedang menikmati semilir angin di pesisir pantai, menatap hamparan laut luas di hadapannya yang memberi ketenangan. Menyendiri, menjauh dari keramaian meskipun resort ini hanya diisi oleh keluarga serta kolega dekatnya saja, Frank tetap membutuhkan waktunya sendiri. Pemuda itu melipat kaki dan menumpuk kedua tangnanya di atas dengkul lalu membawa wajahnya bertumpu di sana. Suasana alam tak elak membuat perasaannya jauh lebih tenang dan sejenak menghilangkan pikiran-pikiran yang menghantuinya seminggu terakhir ini setelah perdebatannya dengan sang ayah.

Pagi tadi Drake menemuinya, memberi pelukan hangat juga kecupan penuh kasih untuk melepas rindu karena sejak akhir minggu kemarin dan sepanjang minggu ini keduanya tak bertemu sama sekali. Meskipun resort ini milik keluarga Sriphothong, Drake tak bisa lagi mengambil jatah cutinya yang hanya tersisa dua hari selama setahun ini sehingga ia harus melakoni pekerjaannya dan baru bisa menyusul tepat dua hari sebelum acara sang karib diselenggarakan. Hal itu cukup membuat Frank uring-uringan karena sebelum-sebelumnya Drake selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dengannya.

Surai kelam Frank bergerak acak karena embusan angin sore hari itu sudah mulai bersemilir kencang, masih asik menikmati waktunya sendiri dan tak berselang lama ia bisa merasakan satu senggolan pelan pada bahunya. Sontak saja ia jadi menolehkan kepalanya untuk melihat siapa sosok yang kini sudah mendudukkan diri di sampingnya itu.

"Bengong sendirian, kesambet tau rasa."

Oh, tentu saja sosok itu adalah kembarannya sendiri, Nanon Korapat Vihokratana. Frank sedang tak memiliki tenaga lebih untuk sekadar membalas kalimat yang dilontarkan kembarannya itu; kembali asik menatap hamparan laut di hadapannya.

"Mikirin apa lagi, sih? Udah disamperin pacar juga," sahut Nanon dengan nada penuh canda namun, jangan pernah meragukan kesungguhannya.

Frank mendengkus, "Langsung sibuk lagi orangnya."

Nanon terkekeh, kini mengerti dengan mood kembarannya ini yang tak membaik sama sekali.

"Lo dicariin Oma sama Opa tau dari tadi," ucap Nanon memberi tahu bahwa sepasang tetua dari orang tua ayahnya sedang mencarinya karena sejak kedatangan mereka kemarin, Frank sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya.

"Nanti dulu, ah. Males ditanya-tanya," jawab Frank tak begitu acuh. Sementara Nanon hanya menganggukkan kepala saja sebagai tanda mengerti.

"Jadi, gimana?"

Salah satu alis Frank terkatrol naik mendengar pertanyaan tak spesifik dari bibir Nanon itu.

"Apanya?" Frank balas bertanya.

"Prospek dapet restu Ayah."

Kembarannya itu hanya mengedikkan bahu sambil mengembuskan napas berat, "Nggak tau. Kak Drake sama Ayah juga belom ketemu lagi. Maksudnya belom ada waktu buat ngobrolnya," jelas Frank.

"Haaahhh ... nggak tau, lah," lanjutnya sambil mendesahkan napasnya panjang, sudah memasrahkan semuanya pada rencana semesta saja.

Nanon tersenyum miring, "Semangat, dong. Ayah pasti restuin, yakin gue," ucapnya coba memberi ketenangan pada sang kembar.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang