Tepat pukul sepuluh pagi itu, keluarga Vihokratana berkumpul di ruang rawat inap Frank. Kemarin sore setelah periksa harian, akhirnya dokter mengijinkan kembar satu Vihokratana itu untuk pulang esok hari. Jadi, disinilah mereka kini, mengurus segala bentuk administrasi untuk kepulangan Frank. Hampir seminggu menghabiskan harinya hanya dengan berbaring di kasur membuat Frank cukup bersemangat untuk menyapa kamar tidurnya di rumah.
"Papa, boleh nggak sampe rumah minta jus mangga?" tanya Frank ragu-ragu, ia jelas paham tentang pantangan-pantangan yang harus dijalankannya setelah ini.
Newwie yang sedang sibuk mengemas tas jadi berbalik menoleh pada anaknya, berpikir sejenak sebelum kemudian angkat bicara, "Hm, boleh. Tapi, sekarang nggak bisa setiap hari ya, Dek. Nanti Papa bikin jadwalnya. Adek udah nggak bisa terlalu banyak makan sama minum yang berlemak. Porsinya juga Papa kurangin, setengah gelas mungkin atau ditambahin air lagi kalo mau segelas penuh kayak biasa."
Bahu Frank menurun, wajahnya merengut kecut mendengar penjelasan sang papa. Ia bahkan tak bisa menikmati minuman favoritnya sesuka hati setelah ini.
Newwie melihat sendu dari raut wajah sang anak, membuatnya tersenyum miris tapi, juga tak bisa berbuat banyak. Ia harus memantau panganan Frank, tak ingin lagi kecolongan seperti akhir pekan lalu. Tak ingin lagi merasakan hampir putus asa melihat sang anak yang merintih kesakitan.
"Pudding mangga?"
"Boleh, less sugar and milk."
Frank mendengkus lalu menghela napas berat, "No coffee, no fried food, no spicy food, no junk food, even pudding and juice too. So mean."
Newwie tersenyum, kini menghampiri Frank duduk bersisian di atas ranjang. Ia mengusak surai sang anak gemas, "Said the one whom never listen to my words about food since forever," Newwie menjawil gemas hidung Frank, "so mean," lanjutnya meniru ucapan Frank, meledek.
"Terus aku makan apa?"
"Rebusan, kukusan, sayur, oat meal, roti sama air putih."
"Oh my goodness!" Frank memegang kepalanya berlagak pusing.
Newwie tersenyum kemudian menjawab sarkas, "Yes, Darling. Its for your own good." Newwie mencium kening Frank dan kembali melanjutkan berkemas.
Purim dan Nanon yang sedari tadi sibuk membantu berkemas, hanya mampu menahan tawa mendengar percakapan sang papa serta saudara mereka.
"Itu berlaku juga buat kalian, ya," ucap Newwie kepada Purim dan Nanon.
"IH KOK GITU?" protes Nanon dengan wajah tak terima.
"Kalo Papa lupa, Abang punya coffee shop. Nggak mungkin, nggak minum kopi." Si sulung juga sama tak terimanya.
"Dikurangin sedikit, nggak baik juga, 'kan, kebanyakan? Mulai hidup sehat."
"IH PAPA," Nanon masih tak terima, jelas hobinya adalah makan dan jajan.
"Tanpa bantahan ya, Sayang," Newwie mencubit pipi Nanon gemas.
Frank jadi tertawa, paling tidak ia merasa tak sendiri. Sengsara bersama abang juga saudara kembarnya untuk hidup sehat.
Setelah hampir tiga puluh menit menunggu, Tay kembali datang memasuki ruang rawat inap Frank dengan berkas di salah satu tangannya. Juga, dua persona yang membuntut di belakangnya.
"Pagi, jagoan Uncle," ucap salah satu dari dua persona di belakang Tay.
Purim, Frank dan Nanon jelas terbelalak dan langsung membalas sapaan tersebut. Purim dan Nanon bahkan langsung menghambur memeluk keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
VIHOKRATANA [COMPLETE]
Fiksi PenggemarAll of the things that happened in life always start from family until its found it's end. Daily life of Vihokratana's family. ---------------------------------------- BXB FAMILY!AU TAYNEW PLUEMON DRAKEFRANK OHMNON ⚠️ MPREG ⚠️ Cover pure image by @_...