Italic = Flashback
✨
Pintu berpelitur cokelat itu tertutup dengan kencang, terbanting. Menenggelamkan persona yang kini bersandar pasrah pada bidangnya dengan deru napas stagnan tak karuan. Ia bisa merasakan sepasang manik miliknya menghangat, mengaburkan pandang. Hatinya lagi-lagi mencelos, ketika rangkaian kalimat yang keluar dari seorang Pluem Purim beberapa saat lalu kembali menyeruak terulang dipikirannya.
My brother, deserve someone better. And it's not you...
Tak ada kalimat yang lebih menyakiti hatinya dari pada rangkaian tersebut, juga keluar dari orang yang dihormati serta dikasihi oleh persona sang pengisi hati. Tubuhnya merosot, terduduk masih bersandar pasrah pada pintu kamarnya. Hatinya remuk, pikirannya berkecamuk dan tangis yang pada akhirnya pecah tanpa diminta mengiringi kesendiriannya. Ohm membenamkan wajahnya pada kedua lengan yang bertumpu di atas dengkul, terisak. Sesal menggerogoti sanubari, entah akan hilang atau malah terpatri selamanya di relung hati.
"Anjing. Gue sayang banget sama, lo." Tangisnya pecah dan memori-memori lampau kembali terlintas di pikirannya, tentang sosok yang tak pernah sekali pun ia bayangkan pergi dari hidupnya.
***
Terik sinar mentari hari itu menyengat menusuk kulit, bulir peluh juga tak henti keluar dari pori-pori tubuh, membuat pakaiannya cukup kuyup. Atensinya berfokus pada satu titik jauh di depan sana, para senior yang tak henti berteriak dan membentak pada siapa saja peserta ospek yang membuat kesalahan. Demi Tuhan, ini tengah hari dan ia sudah berdiri dalam barisan sejak pagi, tak heran jika banyak mahasiswa baru yang tumbang. Beruntung ia memiliki fisik yang kuat, terima kasih pada gen kedua orang tuanya.
Sedang coba mengalihkan rasa lelahnya, ia bisa merasakan satu tubuh lain yang berada di belakangnya menempel tepat di punggung, tanpa jarak. Ia mafhum, mungkin teman seperjuangannya itu sudah sangat lelah, terlebih saat persona tersebut bersua.
"Sorry ya, numpang nyender, sebentar aja." Suara itu terdengar lirih, sepertinya sangat lelah. Ia kemudian memaling sesaat, melihat sosok lelaki yang bersandar padanya dari ujung mata.
"Kalo nggak kuat keluar barisan aja," sahutnya coba memberi solusi.
"Nggak kok, nggak papa. Cuma sedikit pusing."
"Jangan dipaksa, dari pada tumbang." Dan di menit berikutnya ia benar harus mengangkat tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu ke tenda tempat para panitia yang bertanggung jawab atas kesehatan para peserta ospek berada.
Wajah pucat dengan peluh yang bercucuran nampak memenuhi visualisasinya, terpejam dengan dahi berkerut nampak tak nyaman dengan sakit yang dirasanya, mungkin. Para senior yang melihat dirinya membopong tubuh persona yang lain langsung terlihat bingung, karena sudah cukup banyak mahasiswa baru memenuhi tenda yang disediakan tersebut. Dan salah satu senior selaku panitia acara menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIHOKRATANA [COMPLETE]
FanfictionAll of the things that happened in life always start from family until its found it's end. Daily life of Vihokratana's family. ---------------------------------------- BXB FAMILY!AU TAYNEW PLUEMON DRAKEFRANK OHMNON ⚠️ MPREG ⚠️ Cover pure image by @_...