24. Get Well Soon, Adek

7.4K 818 232
                                    

Terhitung sudah tiga hari berselang sejak kepulangan Frank dari rumah sakit. Orang rumah masih sibuk hilir mudik bergantian memantau si kembar satu Vihokratana itu. Newwie menjadi yang paling sibuk, membuat jadwal pangan serta mencatat segala pantangan yang harus dijalankan oleh Frank, teliti dan rapi.

Sabtu pagi di kediaman Vihokratana, sayup-sayup terdengar gelak tawa memenuhi ruang keluarga. Kao dan Poompat masih di sana, berencana menghabiskan akhir pekan bersama sembari melepas rindu. Maklum, mereka tinggal cukup jauh dari kediaman sang kakak, butuh tiga sampai empat jam perjalanan untuk sekadar bersua jadi, menghabiskan beberapa malam setiap berjumpa tentu sesuatu yang bisa dipahami.

Setelah menyantap sarapan, mereka memang sengaja berkumpul di ruang keluarga. Bercengkrama, berbincang soal kehidupan, tak jarang juga saling melempar ledekan gurau untuk satu sama lain. Jika Frank dan Nanon seakan tak memiliki jarak ketika bersama First, maka sama halnya dengan Purim ketika bersama Kao. Sejak kecil anak sulung Vihokratana itu banyak menghabiskan waktunya bersama Kao dan Poompat, mengingat ia dan Billkin memiliki usia yang sama sedangkan saat baru menginjak usia tiga ia sudah harus berbagi perhatian orang tua bersama kedua adik kembarnya. Tak ada pilihan lain selain menitipkan Purim pada Kao dan Poompat masa itu, karena jelas First  masih anak beranjak remaja, keduanya masih butuh pengawasan.

Purim duduk di antara Kao dan Poompat pada sofa ruang keluarga, tangannya sengaja ia kaitkan dengan milik Kao sambil bersandar nyaman pada pundak sang paman. Melihat keponakannya yang juga sudah seperti anaknya sendiri itu, Kao tersenyum sambil menepuk pelan paha Purim, "Cieee, kangen Dadda, ya?" tanya Kao yang menyebut dirinya Dadda.

Purim menoleh kemudian mengangguk tanpa banyak bantahan, ia benar rindu dengan daddanya. "Hampir setahun nggak sih, Da, nggak ketemu?"

"Maybe, terakhir pas natal tahun lalu, ya?" tanya Kao sambil mengingat.

"Iya deh kayaknya, udah lama banget. Sayang, Billkin nggak ikut," ucap Purim menanggapi.

"Ya sama aja kayak kamu sibuknya," sergah Kao membalas, "Didii mu, tuh, suka kesel juga kalo Billkin udah ngerem aja di kamar seharian," lanjut Kao mengedikkan dagunya ke arah Poompat yang tengah asik menikmati acara di teve.

Purim tersenyum, paham sekali dengan sifat didiinya satu itu, mirip dengan ayah yang selalu bertanya tentang keadaan anaknya terlebih dahulu setiap kali keluar kamar dan tak mendapati ketiga atau salah satu anaknya tidak tertangkap oleh pandangnya. "Si adek tuh emang suka lupa waktu kadang kalo udah di kamar, sama aja kayak adek kembar," ucap Purim sambil mengedikkan dagu ke arah Frank dan Nanon yang sedang duduk bersisian, sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Beneran sodaraan ya berarti, gennya mirip-mirip," tawa Kao pecah kemudian diikuti oleh Purim yang juga tergelak.

"Apa, tuh, ketawa-ketawa?" tanya Nanon sambil memicing.

Poompat yang sedari tadi dapat dengan jelas mendengar perbincangan suami serta keponakannya itu tak kuasa menahan senyum, ikut tertawa setelah mendengar celetukan Nanon, "Ada deh, rahasia," ucap Poompat dan mendapat anggukkan setuju dari Purim juga Kao.

Tay dan Newwie hanya memperhatikan sambil tersenyum. "Abang kalo udah sama Dadda, Didii, sih, lupa sama aliansi bareng adek kembarnya," ucap Tay sambil tertawa, meledek sarkas pada ketiga anaknya.

"Ini kita harusnya manggil Uncle First nggak, sih?" tanya Frank pada Nanon, merasa terpojok.

"Iya anjir, Uncle First pacaran mulu," Nanon mencebik dan Frank ikut mendengkus.

Tawa kembali pecah mendengar keluhan dari sepasang persona paling muda di sana. Melepas penat dengan bincang nyatanya cukup menyenangkan, tak buruk juga untuk menghabiskan waktu di akhir pekan.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang