27. Days Without You

5.4K 686 186
                                    

Liburan selesai, menandakan tidak akan ada lagi individu yang menghabiskan waktu hanya sekadar berbaring dan main game di kediaman Vihokratana. Satu bulan berlalu sejak terakhir kali Adek Kembar saling meluapkan isi hati mereka sore itu dan selama itu pula keduanya sering uring-uringan tidak jelas. Bukan perkara tak bisa merelakan tapi, ini tentang penjelasan yang belum juga mereka dapatkan dengan gamblang dari sang pemberi perih. Ya, Ohm Pawat benar-benar menghilang, tanpa kabar setelah terakhir kali meminta Nanon untuk melanjutkan tamparannya saat ia kembali nanti, pasalnya tak ada yang menahu kapan pria itu akan pulang, pun karibnya sendiri.

Frank melangkahkan kaki di gedung perkuliahan fakultasnya, buru-buru menuruni anak tangga karena tak ingin menunggu lift yang sedang penuh, mempersingkat waktu. Setelah mencapai lantai dasar kakinya langsung terburu melangkah menuju kantin, sejurus dengan hal itu ia juga tak henti mengedarkan pandang, banyak orang menyapanya tapi, lebih banyak lagi yang tak dihiraukannya. Sampai ketika sepasang hazelnya menangkap visualisasi sang karib yang sedang duduk di meja kantin menunggu pesanannya diantarkan.

"Frank, sini!" sapa sebuah suara dari persona yang dikenalnya dengan lambaian tangan dan tentu saja langsung menimbulkan seulas senyum di wajah si empu nama.

Frank membalas lambaian tangan temannya dan kemudian mengikis jarak mendekati sosok tersebut dan mengambil duduk tepat di hadapannya.

Melihat Frank yang masih mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin fakultas mereka, Khaotung angkat bicara, "Nyari siapa, sih?"

Frank mendelik sesaat sebelum menjawab, "Hah?" tanyanya dengan nada yang jelas terkejut, "nggak kok," lanjutnya dan mulai memusatkan atensi pada sang karib.

"Nggak pesen makan?" tanya Khaotung yang baru saja menerima pesanannya datang.

Frank mendengkus, sempat berpikir untuk memesan somay atau bakso lagi pula papa tidak akan tahu tapi, ia urungkan, "Nggak, dibawain makan siang sama papa," ucapnya sembari membuka tas dan mengeluarkan beberapa kotak makan siang yang sengaja disiapkan oleh Newwie.

Khaotung tersenyum, menahan tawa karena baru kali ini ia melihat Frank tahan untuk tidak protes perkara makanan yang akan disantapnya. "Asik anak papa Newwie udah nggak rewel sekarang milih-milih makanan," ledek Khaotung dengan tawa yang akhirnya ikut lolos dari bibirnya.

Frank berdecak kesal, kemudian hanya membalas dengan, "Resek," bibirnya mengerucut kecut membuat Khaotung tertawa semakin kencang.

Keduanya lantas menyantap makan siang masing-masing, tak banyak obrolan karena terbiasa begitu. Mereka baru akan buka suara ketika selesai makan. Khaotung menenggak habis minumannya sebagai tanda ia telah selesai dengan urusan perut. Wajahnya terangkat dan mendapati Frank terlihat ogah-ogahan menyantap makan siangnya.

"Abisin, tuh. Kasian om Newwie kalo liat masakannya nggak lo makan," ucap Khaotung menyadarkan Frank yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Tak banyak bicara, Frank kembali menyendok nasi serta lauknya ke dalam mulut, baru suapan ketiga dan ia sudah mulai merasa malas untuk melanjutkan. Hari ini ia banyak melamun.

Khaotung yang menyadari ada sesuatu yang aneh langsung angkat bicara, "Kenapa, sih, lo? Kok, nggak semangat banget."

Bukannya menjawab, Frank malah menghela napas berat sebagai balasan. Sendok yang sejak tadi digenggamnya ia lepaskan begitu saja, menutup kembali kotak-kotak makan siang di hadapannya lalu meneguk air putih untuk membasahi kerongkongannya.

Khaotung masih memusatkan atensinya pada Frank, menunggu jawaban. Sedangkan si empu yang ditatap hanya menggelengkan kepala, coba memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang