Langkah kaki jenjang silih berganti melaju mengikis jarak yang tak menahu ujungnya. Decit menemenai kala sol sepatu bergesekan kasar dengan susunan keramik yang menjadi pijakan. Tergopoh dengan sepasang obsidian yang tertuju lurus ke depan, hingga lelah dirasa tapi, juga perintah otak tak dituruti oleh sepasang jenjangnya yang malah melaju semakin cepat. Dadanya bergemuruh, berdetak stagnan tak karuan. Ada takut, ada cemas juga harap, meski mungkin yang akan dihadapinya di depan adalah rasa kecewa, seperti biasa.
Tak genap satu jam lalu ia mendapati sebuah panggilan memenuhi ponselnya, nada suara resah, gelisah sekaligus panik meramaikan pendengaran. Sebuah kalimat singkat langsung membawanya bergegas mengambil langkah menuruni tangga rumahnya, tak lagi sibuk memerhatikan penampilan dan bahkan tanpa sadar sepatu yang dikenakan berbeda kanan juga kirinya. Persetan, ia hanya ingin segera sampai dengan harap tak terlalai.
Langkah tergopohnya terhenti ketika satu punggung tegap yang familiar membelakanginya tertangkap oleh sepasang obsidian miliknya. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya bersuara lantang.
"OHM PAWAT!" tegas dan hampir bergema. Membuat sosok tersebut memutar kepalanya menghadap ke balik punggung.
Sepasang jelaga teduh itu bisa melihat seorang laki-laki tengah merunduk bertumpu pada dengkulnya dengan deru napas tersengal. Manik mata keduanya bersibobrok dan tanpa sadar saling mengikis jarak mendekat. Kurang dari dua meter dan pria itu bisa melihat lapisan bening yang menumpuk pada pelupuk sosok di hadapannya.
"Nanon," ucapnya lirih dan langsung dibalas sebuah dekapan erat dari sosok yang namanya terucap. Sepasang lengan kokoh balas melingkari tubuh yang menghambur dalam dekapannya.
Nanon agak mundur, memandang wajah Ohm yang masih dipenuhi lebam, "Who did this to you?" tanya Nanon memperhatikan setiap bercak ungu kekuningan di wajah Ohm.
Ohm tersenyum lalu membalas, "I deserved this after all."
Bulir bening di mata Nanon semakin menumpuk, ia lantas melepaskan dekapan eratnya. Maniknya tak sedetik pun meninggalkan paras penuh luka di hadapannya.
Ohm berdeham, tatapannya berubah sayu. Ia kemudian angkat bicara, "Hey, look." Sebuah kalimat yang kembali membuat keduanya saling melempar pandang, "I don't have much time left but, I think you deserve a proper answer for your last question."
Nanon masih menatap wajah Ohm dengan ekspresi yang sulit diartikan. Perasaan juga pikirannya berkecamuk. Ada bengis amarah yang tersirat di wajah manis itu namun, tak juga mampu berbohong kala api rindunya ikut membara.
Ohm menghela napas dalam dan kembali melanjutkan kalimatnya, "Nanon, it's you."
'PLAK!' sebuah tamparan mendarat kencang pada pipi kiri Ohm. Ia geming, merasa memang harusnya tamparan tersebut dihadiahkan kepadanya sejak awal.
Ohm kembali menatap Nanon, "Lagi, Non."
'PLAK!'
"HOW DARE YOU!" ucapnya dengan amarah yang tak lagi dapat terkontrol. Bulir air mata yang sejak awal sudah menumpuk akhirnya jatuh, bersamaan dengan tamparan brutal yang dilayangkan kemudian.
'PLAK!'
'PLAK!'
'PLAK!'
Ia sudah kembali mengangkat tangannya ketika merasa perih dan panas menjalar pada telapak tangannya yang telah berubah warna kemerahan. Ohm melirik dari ujung mata, mendapati ringis tertahan karena merasakan sakit. Pria itu lalu menarik tangan Nanon dan mengusapnya lembut.
"Udah, kamu sakit," ucapnya sambil menatap telapak tangan Nanon yang panas dan memerah, "kalo belom puas, kamu bisa tampar aku saat aku pulang nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
VIHOKRATANA [COMPLETE]
FanfictionAll of the things that happened in life always start from family until its found it's end. Daily life of Vihokratana's family. ---------------------------------------- BXB FAMILY!AU TAYNEW PLUEMON DRAKEFRANK OHMNON ⚠️ MPREG ⚠️ Cover pure image by @_...