12. Ted Talk

7.8K 1K 276
                                    

Sattabut Drake Sriphothong, laki-laki, sudah memasuki usia tiga puluh tahun, cerdas dan juga mapan dengan paras rupawan. Pembawaan diri yang dewasa, membuatnya dikagumi oleh banyak persona, tak hanya lawan jenis tapi juga persona yang memiliki gender sama sepertinya. Berbicara soal ketertarikan, ia tak pernah benar-benar jatuh pada hati seseorang, bukan berarti ia tak mencoba namun untuk jatuh, rasanya hal itu terlalu jauh.

Drake tak pernah tahu sebelumnya jika ia bisa merasakan hal yang dikiranya tak mungkin. Ajaibnya hanya dalam waktu yang singkat. Lucunya lagi ia jatuh pada sebuah senyuman, dengan bibir menipis dan menampilkan barisan gigi putih, garis lengkung mata yang seakan ikut tersenyum dan pipi yang mengembung kemerahan. Ia tak pernah tahu bahwa di lewat tengah malam itu dengan sepoi angin menerpa wajah lembut juga celotehan yang disertai senyuman dapat membuatnya jatuh, jatuh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa yang baru.

Malam itu nampak jelas wajah sembab dengan kantung mata membengkak didominasi warna kemerahan. Terlihat lelah namun masih memamerkan senyum seakan semuanya baik-baik saja, tawanya renyah dan rengekan merajuk manja membuatnya gemas bukan kepalang. Jika ia tak ingat persona tersebut adalah salah satu anak dari Pimpinan perusahaannya, ia pasti sudah dengan reflek mencubit dan menangkup gemas wajah lucu tersebut.

Pandangannya mengedar di sekitar, sibuk mencari tempat di pinggir pantai yang pas untuk karyawannya siapkan atas sebuah permintaan pesta barbekyu malam nanti. Manik hazelnya menangkap sesosok persona, duduk menghadap hamparan laut yang debur berombak dan sebuah sunggingan terpatri di wajahnya tanpa sadar. Langkahnya melaju, mengikis jarak hingga tepat berdiri di belakang persona tersebut.

"Kalo galau jangan sendirian, nanti dibisikin setan," ia bersua sambil mengambil duduk tepat di samping sosok tersebut.

"Uncle Drake?" sapanya menolehkan kepala dan terlihat sedikit terkejut.

Uncle. Iya, uncle.

"Hai," ia balik menyapa dengan sebuah senyum yang ia usahakan terlihat wajar.

'DEG!' detak miliknya bergejolak kala sebuah senyum indah layaknya semalam tadi kembali terlontar untuknya. Terlampau indah meski sembabnya masih di sana. Seketika fokusnya goyah, ia benar jatuh pada pesona lelaki yang satu dekade jauh lebih muda darinya, wajarkah?

"Hahaha hai Uncle," jawabnya disertai dengan sebutan untuknya yang seakan memberikan batasan tegas dan cukup tinggi.

Drake masih tersenyum meski hatinya agak mencelos. "Sendirian aja?" tanyanya mencoba mencari bahan pembicaraan.

"Hm," ia membalas dengan gumam sekaligus menganggukan kepala. "Uncle lagi free?" tanyanya lagi.

Drake mengerutkan keningnya saat kata 'uncle' terlontar dengan gamblang dari bibir lelaki di sampingnya itu.

"Panggil Kak aja kali hahaha," balasnya memulai protes.

"Gimana bisa? Uncle kan temennya uncle First hahaha," tawa renyah keluar mengiringi senyuman semringahnya.

Drake mengangguk dengan bibir agak menyebik, isyarat mengerti. Tawa renyah itu kembali memenuhi pendengarannya, membuat bibirnya tanpa sadar ikut mengukir senyum.

"Iya, iya terserah." Drake tanpa sadar mengangkat tangan kirinya dan mengusak surai legam lelaki di sampingnya itu masih dengan senyum.

"Oh iya, Uncle. Kata ayah nanti malem mau barbekyu bareng sama keluarga Uncle," bebernya sesaat setelah teringat pesan dari sang ayah pagi tadi.

"Hm iya, udah dikabarin First kok tadi. Ini sekalian mau liat-liat buat tempatnya," balas Drake yang memang sudah mengetahui tentang acara nanti malam.

VIHOKRATANA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang