Pendar cahaya merubah gulita menjadi temaram, mengabur karena adaptasi belum sempurna. Penciumannya membaui aroma khas yang paling tak ia sukai selama hidup. Sementara tubuhnya terasa kaku dan pegal dari ujung kepala hingga ke kaki. Sepasang manik mata miliknya sudah terbuka sempurna, mengedar ke sekitar ruangan dengan luas mencapai dua puluh meter persegi itu. Sendiri, tak ada siapa pun yang menemaninya di ruangan tersebut.
Tangan kirinya diangkat, menatap nanar pada jajaran selang infus yang melekat di lengannya. Ia meringis, jika boleh jujur seorang Frank Thanatsaran tidak pernah suka dengan rumah sakit, apalagi harus sampai dirawat inap begini dan membiarkan jarum-jarum bersarang di tubuhnya. Sejak kecil sudah bolak-balik masuk rumah sakit, tapi hingga detik ini ia tak pernah bersahabat dengan segala tindak-tanduk serta semua hal yang ada di dalamnya.
'Kriek' suara pintu terbuka.
"Oh God, you're up?" Frank menolehkan kepalanya, ia kenal betul dengan suara itu.
"Paw?" ia bergumam untuk dirinya sendiri. Manik matanya membulat sempurna namun masih nampak tak berekspresi karena lelah.
"Hey," sapa Ohm sambil menghampiri ranjang yang berada di tengah ruangan. "Masih sakit? Aku panggilin dokter dulu, ya?" manik mata sekelam jelaga itu menatap sepasang hazel di hadapannya yang masih sayu, menyiratkan kekhawatiran. Tangan kirinya bersarang pada surai kecokelatan milik Frank, mengusap penuh kasih.
Frank menggeleng lemah, ia hanya lelah dan sudah merasa baik-baik saja. "Kok di sini?" tanyanya dengan suara parau.
Ohm membuang napasnya kasar, rasa kesal kembali muncul ketika mengetahui lelaki yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit saat ini lagi-lagi membuatnya naik pitam.
"Jujur sama aku. Dua minggu kemaren berapa kali makan nasi? Berapa kali makan mie instan? Berapa kali nggak makan sama sekali? Dan sesering apa minum obat mag?"
Mendengar rentetan pertanyaan dari Ohm membuat nyalinya menciut. Sepasang jelaga pria itu menatapnya seakan mengintimidasi dan cukup membuat lidahnya kelu.
"Ribuan kali deh aku udah ingetin kamu terus buat makan teratur. Buat kurangin makan pedes-pedesnya, masih aja nggak didenger, heran. Kalo udah sakit gini gimana coba?" Ohm berhenti sejenak, masih menatap lekat manik Frank yang mulai bergetar ingin mengalihkan pandang.
"Untung libur semester, jadi paling nggak aku masih bisa jagain. Nggak kasian sama orang rumah?"
"Aku lagi sakit, kamu kenapa bawel banget deh? Nyebelin, tau nggak?" ucap Frank dengan suara yang masih parau dan tercekat. Ia paling benci ketika Ohm sudah mulai marah-marah begini, walaupun memang ini jelas kesalahannya.
Tatapan mata Ohm melunak, tersadar bahwa mungkin ia sudah terlalu keras pada lelaki itu. Ia lupa bahwa Frank akan sangat manja ketika sedang sakit dan jelas tak bisa dilawan dengan nada terlampau keras.
Ohm lagi-lagi mengembuskan napasnya kasar, "maaf aku kelepasan. Aku khawatir banget pas tau kamu sakit sampe harus dirawat inap segala," pria itu masih mengusap lembut surai Frank, memberikan afeksi penuh kasih.
"Aku panggil dokter dulu, ya? Kamu akhirnya bangun setelah dua hari nggak sadar."
Frank jelas kaget, "dua hari?" tanyanya reflek.
Ohm mengangguk, "tunggu dulu, ya."
Belum sempat ia berbalik, tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Frank, "kenapa, Sayang?" tanyanya lembut.
"Jangan lama-lama."
Ohm tersenyum, kemudian melepaskan tangan Frank dan membubuhkan sebuah kecupan pada punggung tangannya, "will be back soon." Tubuh tegap itu akhirnya beranjak dan menghilang di balik pintu yang kembali tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIHOKRATANA [COMPLETE]
FanfictionAll of the things that happened in life always start from family until its found it's end. Daily life of Vihokratana's family. ---------------------------------------- BXB FAMILY!AU TAYNEW PLUEMON DRAKEFRANK OHMNON ⚠️ MPREG ⚠️ Cover pure image by @_...