Bag 1 - Lucid Dream

306 68 0
                                    

SATYO POV

"Hai, apa itu... kau?"

Aku tak percaya. Dari sekian pilihan waktu yang kuinginkan, ternyata Tuhan memilih waktu yang salah.

"Kau ingat aku 'kan...? Aku teman sekelasmu dari SD sampai SMP."

Orang yang aku temui hari ini hanya membeku di tempat. Dia mungkin masih berusaha mengingat-ingat siapa diriku. Maka dari itu aku mulai mendekatinya perlahan.

"Apa kau ingat? Aku ini orang yang sering jadi juara kelas dan dimanjakan ayahku banyak hal." Aku menceritakan sesuatu padanya. "Kau sendiri, orang yang sering menang lomba karya seni dan mudah dapat banyak uang, bantuan, hingga sumbangan. Sampai akhirnya, kau tahu, semua orang iri kepada kita."

Aku hampir sampai. Namun aku lihat orang itu mulai ketakutan.

"Dan kau ingat saat kecelakaan bertahun-tahun lalu? Ibumu datang menyelamatkan aku. Aku anak kecil yang terjatuh di jalan, lalu—"

Tanpa diduga, pemuda sebaya yang merupakan sahabat masa kecilku, berlari menjauhi diriku.

"Loh, kau mau kemana itu? Hei tunggu aku!" Aku terkejut, lantas turut berlari mengejarnya.

Siapa sangka kalau ternyata sahabatku masih bisa berbicara selagi berlari. "Tidak. Tinggalkan aku!"

"Kenapa? Kita sudah lama tidak bertemu."

Pemuda itu tidak mau menjawab. Aku sulit mengejarnya karena kedua kakinya gesit sekali sampai posisinya mulai menjauh dariku. Aku pun terus mengejarnya dan memanggil namanya.

Ada apa dengannya? Apakah dia takut padaku?

Sampai suatu ketika kami berhasil keluar dari bangunan bekas pasar tradisional. Jalan lebar depan pasar yang kebetulan sepi kendaraan kami lewati. Pemuda itu seolah tidak punya rem setelah melaju cepat sekali. Aku sendiri gagal menyusul karena entah siapa yang tiba-tiba menginjak rem kedua kakiku hingga ambruk di tengah jalan. Sial sekali!

Bau aspal yang masuk dalam hidung menciptakan sebuah kenangan kelam di masa lalu. Jalan yang aku timpa saat ini sempat menjadi saksi peristiwa tragis yang pernah menimpa diriku dan ibu dari sahabatku yang aku kejar tadi. Mendadak aku merasakan keanehan. Mengapa kakiku tidak bisa bergerak? Aku amati tidak ada luka serius di kakiku.

Apa jangan-jangan, peristiwa serupa akan terjadi kembali hari ini?

"Awas! Cepat pergi dari sana!"

Aku terperanjat. Bagaimana aku bisa melakukannya di saat kakiku terasa seperti diberi perekat tebal?

Entah dari mana pula, sebuah mobil putih muncul dari ujung jalan disana. Sepertinya mobil itu mengarah padaku. Astaga ada apa ini? Berdiri saja aku tidak bisa. Siapa makhluk yang menjebak diriku kesini? Aku semakin ketakutan sekarang.

Aku melirik jam tangan hitam dengan cepat, sudah retak berat bahkan nyaris hancur. Tidak, apakah kutukan itu...

"TIDAK!"

Aku tidak sadar kalau orang yang sempat kabur dariku justru berbalik kepadaku.

Aku terlalu fokus dengan mobil putih yang melaju sangat kencang dan seolah tidak bisa berhenti, diiringi bunyi klakson yang sengaja memeka telingaku. Aku hanya membayangkan mobil itu, dari ukuran kecil lalu mulai membesar, dan terus lebih besar lagi.

Hingga akhirnya aku sadar bahwa sebenarnya...

sebenarnya....

sebenar—

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang