Bag 29 - Apa yang Terjadi?

95 28 1
                                    

AUTHOR POV

Waktu mundur sebentar, di tempat yang berbeda...

Minggu, 04 November 2023.

Dari yang awalnya gelap, perlahan menampakkan pemandangan yang berbeda.

Kepada Didik masih terasa pusing, namun setidaknya ia masih bisa melihat. Dari awalnya buram, lalu mulai terlihat warna pemandangan yang samar, hingga akhirnya tampak semakin jelas.

Ia berada di dalam kamar yang tak asing. Ia berpikir pernah masuk dalam tempat itu. Kamar itu cukup sederhana. Dindingnya dari kayu. Lampu kamar tidak terlalu terang. Di luar jendela pun tampak gelap.

Hawa dingin perlahan menusuk tubuhnya yang entah mengapa terasa hangat. Dia begitu lemas, tak sanggup berdiri. Kepala pun juga terasa pusing. Ia berpikir apa saja yang telah ia lakukan saat itu.

Lalu terlihat sebuah pintu terbuka. Ada seseorang datang memasuki kamar. Sepertinya orang itu adalah pemilik rumah. Tetapi Didik sangat mengenal sosok itu. Sudah lama ia mencari orang itu. Terakhir kali orang itu pergi tanpa kabar, membiarkan tempat ini kosong. Namun apakah orang itu yang membawa dirinya ke kamar ini?

Apakah karena orang yang sudah menjadi teman—sejak bekerja di tempat yang sama di pasar baru desa Sukamara—tidak sabar untuk mengundang kedatangannya lagi?

Orang itu duduk dan memegang dahi Didik. "Agaknya kau masih demam. Mending teruskan saja tidurnya."

"Ruli...?" Didik menyebut nama orang itu dengan suara serak.

"Ah, kau masih kenal aku rupanya. Syukurlah, kupikir kau kena lupa ingatan," ucap Ruli.

"Rul, aku ada dimana sekarang? Dimana rumahku? Bukannya tadi aku ada di mobil." tanya Didik mendadak cemas.

"Tenang, jangan gelisah dulu. Kau sekarang aman disini."

"Katakan apa yang terjadi padaku?"

"Eh, tiga hari lalu aku menemukan kamu pingsan di pinggir sungai. Aku sempat pikir itu mayat loh. Dan ternyata itu memang kau. Karena tidak ada orang lain yang aku minta tolong, maka aku nekat gendong kau yang ternyata lagi panas tinggi sampai... nafasmu juga tipis. Aku takut mengira kau sekarat dan hampir mati waktu itu.

"Terus aku undang dokter Puskesmas kemari. Sudah tiga hari kau belum sadar sejak istirahat disini. Malam ini aku baru saja hendak membawamu ke Puskesmas. Tapi... baguslah kau baru sadar sekarang," kata Ruli menjelaskan.

"Tiga hari... Ah, sekarang dimana orang itu? Aku tadi diantar orang itu. Aku harus pulang..." Didik kembali gelisah.

"Sudah sudah, kau sebaiknya istirahat saja. Jangan pikirkan orang itu atau apalah yang lain!"

Didik hanya menurut. Ruli pun menghela napas.

"Kalau kau minta sesuatu panggil aku ya. Aku ke dapur sebentar habis itu balik kesini lagi. Oke?" pinta Ruli menenangkan.

"Baiklah, terima kasih," jawab Didi tersenyum.

Ruli akhirnya keluar dari kamar. Sementara Didik kembali memejamkan matanya. Ia tak menyangka bisa bertemu Ruli kembali.

Baru beberapa jam kemudian, Didik menyadari sesuatu. Ia sempat diantar orang dinas dengan mobil, diberikan botol air berwarna mencolok, hingga badannya lemas dan mulai mual. Itulah yang membuatnya tak sadarkan diri sampai akhirnya seperti yang Ruli katakan.

Lantas, apa yang terjadi dengan rumahnya sekarang?

----00----

Besok pagi, Didik menanyakan hal yang dipikirkannya kepada Ruli.

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang