SATYO POV
"Kau ini kenapa? Sudah kesekian kalinya kau bolos jam kuliah. Lebih sering terlambat meskipun kau sudah datang di kampus duluan. Otak kau itu kenapa coba?"
Aku merasa jengah ketika teman sekamar sekaligus teman sekelas satu jurusan denganku terus mengomel tidak jelas. Mengapa dia harus peduli padaku? Yang sedang mengalami adalah aku. Yang harus bertanggung jawab adalah aku. Tetapi mengapa dia yang merasa cemas padaku?
"Hei, kamu itu tuli ya?" Rudi mulai menghentikan aku. "Jawab dulu pertanyaan aku!"
Aku bergumam sejenak, "Apa?"
"Benar, dia tuli rupanya." Tatapan dia mulai tajam. Suaranya juga pelan. "Kau... pasti memikirkan seorang gadis ya?"
Sesaat aku kebingungan. "Gadis, apa maksudmu?"
"Sudah jangan bohong. Akui saja kau pasti memikirkan calon pacarmu."
"Kenapa tiba-tiba membahas pacar?"
Rudi mendesah. "Karena kau sulit diajak omong. Gimana sih?"
Hening. Aku pikir dia langsung pergi—akan lebih bagus sehingga aku bisa kabur ke tempat pelarianku.
"Tuh 'kan? Orangnya mendadak kena hang" Ia mulai bersedekap. "Aku akan menahanmu disini, berdiri dan tunggu sampai kau mau jawab atau bicara apa saja!"
Mulai berlagak seperti Jefri rupanya? "Rudi, aku ini tidak sedang memikirkan gadis manapun?"
"Terus?"
"Terus, aku masih belum punya pacar sampai sekarang."
"Terus?"
"Terus, aku sudah menjawab pertanyaanmu? Nah, sudah selesai?"
Benar saja Rudi kesal tak karuan. Eh, tapi kenapa dia menarik tanganku? Ah, aku pikir dia akan pergi. Sial!
"Kau mau bawa aku kemana?" keluhku.
"Apa kau sendiri lupa dengan teman sekamar lainnya? Kita juga harus ajak pulang bareng." Rudi menjawab enteng.
"Mustahil."
"Mungkin mustahil buat teman bahasa Inggris, tapi tidak dengan teman sejarah kita." Rudi kembali menarik tanganku.
Rudi membawa aku ke salah satu gedung dimana kelas Jefri berada. Aku kira ia akan menemui Jefri untuk mengadu sesuatu.
"Tunggu disini. Jangan pergi!" Rudi berlari masuk ke dalam gedung.
Aku mendesah. Seharusnya aku mengkhianati Rudi dengan kabur darinya. Tetapi aku baru kepikiran bahwa dia butuh pertolonganku karena suatu hal. Aku bisa saja tidak peduli, namun entah mengapa itu terlalu kejam untuk diwujudkan.
Sambil menunggu, aku mengamati sekitar. Gedung di depanku sih tampak berumur panjang—terbukti dari warna genteng dan tembok yang memudar. Tempat ini begitu sejuk dengan pepohonan rindang. Alangkah ngeri jika tempat ini sedang sepi, pun dalam keadaan gelap. Tetapi kalau lampu luar dinyalakan mungkin akan mengubah nuansa seram.
Tak lama menunggu, seseorang yang bukan temanku datang. "Mas Satyo?"
Aku menoleh dan kembali melihat gadis yang sempat menemui diriku di perpustakaan. "Erni ya?"
"Ah iya benar. Kenapa mas datang kemari?" tanya Erni.
Aku berusaha menunjuk gedung di samping aku. "Itu lagi menunggu teman."
Erni hanya membeo. "Mas, itu... boleh minta nomor nggak?"
Nomor ponsel? Mendadak begini? "Kenapa memang?"
![](https://img.wattpad.com/cover/254334597-288-k222616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Everything is Regretful
Horror[TAMAT] Genre Cerita : Horor - Pembunuhan, Spiritual, Persahabatan Melupakan masa lalu tidak semudah mengingat rencana masa depan. Rasa sakit yang dialami di masa lalu tidak akan sama dengan rasa penyesalan di masa depan. Satyo, dengan segala upaya...