Bag 26 - Ingin Menolak

91 26 2
                                    

AUTHOR POV

Baru kali ini, sejak pertama kali mengunjungi area kampus yang luas Satyo bisa menikmati udara sejuk dengan angin yang menghembus dengan lembut di taman utama kampus tersebut. Pikirannya sejenak tenang dengan adanya pepohonan rindang di sekitarnya. Ternyata ada tempat yang lebih baik dari ruang perpustakaan kampus.

Biasanya ia suka menikmati udara segar seorang diri. Namun kali itu ia ditemani oleh Erni, yang entah bagaimana masih saja tidak merasa jenuh untuk berada disisinya.

"Sebelum mulai, kamu tidak keberatan jika aku bertanya hal yang sedikit... pribadi?" tanya Erni memulai.

Satyo hanya mengangguk tanpa kata.

"Baiklah. Kalau begitu aku ingin tahu, apa kamu pernah menyukai seseorang selama hidupmu?" Suaranya agak lirih.

Deg! Pertanyaan itu sekejap membuyarkan pikiran Satyo. Ia sadar bahwa selama ini dirinya sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tidak terbawa ke arah sejauh itu.

"Ada apa kamu menanyakan itu?" tanya Satyo terkejut.

"Ingin tahu saja. Tolong jangan pikirkan aneh-aneh dulu! Aku cuma ingin tahu apakah kamu punya kesamaan denganku."

"Memang kamu sendiri juga pernah menyukai seseorang?"

Erni menghela napas. "Ya, begitulah. Mau aku ceritakan?"

Satyo kembali mengangguk saja.

"Waktu itu ada seorang cowok yang sangat menyukai aku. Dia tidak kuliah disini, namun dia menemui aku pertama kali saat acara pengenalan tempat kuliah ini. Beberapa minggu kemudian, dia bicara langsung bahwa dia ingin aku menjadi pacarnya. Aku sangat bahagia saat itu. Kami pun habiskan waktu bersama, merayakan hal bersama. Namun hubungan itu tidak berlangsung lama.

"Akhir-akhir ini kami jarang kontak, jarang ketemu, dan sibuk masing-masing. Aku sempat cari tahu apa yang sedang cowok aku lakukan saat itu. Kulihat dia selalu kumpul bersama banyak cewek lain yang rata-rata jauh lebih cantik dariku. Sampai saat itu aku diam-diam melihat dia membonceng salah satu cewek dengan motor gede miliknya. Aku cemburu karena tidak pernah diperlakukan seperti itu olehnya.

"Namun aku tetap penasaran siapa cewek itu, apalagi hampir tiap hari cowok aku terus bersama cewek yang sama itu. Barulah aku tahu kalau cewek itu sudah menikah, tapi suaminya pergi lama dan tanpa kabar. Dia itu dua tahun lebih tua dariku. Aku sempat ketemu sih dengan cewek itu. Waktu itu aku pura-pura mengaku bahwa aku ini sepupu si cowok. Jawaban dia ternyata mengejutkan aku. Cewek lain itu memang sedang punya rasa sama cowok aku. Dan dia juga ingin pisah sama suaminya karena... entah aku lupa-ingat. Intinya dia jadikan cowok aku sebagai pelarian. Tapi aku tidak suka, apalagi cowok aku malah menurut sama cewek itu. Jadi akhirnya... hubungan aku dan cowok itu selesai," jelas Erni banyak sekali.

Satyo kembali berpikir keras. Dia bukan ahli percintaan. Namun bukan berarti ia juga tidak pernah mengalami rasa cinta, setidaknya tidak seburuk yang diceritakan Erni barusan. Itu mengingatkan dirinya pada Caca, gadis yang sering ditemuinya di halte depan kampus.

"Apa kamu yakin kalau cewek itu menyukai pacarmu? Kamu juga sudah berterus terang dengan pacarmu?" tanya Satyo.

"Barusan tadi malam aku melakukan itu. Karena terlalu menyakitkan, jadi akhirnya kami udahan begitu saja."

"Terus bagaimana dengan perasaan pacarmu juga? Dia masih memilih kamu atau orang lain?"

"Kalau dia memilih aku, seharusnya saat ini dia datang kemari dan menemui aku."

Satyo terdiam sejenak. Menurutnya, seharusnya yang lelaki itu keterlaluan. Kalau lelaki itu memang memiliki kekasih, seharusnya saat bersama gadis lain dia sudah memberitahu bahwa dia sudah punya seseorang.

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang