Bag 15 - It's A Little Miracle

114 30 0
                                    

AUTHOR POV

Sudah dua menit di kamar Bono begitu senyap. Ada yang tidak beres di antara dua orang di dalamnya.

"Kita... bertemu dalam mimpi yang sama," ulang Didik.

Bono tampak memahami situasi saat ini. "Nah, Ari. Dia itu memang Didi, orang yang kau cari selama ini. Belum lama aku menemukan dia lagi semaput di dalam rumah yang nyaris tak terawat. Aku tinggalkan sebentar buat kalian berdua ya."

Masih senyap. Meskipun Bono sudah pergi dari kamar, baik Didik maupun Ari masih tak lanjut bicara. Keduanya sangat canggung

Apa Ari masih mengingat aku?

Apa Ari sudah membenci aku?

Apa Ari...?

Dari layar terlihat Ari mulai menitikkan air mata. Ini momen keajaiban yang tak disadari mereka berdua.

"Satyo, ada apa? Kenapa menangis..."

"Tidak apa. Aku keluar sebentar." Suara Ari terdengar serak. "Oh iya. Kamu jangan putuskan sambungannya ya?"

Didik hanya menurut dan menunggu. Ponsel Bono terlalu besar untuk dipegang. Ia sebenarnya baru tahu ada panggilan dalam bentuk video. Semoga saja tiada sesuatu yang mengganggu momen kali ini.

Berharap Gus Tok tidak mengganggu pertemuan mereka berdua.

Selama menunggu ia hanya melihat layar yang gelap, lalu menampilkan sebuah ruang tak dikenal, kemudian menggelap lagi, dan terus berulang sekitar delapan kali. Sampai akhirnya Didik bisa melihat wajah Ari kembali di layar ponsel milik Bono.

"Apa kabar?" ucap Ari membuka bicara. Suaranya masih serak.

Didik bergumam sejenak. "Kau masih ingat aku?"

"Tentu saja aku masih ingat." Ari tampak tersenyum kecil. "Jadi mimpi yang selama ini kita alami...,"

"Kurasa iya, kita sempat dipertemukan dalam mimpi," Didik mengeratkan selimutnya, "sebelum pak Yanto mengganggu kita."

"Benar, aku ingat itu. Dalam mimpi ada hantu pak Priyanto menyerang kita berdua. Dan setelah itu aku tidak memimpikan dirimu lagi sampai sekarang. Jadi," kata Ari mulai tenang, "kalau kamu bagaimana?"

"Aku diteror lagi olehnya." Didik berharap Gus Tok tidak mendengarnya. "Dia menyuruh aku mencari keris antik yang tertinggal di hutan saat pak Yanto terbunuh. Dia mungkin ingin menghancurkan keris itu."

"Apa kutukan itu masih belum hilang juga? Itu berarti... ucapan Wijaya ada benarnya."

"Apa dia tidak bisa mati meskipun orang yang ditarget seperti aku masih hidup?"

"Iya. Dan sepertinya... Wijaya memang masih hidup sekarang."

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku bertemu seorang bapak yang sempat punya masalah sama kartu ATM-nya. Sekilas wajahnya mirip Wijaya. Tetapi ketika ia menitipkan buku berharganya, isinya mirip sekali yang ditulis Wijaya," jelas Ari. "Aku pernah membacanya dulu. Dan yang tertulis di buku titipan orang memang sama. Aku curiga dia memang Wijaya, tapi sampai sekarang aku masih mencari tahu."

"Kau tahu, bu Manti juga memberitahu aku. Kutukan itu masih akan terjadi tahun ini. Dia paling banyak komunikasi dengan arwah pak Yanto. Katanya juga, saat ini arwah pak Yanto sedang mencoba merasuki salah satu teman kampus dari putrinya untuk bersekutu. Iya seperti aku dengan pak Yanto dulu," kata Didik.

"Kamu tahu, sebelum mimpi bertemu dirimu aku sering diteror lebih dulu oleh hantu Priyanto. Dia mencoba membunuhku dengan berbagai cara. Aku tidak tahu kenapa dia ingin aku mati."

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang