Bag 27 - Getting Hate

99 28 4
                                    

AUTHOR POV

Sudah berkali-kali Satyo dirundung mimpi buruk. Ada berbagai kisah dari mimpi itu. Pertama, ia dikejar semacam zombie yaitu para korban tewas dari kutukan yang dijalankan pak Wijaya. Kedua, ia melihat ibu dan ayah Didi, meronta-ronta meminta tolong, entah untuk menyelamatkan mereka atau hanya menjaga Didik tetap hidup. Ketiga, ia mencoba berusaha kabur ke suatu tempat dan ternyata dipertemukan lagi dengan serangan Priyanto dan keris milik hantu itu. Dan keempat ia terbunuh oleh keris hantu Priyanto atau mati ditabrak mobil seperti yang ia alami waktu kecil di kampung halamannya.

"Kalau sekarang, kau bermimpi apa?" tanya Jefri setelah Satyo menceritakan segala mimpi buruk itu.

"Aku... hanya dibisik oleh suara hantu yang biasa mengganggu."

"Hantu itu seperti apa rupanya?"

Satyo mulai mengerat badannya. "Dia terlihat seperti manusia biasa. Kepala botak. Pakaian serba hitam. Dia bawa keris untuk membunuhku."

Jefri berpikir Satyo benar-benar kerasukan setan.

"Serius, mimpi seperti itu jauh mendingan dibanding sebelumnya. Pak Wija—eh, seorang bapak pernah bilang padaku. Kalau aku dilindungi seseorang sampai kutukan itu selesai, aku akan baik-baik saja," sambung Satyo.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan tetap melakukannya untukmu sampai hantu itu tidak mengganggumu lagi."

"Terima kasih banyak, Jef. Tidak ada lagi orang yang bisa aku percaya selain dirimu."

Meskipun keduanya berbaring, namun Jefri tetap merangkul Satyo se-nyaman mungkin. "Tidurlah, aku akan bantu usir hantu itu darimu."

Mungkin menurut Satyo itu candaan, tapi bagi Jefri dia serius.

Selama Satyo tertidur, Jefri diam-diam berbisik menyebut istilah-istilah asing semacam mantra yang sesekali dibuat seperti lagu. Namun Satyo tidak merasa terganggu dan justru tidur semakin nyenyak.

----00----

Di akhir pekan, Satyo ingin pergi menunjukkan suatu tempat yang sangat menarik bersama Jefri. Di perjalanan Jefri mampir sejenak ke supermarket tak jauh dari kampus untuk membeli minuman ringan. Namun Satyo memilih menunggu di luar. Ia tahu, itu tempat Caca bekerja saat ini.

Saat tengah menunggu, ada mobil yang berhenti di depan tempat itu. Satyo bersembunyi sejenak agar tak terlihat. Ia menyadari bahwa itu mobil yang sama dengan milik Andre, teman sekamar kosnya dulu.

Dan yang keluar dari mobil itu adalah, Andre dan Caca.

Satyo terkejut bagaimana Andre bisa kenal dekat dengan Caca. Dilihatnya Andre mengeluarkan sebuah kado cukup besar berwarna emas dengan diikat oleh pita merah di atasnya. Lalu kado itu diberikan kepada Caca yang juga terlihat senang. Andre bahkan tanpa ragu mengelus rambut sepupu dari sahabatnya dari kampung halaman dengan lembut, bahkan merapikan pakaian gadis itu juga. Lalu Andre merangkul Caca yang membawa kado tersebut dengan santai dan masuk kembali ke dalam sisi lain supermarket.

Tiba-tiba dada dan kepala Satyo terasa panas. Ia memang kurang suka pada Andre, pun menjadi semakin parah ketika melihat dia bersama Caca. Orang itu tidak tahu bahwa dirinya juga dekat dengan gadis itu.

Jefri tampak keluar dari supermarket itu. Seketika wajah masam Satyo kembali pulih seperti semula.

"Tadi kaget juga ada kejutan ulang tahun pada si pemilik toko yang ternyata sedang melihat-lihat tempat usahanya sendiri." Jefri menunjukkan kantong berisi beberapa botol minuman ringan. "Aku sudah belikan pengisi dahaga. Ayo kita lanjutkan perjalanannya."

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang