Bag 8 - Sosok Baru

168 32 1
                                    

SATYO POV

"Satyo, kenapa bengong saja?"

Aku sejenak menghadap salah satu teman sekelas yang sedang mengangkat tas miliknya. "Ada apa?"

"Kelas sudah kosong nih, kenapa kau masih bengong disitu?"

Aku mengamati seisi kelas sudah hampir kosong. Rudi bahkan sudah tidak ada disini.

"Umm... bukan apa-apa. Pulang saja dulu, aku masih coba menunggu sesuatu," respon aku kemudian.

Orang itu pergi keluar kelas, melewati pintu, dan seketika pikiranku buyar. Tidak ada sesuatu yang menunggu di luar sama.

Sesuatu? Tadi aku habis lihat apa ya?

Dengan canggung aku berdiri dari bangku, menggotong tas di balik punggung, dan berjalan perlahan ke arah pintu kelas. Sebuah cutter mini masih di genggaman, siaga terhadap sesuatu di luar sana.

Sesuatu? Tadi di luar sana ada apa ya?

Lolos dari pintu, kulihat lorong antar kelas lengang seperti biasa. Beberapa mahasiswa melintas seperti biasa, tak peduli keadaan di sekitar. Maka aku pun mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Hampir keluar dari gedung kampus, aku berhenti sejenak untuk menyimpan kembali cutter mini ku di dalam tas. Saat itu ada kertas coretan berupa sketsa abstrak yang sudah tidak digunakan. Jadi, aku hendak membuangnya di tempat sampah tepat di samping kiriku.

Aku belum siap bermain cilukba hari ini. Peek a boo!

Ada kepala botak dengan mata merah melotot di dalam tempat sampah.

Dan seperti biasa, "MATI KAU!"

"AAHHH...!" Aku begitu refleks terdorong ke belakang. Sampai kapan jantung ini bakal sembuh sejak berhari-hari dihadapi adegan mengejutkan.

Tanpa sadar aku menabrak sesuatu di belakangku. Aku pun jatuh di lantai, bersama suara pecahan benda yang aku duga berasal dari keramik.

Aku mulai was-was. Kuharap itu pot bunga di depan kantor administratif atau ruang dosen. Tetapi yang aku dapatkan adalah kalimat menusuk telinga.

"APA YANG BARUSAN KAU LIHAT?? LIHAT, KARYA SENI ORANG PUN RUSAK!"

----00----

Aku benar-benar lelah hari ini.

Apa yang sudah terjadi padaku selama ini?

Aku hanya ingin hantu itu pergi dariku?

Betapa sialnya diriku, ketika aku harus disuruh ganti rugi karena merusak patung tanah liat buatan salah satu anak didik dari dosen yang memarahi aku barusan. Aku diminta menghubungi salah satu mahasiswa jurusan seni rupa dan bertanggung jawab atas perbuatan tak disengaja dariku.

Masalahnya aku tidak kenal siapa mahasiswa pemilik patung pecah yang aku simpan dalam kantong plastik merah di genggaman. Dosen itu hanya memberi nama mahasiswa itu tetapi tidak bersama dengan nomor ponsel. Lantas bagaimana cara aku memberitahu dia? Mendatangi kelasnya langsung? Namun belum tentu orang itu punya jam kuliah yang sama denganku. Selain itu aku tidak punya kenalan yang satu jurusan maupun satu fakultas dengan orang itu.

Sampai akhirnya aku mengingat nama Erni, gadis yang juga seorang mahasiswi yang belum lama dekat denganku. Dia pasti masuk di fakultas yang sama, Seni Budaya. Kurasa besok aku bisa bertanya langsung kepadanya.

Namun masalah lainnya yang baru terpikirkan, batas waktu yang diberikan hanya dibatasi sampai dua hari. Aku semakin tidak tenang. Mustahil membuat seni patung dalam waktu dua hari, kecuali kalau bahan bakunya masih tersedia dan proses pembuatan hanya dibantu oleh cetakan pun patung yang dibuat berukuran kecil.

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang