AUTHOR POV
Jam sembilan malam, Didik terlalu antusias untuk eksplorasi ponsel pintar canggih pertama yang didapatkannya—dari seorang kenalan, anggapnya.
Ia sudah mencoba beberapa fitur di ponsel tersebut. Mulai dari memutarkan musik bawaan ponsel, memutar radio, hingga memutar video. Saat ini dia tengah melihat kumpulan foto yang banyak memuat orang-orang yang tidak dikenalnya. Kecuali ada foto Ari dan si pemberi ponsel itu. Mereka semua memakai seragam SMP, sama seperti yang ia miliki sebelum putus sekolah.
Andai saja ia tahu bahwa seorang kenalannya adalah teman sekelasnya sendiri.
Tanpa sengaja Didik juga menemukan foto dirinya yang sedang duduk menyendiri di kelas. Ia pun mematung, menemukan sosok dirinya disana. Penampilan Didik muda di foto itu sangat misterius, kalem tetapi emosional. Benaknya mencoba membandingkan dirinya yang dulu dengan yang sekarang. Didik muda berambut pendek, kulit sedikit terang, dan wajah bersih bahkan tanpa kumis dan janggut. Ia merasa tersindir akan penampilannya sendiri. Itu sebabnya Bono maupun Ari memperingatkan dirinya untuk menjaga dan membersihkan tubuh miliknya.
Sampai sekarang pula ia masih menunggu panggilan Ari lewat ponsel pemberian Bono.
Bosan menunggu, ia letakkan ponsel itu dengan asal di sisi kasur. Ia pejamkan mata sejenak sampai ponsel itu berdering—kata Bono, Ari akan menelpon dirinya jika terdengar suara panggilan dari ponsel itu.
Sampai jam sebelas malam, keadaan hening seperti biasanya. Didik masih terlelap, sekaligus menunggu.
Jam satu dini hari, Didik terbangun sendirinya. Namun suara dari ponsel masih tidak ada.
Didik khawatir, apakah Ari sibuk hari ini? Mengapa orang itu tidak menelpon dirinya?
Mencoba berputar posisi berbaring, tepatnya saat melihat pintu kamar yang terbuka. Didik terlonjak kaget dan melompat dari kasur.
Hantu Priyanto, alias pak Yanto, menghadap dirinya.
Ia sangat ketakutan. Tidak mungkin ia bisa melihat hantu. Lagi pula dirinya sendiri penuh dengan dosa.
"Terkejut, heh? Kau harusnya tak perlu takut." Suara hantu itu terdengar seram. "Aku pak Yanto, yang sempat menginap di rumahmu ini."
"Mau apa kau menemuiku sekarang?" tanya Didik. "Aku tak ingin berurusan denganmu."
"Kau lupa dengan perintahku untuk mencari keris yang aku inginkan. Dasar bodoh!"
Didik mulai menyadari sesuatu. "Aku sudah cari di tempat yang kau suruh. Tapi nyatanya tidak ada."
"Bohong! Aku masih bisa merasakan energi senjata itu," kata si hantu. "Senjata itu pasti disembunyikan di suatu tempat."
"Aku tidak tahu lagi dimana benda itu, kecuali—dah, kenapa nggak cari sendiri? Katanya bisa merasakan energi keberadaan keris."
"Hah, apa tadi? Aku duga kau sudah tau keberadaan keris itu. Katakan dimana?"
"Aku tidak tau. dan aku sudah mencoba mencari tetapi gagal."
"Aku tak percaya! Tadi kau bilang 'kecuali' terus tak dilanjutkan. Aku sendiri bisa baca pikiranmu sekarang. Cepat katakan!"
"Itu...,"
Entah bagaimana suara yang berbeda mendadak muncul.
"Jangan katakan!"
Didik lantas kebingungan. "Apa?"
Sementara si hantu menyadari. "Ada penyusup." Dan seketika hantu itu mencekik Didi dari jarak jauh.
"Argh... lepaskan... aah!" pekik Didik.
![](https://img.wattpad.com/cover/254334597-288-k222616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Everything is Regretful
Horror[TAMAT] Genre Cerita : Horor - Pembunuhan, Spiritual, Persahabatan Melupakan masa lalu tidak semudah mengingat rencana masa depan. Rasa sakit yang dialami di masa lalu tidak akan sama dengan rasa penyesalan di masa depan. Satyo, dengan segala upaya...