Bag 9 - The Only Boy at Home

142 34 0
                                    

AUTHOR POV

Minggu, 01 Oktober 2023.

Dua tahun lebih, rasanya terlalu cepat untuk dilalui.

Didik Bramantyo masa kini bukanlah Didik yang sama pada masa lalu. Dia pemuda tangguh, tak gentar akan tantangan hidup yang teramat berat. Masalahnya siapa lagi yang bersedia menemani masa hidupnya? Ayah dan ibunya tiada, teman terbaik yang ia miliki saat ini juga menghilang tanpa kabar. Orang-orang dekatnya hampir semuanya sudah mati, kecuali ada dua namun saat ini keberadaan mereka juga tak diketahui olehnya sendiri. Pacar perempuan? Kepribadiannya yang seolah bertolak-belakang dengan tipe idaman para gadis mustahil untuk menjadi perhatian khusus.

Ia sudah mengganti nama belakangnya sejak pemakaman Priyanto yang sering ia panggil pak Yanto. Priyanto diyakininya adalah salah satu kerabat jauh yang dekat dengan ayahnya. Dan kematiannya membuat hatinya pedih. Hanya orang itu yang menjadi penguat tekad untuk melawan kutukan maut yang sedang menghantuinya maupun keluarganya.

Didik menggeleng kuat. Ia yakin sekali bahwa kutukan sial dan tak masuk akal itu sudah berakhir. Terakhir kali kutukan itu terjadi anomali. Dirinya yang seharusnya menjadi target dan sahabatnya, Ruli Ahsan, menjadi umpan, justru masih bisa bernafas setelah nyaris menghadap maut. Lagi pula si Penghasut yang bernama Wijaya sudah dieksekusi mati sejak lama. Tidak ada lagi yang namanya kutukan sial itu.

Sejak lahir ia diberi nama "Didik Bramantyo", dimana nama belakangnya diambil dari salah satu leluhur ayahnya yang memiliki kisah tersendiri. Namun identitas itu belum tertulis dalam data penduduk seperti akta kelahiran atau kartu keluarga. Hingga setahun kemudian ketika orang tuanya berupaya segala cara melawan kutukan dalam keluarganya, namanya diganti menjadi "Didi Hariadi". Saat itulah orang tuanya mengurus pembaruan data penduduk termasuk mencantumkan nama lain tersebut. Di sekolah pun ia memakai nama "Didi" sehingga teman-temannya kebanyakan memanggil dirinya demikian. Sampai setelah dirinya nyaris mati karena kejadian tak masuk akal hampir tiga tahun lalu, ia memutuskan merubah lagi namanya. Ia sudah bolak-balik mendatangi kantor kependudukan dan bahkan ke pengadilan setempat hanya untuk mengajukan nama barunya. Usai berbulan-bulan barulah nama itu resmi berganti.

Perkenalkan, nama barunya adalah Didik Priyanto.

Nama depan jelas diambil dari nama lahirnya yang tidak sempat tertulis di catatan sipil setempat. Umumnya nama belakang mengambil dari marga suatu keluarga atau nama orang tua yang melahirkannya. Namun ia memilih nama "Priyanto" karena masih mengenang sosok mendiang pak Yanto yang mati dibunuh Wijaya, si dukun tak waras itu.

Entah mengapa ia merasa, Wijaya bukanlah pembunuh asli orang itu.

Dirinya tidak menghadiri maupun mengikuti sidang vonis kasus dukun sakti itu. Namun dari pemberitaan beberapa media, ada yang menyebut bahwa seorang saksi yang masih pemuda diduga kaki tangan si Wijaya dan mengaku pembunuh Priyanto yang sebenarnya. Dan mengingat sosok pemuda itu membuat Didik geram hebat.

Ia masih ingat, sempat kali berjumpa pemuda itu di Puskesmas dan berujung nyaris melakukan pembunuhan.

Didik segera mengatur napas setenang mungkin agar emosi tidak melonjak. Dirinya sungguh benci akan masa lalu. Karena masa lalunya menyakitkan. Ia ditinggal orang tuanya, diperlakukan asing oleh teman sekitarnya, hingga ia merasa dikhianati teman lamanya sendiri, pikirnya.

Didik benci berteman, dari sekolah dasar ia menjadi objek pergunjingan orang sebayanya. Masuk sekolah menengah ia dikucilkan. Hingga ia putus sekolah, tidak ada orang yang mengingatnya maupun mendatanginya. Setidaknya dibalik masa kelam itu, masih ada orang baik di sisinya. Namun ia tidak yakin kalau orang sebayanya bernama "Ari Setyo" juga masuk dalam daftar orang baik. Pemuda itu sudah tidak terlihat sejak terakhir kali bertemu beberapa tahun lalu. Pemuda itu meresahkan dirinya, bersikap sok baik dan seolah sangat dekat padanya. Bagaimanapun ia sangat mengakui, Ari adalah satu-satunya orang yang melindunginya dari segala perlawanan yang dilakukan orang lain di sekolah dulu. Bahkan ibunya juga sangat menyayangi pemuda itu, sampai-sampai ibunya rela mati demi melindungi Ari. Begitu menyakitkan memang, Didik merasa itu tidak adil. Ia masih tidak terima kenyataan itu.

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang