Bag 23 - Berpikir Ulang

122 29 0
                                    

SATYO POV

Hampir membuka pintu kamar, aku tiba-tiba memikirkan sesuatu. Apa kabar hantu pak Priyanto saat ini?

Sudahlah. Kuharap dia tidak kembali lagi.

Berhasil membuka pintu, ruangan kamar ini sangat gelap setelah ditinggal lumayan lama sejak pagi. Aku menyalakan lampu dengan perlahan. Lagi-lagi cemas karena siapa tahu hantu itu muncul.

Ruangan menjadi terang, tidak ada yang mengejutkan.

Sedikit lega, aku bergerak masuk dan menutup pintu. Lalu menaruh tasku di meja dan langsung berbaring di kasur. Tidak ada lagi yang ingin aku lakukan sekarang. Tugas kuliah untuk pekan ini sudah diselesaikan. Aku juga sudah makan tadi di lantai bawah rumah pemilik kos. Sempat kali aku berkeinginan mengunjungi kamar yang lama menemui teman sekamar dulu. Namun sesaat kemudian aku sadar, Rudi tidak suka padaku begitupun Andre barangkali.

Masih belum bisa tidur, aku tidak sengaja memikirkan keadaan Didik saat ini. Apakah dia baik-baik saja sekarang? Aku ingin menghubungi dia, tapi tidak tahu dengan cara apa. Nomor ponsel Didik tidak punya. Dan jujur aku tidak ingin membebani Bono hanya untuk mencari Didik—toh apa dia masih ingat orang itu.

Setelahnya aku memikirkan hal lain, pun tidak disengaja juga. Sampai akhirnya aku benar-benar tidur sekitar jam dua pagi.

----00----

Kamis, 19 Oktober 2023.

Sesuai janji, aku dan Erni bertemu di halte depan kampus. Aku tidak menyangka dia datang lebih dulu dariku.

"Maaf, kamu pasti sudah lama disini," sapaku kepada Erni.

"Ah, baru lima menit aku disini. Kita jalan sebentar dari sini. Tempatnya tidak jauh kok," ajak dia kemudian.

Kami berdua berjalan iringan dari halte tadi. Tidak satupun diantara kami yang mulai berbicara. Rasanya sedikit canggung bagiku.

Langkah Erni berhenti, mengambil ponsel miliknya dari tas tangan miliknya. Kemudian ia mengetik sesuatu.

Aku mengamati sekitar sembari menunggu. Sepertinya ini jalan yang sama ketika aku bersama Caca beberapa hari kemarin. Apakah nantinya kami juga melewati supermarket tempat Caca bekerja?

"Ah, paket data aku tinggal sedikit. Kita mampir ke toko seluler sebentar ya?" pintanya kemudian.

Dan aku menurut saja.

Sampai di depan toko, aku ditinggal sebentar oleh Erni dan berdiri saja di pinggir pohon tak jauh dari toko yang dia sambangi. Aku tidak tahu harus melakukan apalagi ketika menunggu.

Hingga terjadilah momen yang tidak bisa ditebak, Caca kembali muncul di hadapanku.

"Ah, Ari! Kamu ada disini?" sapanya langsung menghampiri aku.

"Iya. Kamu mau kemana?" tanyaku.

"Berangkat kerja seperti biasa."

"Dijemput atau naik bis?"

Caca tersenyum seperti biasanya. "Dijemput mobil seperti yang sering kamu lihat."

"Oh, tapi mengapa harus berhenti di halte sana, bukan di depan supermarket langsung?"

"Aku maunya begitu, sih. Tetapi aku juga takut kalau orang di tempat kerja melihat, dikira aku diantar-jemput sama pacar."

Aku tertawa pelan. "Memang kamu diantar oleh siapa?"

"Eh, dia cuma kenalan, teman dari rekan kerjaku sih. Bukan siapa-siapa juga."

Aku hendak bertanya lagi, namun suara yang lain datang menyela.

Didi(k) Everything is RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang