PART 32

4.7K 438 101
                                    

Hari sudah sangat siang ketika Jisoo menggeliat bangun. Setiap pergerakan yang wanita itu ciptakan membuat Jaehyun merasa sangat gemas. Ingin sekali menggigit pipi Jisoo yang tampak merona, dan bibir penuh yang terbuka itu benar-benar menggoda untuk digigit.

Kemarin benar-benar hebat, terutama Jisoo. Wanita itu rela kelelahan hanya untuk menunggunya mendapat pelepasan.

Dan ia masih mengingat bagaimana ekspresi menggemaskan Jisoo ketika menangis kemarin. Itu sangat menggemaskan. Hanya untuk meminta bercinta dengannya saja, wanita itu harus menangis dan menahan malu.

"Selamat pagi," ucapnya ketika Jisoo sudah berhasil membuka matanya.

Tampak masih mengantuk, tapi wanita itu mengulas senyum dan memeluknya. "Selamat pagi," balas Jisoo dengan suara seraknya.

Jaehyun mengusap lembut pipi wanita itu, kemudian menunduk untuk memberikan ciuman singkat. "Apa kau lelah?" tanya yang hanya dibalas Jisoo dengan anggukan kecil. "Mau jalan-jalan?"

"Jalan-jalan?" tanya wanita itu membeo. "Tapi aku baru saja keluar dari Blackpink, sepertinya tidak usah jalan-jalan," jawab wanita itu terdengar setengah hati.

Jika seperti itu maka Jaehyun bisa memahaminya. Kemarin saja ketika dia mengikutu konfrensi pers, dia sudah berjanji tidak akan mau melakukannya lagi. Situasi sangat ramai, bahkan nyaris kacau ketika beberapa pertanyaan belum sempat terjawab.

Bukan karna wartawan tidak sabar, tapi penggemar Jisoo sendiri yang terlihat sangat terpukul. Jaehyun bahkan bisa mendengar banyak yang menangis di sana.

"Tentang itu, aku berniat mengadakan acara perpisahan untukmu dan teman-temanmu," kata Jaehyun pelan.

Kali ini yang ditampakan wanita itu hanya ekspresi sedih. "Aku memang belum sempat mengatakan banyak hal pada teman-temanku," ucapnya lirih.

Jisoo merapatkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di dada Jaehyun. Kemudian yang bisa Jaehyun dengar adalah tangisan Jisoo yang seolah menahan sesak. Pasti berat harus meninggalkan teman-teman yang sudah berjuang bersama.

Dan Jaehyun harus ingat jika Jisoo sangat mudah menangis, jadi dia tidak bisa membahas hal sensitif dengan wanita itu.

"Apa kau ingin ke suatu tempat hari ini?" Jaehyun mengusap pelipis Jisoo, lalu menyelipkan helai rambut ke belakang telinga. Kemudian membuat jarak agar ia bisa mengusap air mata Jisoo.

Wanita itu menggeleng. "Tidak. Aku ingin kemanapun," jawab Jisoo sambil melebarkan senyum pada Jaehyun. "Hari ini, aku ingin di rumah, denganmu."

Entah mengapa, Jaehyun merasa dadanya berdebar mendengar kalimat sederhana yang diucapkan Jisoo. Dia seolah menjadi sangat berharga bersama wanita itu, meskipun tidak melakukan apapun.

Tapi kemudian, Jaehyun bisa mengetahui kenyataan jika Jisoo memang begitu mencintanya. Tatapan wanita itu tidak pernah kehilangan sinar ketika melihatnya. Lalu kenapa Jaehyun tidak ingin berterus terang pada dirinya sendiri? Kenapa dia terlalu enggan mengakui pada Jisoo tentang perasaan yang sebenarnya?

Jaehyun masih memiliki banyak waktu untuk bisa mengatakannya pada Jisoo. Tidak perlu sekarang.

"Baiklah. Kau ingin melakukan apa?"

"Tidak melakukan apapun. Aku hanya ingin seperti ini."

Kening Jaehyun berkerut dalam, dia bingung dengan apa yang dilakukan Jisoo, tapi tetap saja dia mengangguk. "Apa kau tidak lapar?"

Jisoo menggeleng. "Nanti saja."

Tangan Jaehyun turun mengusap perut Jisoo. "Apa anak kita tidak lapar?"

LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang