Seperti biasa, Jisoo beberapa hari ini pulang sebelum jam delapan malam. Berkali-kali ia menolak ajakan untuk keluar jalan-jalan dari temannya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tepatnya di dalam kamarnya saja.
Dalam beberapa hari pula, dia dan Jaehyun selalu makan malam bersama, namun tidak ada suara selain denting alat makan.
Mungkin Jisoo memang sangat keterlaluan tentang kejadian tempo hari, tapi andai Jaehyun mau membicarakannya dengan Jisoo, mungkin Jisoo akan mencoba mengerti.
Oh ayolah, hubungan mereka sudah sangat membaik, dan Jisoo sudah berkali-kali membuka obrolan sebelumnya. Lalu apa sulitnya menyampaikan keinginan untuk laki-laki? Tidak semua laki-laki, sepertinya hanya Jaehyun saja.
Jisoo bukannya tidak peka, ia paham Jaehyun sedang marah padanya. Laki-laki itu bahkan tidak mau menatapnya dan lebih banyak menghindar.
Bukankah di sini harusnya Jisoo yang marah pada Jaehyun?
Laki-laki itu mengambil keputusan sepihak. Tanpa meminta ijin, tanpa mengajak diskusi. Dan Jisoo bukannya tidak bersyukur karna memiliki suami yang peduli pada kesehatannya. Tapi sekali lagi ia tekankan, Jaehyun terlalu arogan untuk sekadar meminta persetujuannya.
"Sowon," panggil Jisoo ketika ia mengajak Sowon mampir ke sebuah kafe untuk makan es krim.
Wanita itu menoleh dan menunduk hormat. "Ada masalah nyonya Jeong."
Jisoo mengulas senyum kecut, pasalnya sudah ribuan kali ia mengingatkan pada Sowon jika ia tidak suka dipanggil dengan marga Jeong. Tapi wanita itu tidak pernah menggubrisnga.
"Jika Jaehyun marah, apa kalian juga terkena imbasnya."
Hanya hal itu yang dipikirkan Jisoo. Dia tidak tahu bagaimana buruknya Jaehyun jika marah. Tidak ada salahnya bertanya.
Sowon terlihat diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Presdir akan membuat kami lembur, semua laporan yang kami berikan pasti dibuang dengan alasan kurang benar, dan beliau akan membuat tubuhnya kelelahan dengan berlatih tinju."
"Bagaimana kau bisa tahu banyak?"
"Semua sekertaris Presdir mengetahuinya. Karna Presdir sendiri mengatakan jika kami harus mampu mengimbanginya."
"Kalian pasti tertekan."
"Awalnya. Tapi sekarang tidak," sahut Sowon sambil melebarkan senyumnya. "Presdir bukan orang yang banyak bicara, nyonya. Tapi beliau mengerti situasi anda."
Jisoo menundukan kepalanya, menatap nanar es krim stoberi kesukaannya. "Apa aku salah di sini?"
Sowon menggeleng pelan. "Bukan hak saya untuk menjawab itu."
Kepala Jisoo semakin menunduk hingga menyentuh tepi meja. Ia menatap tangannya yang mulai terasa dingin. Haruskah Jisoo mengalah kali ini? Tapi untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Ia harus jatuh dan terluka berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (Completed)
FanfictionJeong Jaehyun berusaha menerima Kim Jisoo dan semua kontroversinya. Gadis yang bahkan belum mengerti apapun untuk membangun sebuah pernikahan dengannya. Dan Kim Jisoo melepas apa yang ia sebut cinta demi menyelamatkan nama baiknya di mata publik den...