Kening Jaehyun berkerut ketika ia melihat rumah sedang ramai. Ini sangat asing baginya. Dia jarang sekali menerima tamu di rumahnya, jadi meskipun hanya lima orang yang sekarang di ruang keluarga, mereka sangat berisik.
Kecuali Sowon. Dia hanya diam dengan sikap waspada mengawasi Jisoo.
Jadi hanya empat orang, namun mereka sudah sangat berisik. Entah bagaimana jika mereka terus menerus datang ke rumah.
"Oh, Jaehyun oppa. Halo," sapa salah seorang dari mereka. Jangan tanya siapa namanya, Jaehyun lupa. Itu wanita berambut pendek dengan poni. Sepertinya Jisoo pernah menyebut namanya, tapi sudahlah.
Jaehyun melambai, kemudian menghampiri Jisoo. Wanita itu masih terlihat pucat meskipun sudah ada sedikit rona di pipinya. "Apa kalian sudah makan?" tanyanya pada ketiga teman Jisoo, sambil tangan yang mengusap puncak kepala istrinya.
Mereka bertiga kompak mengangguk. "Sudah."
"Kalau begitu lanjutkan lagi, aku akan ke dalam," ucapnya kemudian meninggalkan semua wanita itu memulai keramaian lagi.
Tapi baru saja Jaehyun masuk kamar, Jisoo juga sudah mengikutinya. Wanita itu membantunya melepas jas dan dasi, kemudian berjalan ke kamar mandi, lalu menyiapkan air hangat untuknya.
Sebelah alis Jaehyun terangkat melihat perlakuan asing dari Jisoo.
"Kenapa kau ke sini?" tanyanya kemudian menarik Jisoo dan mengangkat tubuh wanita itu untuk duduk di meja wastafel. "Ada yang kau inginkan?"
Jisoo mengerutkan keningnya. "Apa yang ku inginkan? Seperti apa?"
"Diriku?"
Terlalu mendadak bagi Jaehyun untuk melihat tawa Jisoo. Astaga! Itu indah sekali. Kenapa baru terlihat olehnya hal indah seperti itu?
Menolak menghilangkan tawa di wajah itu, Jaehyun melebarkan senyum dan mengusap perut buncit Jisoo. "Mungkin saja anak kita merindukanku," katanya kemudian menunduk dan mencium perut wanita itu.
"Sepertinya anak kita sangat menyukaimu."
"Benarkah?"
Jisoo mengangguk. "Dan kau akan menjadi ayah yang baik 'kan untuk dia? Karna aku jamin, dia akan jadi anak yang paling baik."
Hati Jaehyun menghangat mendengar kalimat itu. Ia bisa membayangkan bagaimana menjalani hari-hari indah bersama keluarga kecilnya. "Bagaimana jika kita buatkan adik ketika dia sudah berusia satu tahun?"
Tawa Jisoo terdengar lagi, tapi kali ini disertai air mata. Apa itu air mata bahagia?
"Kenapa tidak fokus membesarkan dan mendidik yang ini dulu?" tanya wanita itu mengalungkan tangan di leher Jaehyun.
"Aku ingin dua. Setelah itu kita bisa fokus membesarkan mereka, dan ketika mereka sudah dewasa, kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama."
Apa Jaehyun terlalu banyak bicara? Karna setelah mengatakan hal itu, Jisoo berhenti tertawa, bahkan tersenyum. Wanita itu seolah memikirkan sesuatu, namun tidak ingin mengatakannya pada Jaehyun.
"Kenapa? Apa aku salah bicara?" tanya Jaehyun.
Jisoo menggeleng pelan. "Nanti saja kita bicara lagi. Aku akan menemani teman-temanku, lagipula air hangatmu sudah penuh," jawab wanita itu sambil menunjuk ke arah bak mandinya.
Jaehyun menghela napas pelan kemudian melepas tangan. "Baiklah baiklah. Aku akan segera mandi," katanya berbalik dan melepas kancing kemeja.
Aah... Padahal Jaehyun ingin menghabiskan waktu lebih lama di sini bersama Jisoo.
![](https://img.wattpad.com/cover/250306870-288-k208213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (Completed)
FanfictionJeong Jaehyun berusaha menerima Kim Jisoo dan semua kontroversinya. Gadis yang bahkan belum mengerti apapun untuk membangun sebuah pernikahan dengannya. Dan Kim Jisoo melepas apa yang ia sebut cinta demi menyelamatkan nama baiknya di mata publik den...