33 : kisah di Singapura

430 47 2
                                    

"f-felix ?"

"Hai kak , kakak ketua bem disini ya? Salam kenal kak"

Changbin tertengun , sikap Felix seperti adik tingkat dan kakak tingkat , sangat sopan , astaga tuhan ada apa dengan Felix nya ?

"Kak minho nunggu di kantin aja padahal"

"Gakpapa fel gue disini aja , adem"

Felix mengangguk di iringi senyum tipis "yaudah Felix nyari tanda tangan lagi ya masih kurang bye kak minho , mari kak"

Sungguh , Felix nya berubah , apa tadi katanya ? Mari kak ? Hey itu terlalu sopan .

"Ho Felix ?"

"Gue gak mau ikut campur bin"

Tuhan apa lagi sekarang ? Ia harus mencari tau begitu ?

"Tapi jantung Felix gakpapa kan ho ?" Minho mengangguk , menatap changbin penuh arti "bantu gue awasin dia ya , kata dokter masih perlu di awasin"

Anggukan penuh semangat yang di terima Minho , changbin pergi dari hadapan Minho mencari Felix tentu nya .

"Fel-"

Bug !

Bola basket tepat mengenai dada kiri Felix , terjadi tepat di hadapan changbin , dengan sigap changbin berlari mendekat begitupun Minho .

"Ade akhlak lu begitu hah ?" Bentak Minho , mencoba abai pada si pelaku ikut mendekati adik sepupunya .

"Ho bantuin"

Sesak , masih sama saja seperti sebelum di operasi , tetap sesak dan menyakitkan , berdegup tak tentu Rima .

Kembali changbin lihat Felix nya bersikap sopan , setelah di bawa ke ruang kesehatan Felix tak ingin ditemani changbin .

"Ngelamun Bae bin" ujar Chan , yang benar saja sedari tadi changbin melamun di bawah pohon sampai acara selesai , ketua bem macam apa kalo kata Chan .

"Gue ada salah apa ya ke Felix ?" Changbin sudah bercerita segalanya ke Chan , helaan nafas yang changbin dengar "gue curiga ini salah paham bin"

"Maksudnye ?" Chan mengangkat bahu nya acuh "biasanya kalo pacaran gitu , dah ah seungmin dah nunggu . Bye"

Tunggu , biarkan changbin berpikir . Otak nya berputar sampai satu nama terlintas .

Yena , pasti wanita itu sudah menyebar berita akan perjodohan mereka , yang mungkin saja sampai pada telinga Felix .

"Ah pasti gara gara dia"

Dihadapan pintu bercorak indah changbin berdiri kini , dengan setelan casual dan satu tangkai bunga hidup yang ia petik dari kebun sang ibu .

"Loh , changbin ? Apa kabar ? Katanya kamu jadi ketua bem ya ?" Pertanyaan ramah dari tifanny menerpa rungu changbin .

"Baik kok Tante , Felix nya ada ?" Tifanny mengangguk ragu "ada , tapi sejak berpulang dari kampus ia jadi pendiam , Tante lupa gak nanya Minho anak nya keburu pacaran"

Terkekeh pelan akan ucapan tifanny "boleh changbin ketemu Felix ?" Tanya changbin , tifanny mengangguk .

Setelah mendapat izin dari pemilik rumah untuk lansung saja ke kamar tuan muda Lee , changbin melangkah ke pintu dengan tulisan Felix Lee .

Baru mau changbin ketuk hanya saja suara dari dalam membuat langkah changbin terhenti .

"Felix, forget changbin he's happy with yena !" Itu suara Felix sendiri , changbin mengangguk paham , ternyata benar .

"Fel"

Umpatan di dalam kamar menghilang , hening begitu saja sampai pintu terbuka pelan .

"Owh , kak changbin . Ngapain ?"

"Emanh gak boleh nemuin pacar sendiri ?" Felix ingin melayang saja rasanya , namun mengingat changbin milik yena sedikit membuat nya kecewa .

Felix berdehem canggung "ehm , pacar ? Kan kakaka punya kak yena" tersenyum mendengarnya , bahkan sang pacar tak ingin menatap changbin .

"Ih lucu banget"

Didekap nya tubuh kecil nan ringan itu "ih gemes gemes , kangen kangen kangennnnnnn" biarkan changbin menumpahkan isi pikiran nya sekarang .

"Ke orang gila tau ish" bukannya mendorong changbin , Felix malah memeluk balik . Tak ingin munafik Felix juga merindukan changbin .

"Kakak gak ada hubungan apa - apa sama yena fel" felix mendongak , menumpu dagu nya pada dada changbin .

(Buat dicerita ini , changbin tinggi !)

"Heum ? Masa ?"

"Biasa gosip kampus , yena nya pengen kakak , tapi kakak gamau , kan kakak cuma punya Felix"

Beritahu Felix cara bernafas sekarang , merasa tak enak di lihat maid karna mereka masih berpelukan di ambang pintu , Felix mengajak changbin masuk , menaruh bunga yang changbin pegang di meja belajar .

"Gimana ?"

"Gimana apa ?" Tanya Felix balik , duduk di balkon bersama , hal yang Felix sukai .

"Kamu kan ke singapur buat pengobatan ish" Felix terkekeh , kemudian mendekatkan diri pada changbin , memeluk posesif kekasih nya ini.

"Aku hampir ketemu tuhan Disana"

Changbin diam , biarkan Felix bercerita terlebih dahulu dengan lengkap .

"Suara dokter udah ngejauh , suara kak minho yang teriakin dokter makin kecil sampe aku sama sekali gak denger"

Flashback / Felix on Singapur

"DOK ! DOKTER GAK BISA USAHAIN LAGI ? TOLONG DOK HIKS"

Minho berteriak di koridor sepi , malam itu turun hujan .

"Maaf , tapi saya sudah berusaha keras"

-

"Where is this ?" Gumam Felix , tapi mau dimana pun ini , disini sungguh indah .

"Felix" Felix menoleh , loh ? Kakek nya , mengapa ia bisa bertemu .

"Loh kakek ? Aaaaaaa Felix kangeeennnn"

Sang kakek terkekeh "kakek juga kangen cucu imut kakek"

"Cucu kakek ngapain disini ? Pulang ya ?"

"Loh kek , tapi disini enak , sejuk banget . Jantung Felix juga gak sakit"

Si kakek tersenyum tulus "tapi belum waktunya Lee Felix , kasian changbin nunggu"

"Kak changbin ?"

"Iya , pulang ya . Kakek selalu ada di hati kamu kok"

-

"Jantung nya berdetak kembali dok !"

"Hah ? Apa ?"

Disitu keluarga Lee harus mengucap syukur kepada Tuhan . Anak dan adik mereka selamat , tuhan masih baik .

"Felix kembali"

Flashback off

"Disana aku cuma dikasih perawatan lebih baik , bukan donor" lirih Felix , tersenyum sendu meremat pelan dada kirinya .

"Aku gak tau jantung ini bakal berdetak sampe kapan"













TBC
Hai !
MAKASIH DAH VOTE .
Ih sayang !

Sarangek 💚

[✓] I LOVE YOU MY ICE | CHANGLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang