22 : let's start the game

469 56 8
                                    

Ruang tunggu UGD rasanya canggung. Hanya ada 2 oknum disana.

"Ho,sekali lagi gue minta maaf ya"

"Bukan salah Lo"

Bukan bermaksud ketus hanya saja Minho mengkhawatirkan sepupunya. Sebentar lagi malam namun pintu UGD itu tak kunjung terbuka.

Ceklek

Tepat pukul 7 malam pintu yang Minho dan changbin tunggu terbuka.

Baru saja dokter Kim akan berbicara namun Minho memotong nya.

"Jangan bilang 'jantunh Felix semakin melemah. Sebaiknya mencari donor jantung' aku muak" dokter Kim menghela nafas.

"Ya,jantungnya melemah. Jika ia tak mau dirawat di rumah sakit. Boleh di rumah kok tapi infus dan vitamin nya jangan di lepas.

Minho mengangguk,masuk ke ruangan Felix mengabaikan changbin yang masih terdiam.

"Lix?"

Yang dipanggil menoleh,memberikan tatapan memelas

"Banggg pengen pulang" rengek Felix Minho menghampiri Felix. Memeluk Felix yang sudah terduduk sejak ia datang.

"Iya boleh kok" balas Minho dengan senyuman "tapi infus nya jangan dibuka sama vitamin nya" perkataan lanjutan Minho dibalas dengusan dari Felix.

"Yaudah deh gakpapa asal pulang" Minho terkekeh menuntun Felix dan mendorong tiang infusan Felix.

Bertanya - tanya kenapa Felix boleh pulang? Wong kamar rumahnya juga udah kaya ruangan rumah sakit.

Pintu terbuka namun Minho tak menemukan changbin disana,Minho merenggut kesal.

"Kemana tuh si boncel" ujar Minho membuat felix kebingungan "ha? Kak changbin ikut?" Tanya Felix, Minho mengangguk sambil kembali berjalan ke arah parkiran.

Sampe di mobil Felix menyamankan diri dan Minho berada di balik kemudi.

"Fel"

"Hem"

"Kamu masih mau Nerima changbin?"

Felix terdiam. Jika sepupu tidak waras nya ini berkata dengan aku-kamu berarti ia sedang serius.

"Gak tau" balas Felix.

Minho menghela nafas "changbin cuma diha-"

"Udah deh bang,jangan ngomongin dia lagi" potong Felix dengan nada sedikit membentak.

Pada akhirnya Minho mengalah tidak membicarakan changbin lagi.

Disisi lain,gang sempit yang jarang di datangi orang karna faktor utama ya angker :)

Namun bisa kita lihat 2 orang bermasker sedang berbincang disana.

"Aku tak akan menyerah sebelum Felix merenggut nyawa" ujar yang memakai masker hitam.

"Ya terserah mu. Aku sudah tidak menyukai kak Minho lagi" balas yang memakai masker putih.

"Yak ! Jadi kau keluar dalam kerjasama ini?" Yang bermasker putih mengangguk.

"Lagian jika aku mendapatkan kak Minho tapi yang jatuh cinta hanya sepihak sia - sia saja bukan? Dan cara ini salah !" Bentak si masker putih.

"Terserah mu CK !"

"Dasar" bukan itu bukan si masker putih itu seseorang di ujung gang yang mendengarkan perbincangan mereka.

"Jihye mundur dari pertarungan ayah" ucapnya pada ponsel nya.

Lalu perlahan menjauh dari sana.

"Lix aku kesana ya ^^"

Felix memekik senang,jisung akan kerumahnya ya setidaknya ia tak kesepian pasalnya Minho pulang kerumahnya entah mau apa Felix lupa.

Felix sedikit berlari ke dapur masih dengan tiang infusan yang ia seret ke sana kemari.

"Eh den hati hati" panik bi Minah melihat anak majikannya berlarian.

"Gakpapa bi udah biasa" balas Felix dengan cengiran,bi Minah menggeleng maklum karna mungkin Felix sudah tidak terasa lagi bagaimana sakit nya disuntik.

"Oh ya,bi buatin cemilan dong jisung mau kesini" pinta Felix dibalas anggukan bi Minah.

Felix bahkan bingung dengan dirinya sendiri kenapa ia sangat senang kedatangan jisung? Dan kenapa ia seperti anak kecil. Ah entahlah

"Nih den" ujar bi Minah seraya memberikan toples berisi keripik singkong. Ah ini kesukaan jisung pas sekali.

"Makasih BII" Felix memeluk toples itu di tangan kiri kembali berlari ke ruang tengah.

Ting tong

"Biiii bukain itu jisung pasti" teriak felix.

"Felixxxxx"

"Jisungggg"

Pada akhirnya mereka menonton film bersama, ketenangan itu tak berlangsung lama.

Terdengar kaca pecah dan panah melewati tepat di hadapan Felix dan menancap di single sofa yang memang hanya itu yang berhadapan dengan kaca.

Jisung refleks menoleh ke arah kolam renang kaca yang menghubungkan ruang tengah dan kolam renang pecah dan seseorang melompat cepat melewati pagar.

"Owh sudah dimulai rupanya" gumam jisung dengan smirk andalannya.

"FELIXX!" Jisung menoleh mendapati Felix tengah mengatur detak jantung nya yang berdetak nyeri.

"Semua bakal baik baik aja" itu terus jisung bisikan sembari memeluk Felix.

Felix masih menetralkan jantungnya di dekapan jisung "gue telpon kak Minho ya?" Dibalas gelengan oleh Felix.

"Udah gakpapa Felix mau ke kamar aja" pinta Felix dibalas anggukan oleh jisung.

Jisung kembali ke ruang tengah setelah menidurkan felix di kamarnya.

Berdecak pelan menarik panah tadi dari sofa "ni sofa mahal anjim malah di panah" gumam jisung.

Setelah diperhatikan ada secarik kertas yang digulung di dekat bagian runcing panah.

"Norak banget ini hiks menangis gue" jisung meraih secarik kertas itu.

Membuka benang yang menggulung nya,ada kalimat yang membuat jisung mendengus sebal.

'we start this game Felix lee'

"Game apa? Pabji hah?" Jisung mendengus kesal menelpon seseorang.

"Percepat aja lah dia mulai Ngadi ngadi" ujar nya ke arah telepon.




















TBC
Hehe biasanya pagi up,pagi tadi aku ke sekolah jadi sibuk :( maafkan.

Aku mau spoiler.. :)


Aku masih ragu buat up :)
Up jangan ?

Makasih yang udah baca dan vote
Iloveyou guys 💚

[✓] I LOVE YOU MY ICE | CHANGLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang