-50-

90 30 56
                                    

Sembari berjalan menuju depan gerbang sekolah, Kenta menggandeng tangan Val agar cewek itu tak tertinggal. Kemudian mereka berhenti di dekat mobil berwarna merah. Kenta hendak membuka pintu mobil itu dari luar, namun sepertinya dikunci dari dalam. Jendela mobil diketuk beberapa kali, dengan segera seseorang di dalamnya membuka kunci pintu mobil.

Begitu pintu mobil terbuka, sontak Kenta terbelalak. "Lo nyetir sendirian? Gue kira diantar sopir!" papar Kenta saat melihat Alba duduk di kursi kemudi mengenakan sabuk pengaman.

Alba hanya menyengir menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi.

Kenta menghela nafas. Dia menutup pintu mobil lalu berjalan ke arah pintu di sebelah kursi kemudi. Sementara Val yang sudah duduk manis di kursi belakang tampak kebingungan.

"Gue yang nyetir," kata Kenta setelah membuka pintu kemudi.

"Sekali-kali gue aja yang nyetir."

"Lo belum punya SIM."

"Lo juga belum punya SIM."

Kali ini Kenta berkata dengan sungguh-sungguh, "Ba ... Lo lupa apa kata Nyokap lo?" Tampak jelas kekhawatiran di kedua matanya yang kemudian membuat Alba tertegun.

"Maaf," ucap Alba. Lantas cowok itu berpindah duduk di kursi belakang sementara Kenta menempati kursi kemudi.

Dia merasa dikasihani.

Dan dia tidak suka itu.

"Kok Baba pindah tempat duduk?" tanya Val yang mengernyit bingung.

"Ng—nggak papa," jawab Alba seraya tersenyum tipis. Val mengangguk.

Kenta yang melihat itu melalui spion tengah di atas dashboard hanya memasang wajah datar.

***

"Yey udah sampe!"

"Yeyeyeyy!"

Setibanya di halaman rumah Kenta, Alba dan Val segera keluar dari mobil dan melompat-lompat seperti anak kecil. Luarnya saja yang terlihat seperti remaja, tapi kepribadian mereka ketika bertemu satu sama lain masih sama seperti empat tahun lalu, layaknya anak-anak riang yang belum memikirkan beban hidup.

Kenta yang kepribadiannya tidak seserver dengan sepupunya dan Val, hanya memisahkan diri melihat kelakuan mereka.

"Belajarnya di ruang tamu atau ruang kelu—"

"Di kamar lo!" potong Alba cepat. Kenta mendelik. "Ayo kita ke kamar Kenta duluan," ajak Alba pada Val.

"T—tapi, Kenta belum ngasih izin," ujar Val yang sadar diri hampir bertingkah tak sopan kepada pemilik kamar.

Alih-alih menimpali, Alba langsung menggandeng tangan gadis itu dan berlarian kecil menuju tangga. Val yang terkejut refleks ikut berlari berusaha menyelaraskan pergerakan kedua kakinya.

Kenta menghela nafas. Setelah ini kamarnya mungkin akan diacak-acak seperti kapal pecah. Dia pasrah terhadap sikap Alba yang sejak kecil terlalu periang dan melelahkan untuk seorang introvert seperti dirinya. menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, lalu berjalan menuju dapur.

"Eh, eh, Baba jangan lari-lari! Nggak sopan, nanti kalo ganggu Mamanya Kenta gimana?" tanya Val seraya memperhatikan setiap langkahnya ketika menaiki tangga.

"Tante Felisa lagi shopping sama Nyokap gue!" seru Alba.

Alba sudah berada di dalam kamar Kenta dan merebahkan diri di atas ranjang sepupunya, sementara Val masih berdiri di depan pintu.

"Gue beneran boleh masuk ke kamar ini?" tanya Val ragu-ragu.

Satu alis Alba terangkat. Cowok itu mengubah posisinya menjadi duduk. "Boleh kok, gue izinin."

"T—tapi, ini kan kamarnya Kenta, kamarnya cowok ... ," kata Val sengaja memelankan suaranya saat di dua kata terakhir.

Seketika Alba tertawa pelan. Dia mengerti mengapa Val terlihat cemas. "Santai aja, kalo lo takut tinggal teriak panggil satpam. Anggap aja Kenta itu cewek."

"Kok gitu?"

"Habisnya Kenta nggak suka cewek."

Kedua mata Val terbuka sempurna. Pikirannya melayang kemana-mana. Karena penasaran secara tak sadar kakinya melangkah melewati pintu menghampiri Alba.

Cowok itu tahu apa yang ada di pikiran Val saat ini, lantas tertawa pelan. "Bukan, Kenta bukan cowok abnormal, kok. Untuk saat ini dia nggak suka cewek yang nyata—cewek tiga dimensi. Dia udah punya waifu dua dimensi kayak di poster itu."

Dia menunjuk poster yang tertempel di atas meja belajar Kenta. Poster tersebut bergambar dua karakter anime perempuan berambut biru dan berambut merah muda mengenakan seragam maid, keduanya berambut pendek dan satu mata yang tertutup poni, mereka terlihat seperti sepasang kembar identik.

Val mengangguk. Intinya Kenta itu terlalu wibu.

"Pantes aja waktu itu dia nolak gue," celetuk Val.

"LO NEMBAK KENTA? DEMI APA?!!" Alba melotot.

"Nggak, gue nggak nembak. Gue cuma bilang 'suka' kayak yang pernah gue lakukan ke Kak Arta. Gue ngelakuin itu karna gue kira dia juga suka gue. Tapi, ternyata gue salah paham dan ... begitulah."

Alba yang mencari perhatian, malah Kenta yang mencuri hati Val.

Cowok itu tersenyum kecut. Kenta pun tak pernah menceritakan ini padanya. Seketika dadanya terasa sesak.

"Ba?" panggil Val karena cowok itu tak memberi respon.

"Dari mana lo tau kalau lo suka Kenta?" tanya Alba seraya berusaha baik-baik saja seperti biasanya.

"Entahlah ... Gue cuma merasa gitu," jawab Val, "tadi Kak Arta megang tangan gue. Disitu gue ngerasa berdebar-debar kayak pas pertama kali jatuh cinta. Mungkin nggak sih kalo gue suka sama dua cowok?"

Alba mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Kini dia tak mampu tersenyum, bahkan untuk tersenyum palsu.

"Gue bingung Ba ... Sikap Kenta benar-benar bikin salah paham, gue sendiri nggak yakin kalo dia nggak ada perasaan ke gue. Sedangkan Kak Arta, semenjak gue putus sama dia, sikapnya mendadak berubah jadi lebih care, nggak kejam kayak dulu lagi."

Alba kembali menatap kedua mata Val. Sebuah senyuman tak rela terpatri di wajah pucatnya yang tak disadari oleh gadis di hadapannya.

"Kalau lo ingat itu, seharusnya lo juga ingat kata-kata gue yang ini: 'Gue bakal dukung apa pun pilihan lo, yang penting lo bahagia'. Ikuti aja kata hati lo, dengan begitu lo akan bahagia," ujarnya dari lubuk hati terdalam dan tulus, walau begitu dia seolah merasa sebuah belati baru saja menancap di dadanya.

Val tersenyum. Dia bersyukur memiliki Alba yang setia menemaninya sejak kecil di saat susah maupun senang. "Baba bikin gue jadi makin sayang deh. Saaaayangg Baba!" celetuk gadis itu tiba-tiba.

Alba tau gadis itu hanya menyayanginya sebagai sahabat, tidak lebih. Tetapi, bagi Alba damage-nya bukan main.

"Segera temukan kebahagiaan lo juga, Ba," lanjut Val.

"Kebahagiaan gue sedang duduk di hadapan gue sekarang."

***

13 Januari 2021

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang