Sudah sarapan. Sudah mandi. Sudah rapi. Sudah cantik. Val berdiri di depan cermin, meneliti penampilannya dari atas sampai bawah. Sempurna. Ini kali pertama dia akan berangkat ke sekolah bersama Arta. Jam masih menunjukkan pukul 06.05. Sambil menunggu Arta datang, gadis itu menelepon Alba.
"Selamat pagi," sapa Val pada Alba di telepon.
"Ohayou, Valeria-chan."
Val tersenyum mendengar balasan sapaan itu.
"Tumben pagi-pagi gini nelpon," ucap Alba, terdengar suara dentingan dari sana.
"Soalnya sambil nungguin someone, hehe," balas Val dengan wajah berseri-seri dan tak henti-hentinya memikirkan Arta. "Baba lagi bikin apa?"
"Bikin matcha. Emang lo nunggu siapa?"
"Kak Arta," jawab Val antusias. "Hari ini dia nganterin gue ke sekolah, lho!"
Kali ini, Alba hanya diam.
"Kayaknya gue mulai suka Kak Arta, deh."
Alba berhenti mengaduk matcha yang sedang dibuatnya. Entah kenapa, hatinya terasa ngilu dan dadanya terasa sesak. "Bagus, dong, ada orang yang lo suka."
Val mendengus sebal. "Tapi gue nggak mau suka Kak Arta. Dia itu jahat, nyebelin! Di antara banyaknya cowok kenapa gue harus suka dia coba?!" keluhnya saat mengingat banyaknya hal buruk yang sudah Arta lakukan terhadapnya.
"Lo nggak bisa milih orang yang lo suka," kata Alba, "Karena terkadang hati nggak selalu sejalan dengan keinginan kita. Ikuti aja kata hati lo, dengan begitu lo akan bahagia."
Val berusaha mencerna perkataan sahabatnya. Alba benar.
"Gue bakal dukung apa pun pilihan lo, yang penting lo bahagia," sambung Alba seraya mencoba tetap tersenyum walaupun Val tak melihatnya.
"Makasih, Ba."
Selang beberapa detik setelah itu, pintu kamarnya diketuk, membuat Val menoleh ke arah pintu. "Valeria, dicari teman kamu, tuh," panggil Kalinda dari luar.
"Iya, Ma!" sahut Val kepada Mamanya. "Ba, udah dulu ya. Kak Arta udah datang," tutupnya, kemudian sambungan telepon diputus.
Val mengambil tasnya lalu berjalan menuju ruang tamu. Disana, Arta sedang asik berbincang-bincang dengan Kalinda. Apa yang sedang mereka bicarakan?
Seketika langkah Val terhenti ketika mengingat hubungannya dengan Arta. Apa yang akan cowok itu jawab jika Kalinda bertanya tentang hubungannya dengan Val?
"Saya pacarnya Val. Tapi, saya terpaksa menjadi pacarnya karena Val yang minta."
Bagaimana jika itu jawaban Arta? Val menggeleng cepat. Berusaha menghilangkan kekhawatirannya. Tapi, Arta diam-diam memang menyebalkan. Jadi, wajar saja jika dia menjawab seperti itu.
Kalinda berbalik, mendapati Val yang hanya berdiri diam saja.
"Eh, kamu ngapain berdiri disitu? Kesini! Teman kamu sudah nunggu, lho," tegur Kalinda sambil mengibaskan tangannya.
Val mengerjap, lalu berjalan kikuk ke arah Kalinda dan Arta.
Dia memandang Arta yang sedang menatapnya. Cowok itu mengenakan seragam dengan rapi dan lengkap dengan atributnya seperti biasanya, serta dibalut jaket berwarna hitam dengan resletingnya yang sengaja dibuka. Melihatnya mengenakan jaket hitam tersebut, dia jadi teringat ketika cowok itu diam-diam menguntitnya di Mall.
Baru kali Val melihat Arta ke sekolah mengenakan jaket berwarna hitam, karena biasanya cowok itu selalu menggunakan jaket kulit berwarna cokelat.
Arta tersenyum kecil, memandang Val yang kini sudah ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm Yours
Novela JuvenilUntuk mendapatkan teman di SMA barunya, Valeria Putri terpaksa mengaku memiliki pacar. Padahal, sebenarnya dia tidak memiliki pacar sama sekali. Namun, ketika temannya meminta foto 'pacarnya', Val langsung mengambil foto lelaki tampan yang tak diken...