Hari ini merupakan hari pertamanya PTS di SMA. Seorang gadis dengan rambut dikucir berjalan dengan percaya diri di koridor yang masih sepi, bibirnya membentuk senyuman sumringah walau kelopak matanya yang gelap terlihat jelas. Semenjak SD, sudah menjadi kebiasaan mempelajari semua materi yang diperkirakan akan keluar di ulangan dalam semalam. Orang-orang pemalas yang suka menunda-nunda pekerjaan seperti dirinya seringkali menggunakan metode belajar itu.
Dia memandangi sosok lelaki yang duduk dengan tegak di kelas, matanya fokus tertuju pada ponsel di depannya. Satu-satunya murid yang telah datang lebih dulu hanyalah lelaki itu.
"Kenta?" gumamnya. Namun kesunyian yang ada membuat suaranya terdengat amat nyata di telinga Kenta.
Kenta melirik sekilas tanpa menatap wajahnya. Tas ransel berwarna merah di punggung gadis itu membuatnya langsung mengetahui siapa pemilik suara itu. Kenta menyambut kedatangannya dengan sebuah senyuman.
"Selamat pagi, Val," sapanya.
Val merapikan anak rambutnya yang tak terikat ke belakang daun telinga dengan gugup, lalu mengulas senyuman tipis. "Pagi juga, Kenta," balasnya sambil menaruh tas di bangkunya, kemudian menghampiri Kenta di bangku belakang yang sudah tertuju lagi pada ponsel.
Dr. Stone Chapter 48
"Wah, kamu suka baca manga!" Val di belakangnya berseru dengan nada antusias begitu melihat tulisan itu di cover manga yang berwarna, lalu beralih menarik kursi di sebelah Kenta dan duduk disana. "Aku duduk disini, ya?"
"Kamu udah duduk disana, nggak perlu minta izin."
Val menyengir. "Ehehe. Jadi, kamu suka anime juga?"
Kenta mengangguk. "Iya, lumayan dapat banyak pelajaran sekaligus pengetahuan dari anime. Kadang kalau malas belajar IPA, aku nonton anime 'Dr. Stone' atau 'Hataraku Saibou'."
"Wibu?"
Kenta menganga tak percaya. "Kamu baru tau?" Lalu meletakkan ponselnya di atas meja. Tidak sopan sekaligus tidak enak rasanya jika sedang diajak berbicara, tetapi dirinya malah fokus pada sesuatu yang lain. Kemudian menatap Val di sebelahnya, dan saat itu mata mereka bertemu, saling menatap lekat tanpa berkedip.
"Rambutmu cocok banget kalau dikucir!"
"Wow, kamu nggak pake kacamata!"
Keduanya mengatakan kalimat pujian itu bersamaan. Ada keterkejutan di mata Kenta yang tak lagi terbingkai kacamata, namun hanya sebentar. Karena cowok itu langsung membuang pandangannya dari Val. Membuat senyum di bibir Val sirna.
Terdengat helaan nafas berat milik gadis di sebelahnya. "Lagi-lagi kamu buang muka..."
Kenta tahu sikapnya pasti mengecewakan untuk gadis itu. Val menghela nafas lagi. Lalu melepas kuciran rambutya. Membiarkan rambut sebahunya itu tergerai di pundak.
Perlahan Kenta kembali menoleh, memandang Val yang menggembungkan pipinya. "Ikat rambutnya... kenapa dilepas?" tanya Kenta dengan ragu.
Val menyibakkan rambut Kenta yang menutupi wajahnya ke belakang telinga, lalu mengulas senyuman.
"Jangan terlalu pemalu, jangan terlalu pesimis. Kamu lebih baik kayak gini," ujar Val disertai tatapan teduhnya.
Kenta menyingkirkan tangan Val pelan. Dia menggeleng, menyangkal ujaran gadis itu. Lalu mengambil kacamata dan mengenakannya. Membuat raut kekecewaan terukir jelas di wajah Val.
"Di saat semua lelaki pengen biar terlihat ganteng biar disukai banyak cewek, kenapa kamu malah nyembunyiin tampang aslimu yang ganteng itu dan jadi fake nerd?" tanya Val.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm Yours
Fiksi RemajaUntuk mendapatkan teman di SMA barunya, Valeria Putri terpaksa mengaku memiliki pacar. Padahal, sebenarnya dia tidak memiliki pacar sama sekali. Namun, ketika temannya meminta foto 'pacarnya', Val langsung mengambil foto lelaki tampan yang tak diken...