-22-

155 106 117
                                    

"Kamu kok tumben jam segini udah rapi? Ini kan masih jam enam," tanya Kalinda terkejut saat melihat anak gadisnya yang sedang menyusuri tangga telah memakai seragam dan atribut lengkap. Tidak biasanya anak semata wayangnya yang pemalas itu sudah siap bersekolah pagi-pagi. "Sarapannya belum siap, lho."

"Lagi pengen berangkat pagi aja, Ma. Nanti Val sarapannya di sekolah," jawab Val yang berjalan menghampiri Kalinda

"Emangnya kamu mau berangkat sama siapa? Temenmu yang ganteng itu belum datang."

Val mendengus. "Val berangkat sendiri aja, Ma," katanya malas setelah mengetahui orang yang dimaksud Kalinda. Siapa lagi kalau bukan ojek pribadinya, si Arta?

"Ih kamu ini! Seandainya Mama dua puluh lima tahun lebih muda dari kamu, langsung Mama iyain tuh kalo diboncengin dia," ujar Kalinda sambil menoel dagu Val. "Atau kamu suruh dia dateng kesini lebih cepat? Biar sekalian sarapan bareng," tutur Kalinda.

"Nggak mau!"

Kedua alis Kalinda bertaut, dia menatap anak gadisnya dengan heran. "Kamu itu dideketin cogan kok malah nolak. Cepet telpon dia biar sekalian sarapan disini," desak Kalinda.

Sama seperti anaknya yang keras kepala, Kalinda pun juga begitu. Niat Val yang menghindar dari Arta bisa jadi berabe gara-gara sarapan di rumahnya. Kalau di sekolah sih, Val masih bisa cuekin Arta. Tapi hal itu mustahil dilakukan jika di hadapan Kalinda.

"Kok diem aja? Udah suruh dia kesini cepet. Kemarin pas kamu pulang nggak dianter dia jadinya Mama nggak bisa cuci mata deh," sungut Kalinda.

"Kalo nunggu Kak Arta kelamaan Ma," timpalnya. Matanya melirik-lirik ke atas, dia berpikir keras mencari alasan sebelum Kalinda mendesaknya lagi. "Anu, soalnya kelas Val disuruh berangkat pagi-pagi sama Bu Sri buat pendisiplinan. Iya, disuruh Bu Sri! Mama kenal Bu Sri yang galak itu kan? Bayangin deh kalo Val telat satuuu detik aja, gimana?" alibinya.

Air muka Kalinda seketika berubah. Dia kenal betul dengan Bu Sri, karena dirinya merupakan alumni di SMA Tuna Bangsa, SMA tempat anaknya menimbang ilmu saat ini. Bahkan dirinya pernah kena marah oleh Bu Sri hanya karena membawa sirup.

Saat itu Kalinda masih kelas X seperti Val. Waktu itu dia membawa minuman sirup anggur dari rumah di dalam botol bekas air mineral. Saat sedang meminumnya di kelas, Bu Sri yang saat itu masih berkepala tiga kebetulan lewat di depan kelasnya, dan beliau melihat Kalinda. Dengan tergopoh-gopoh, Bu Sri langsung menghampiri Kalinda lalu memukul meja dengan keras, membuat gadis itu terkejut sampai minumnya tumpah mengenai seragamnya.

Pasalnya Bu Sri menuduh Kalinda membawa minuman keras dan meminumnya secara terang-terangan. Meskipun Kalinda sudah menjelaskan bahwa itu hanya sirup anggur biasa, Bu Sri tidak percaya. Namun ketika orang tuanya dipanggil ke sekolah barulah guru BK yang garang itu percaya lalu meminta maaf, dengan syarat membelikan Kalinda seragam baru. Tetapi sejak saat itu, Bu Sri jadi sering mengawasi Kalinda.

Kalinda bergidik ngeri mendengar penuturan Val. "Eh, yaudah buruan berangkat sana. Tapi atribut kamu udah lengkap kan? Ikat pinggangnya? Dasinya? Topinya dibawa nggak?" tanyanya bertubi-tubi dengan panik.

"Mamaaa, ini bukan hari Senin!" sungut Val.

Seketika Kalinda menepuk dahinya. "Eh, iya. Tapi atributnya harus selalu dipake."

"Hem." Val berjalan keluar rumah. Gadis itu duduk di tepi teras lalu memakaikan sepatu. Kemudian bangkit dan menepuk-nepuk roknya. "Kalo gitu Val berangkat dulu," pamit Val lalu menciumi tangan Kalinda. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Kalinda, "jangan lupa pake helmnya, itu standarnya dinaikin dulu. Kamu belum punya SIM jadi jangan sampe ketauan Bu Sri ya, nanti motornya disita!" teriak Kalinda pada Val yang sudah di depan pagar menaiki motor.

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang