-10-

318 207 149
                                    

Seminggu lalu...

Rian memandangi cewek di hadapannya. "Lo yang chat gue pake nickname 'Rian girlfriend'?" tanya Rian. Tadi pagi, seseorang dengan nickname 'Rian girlfriend' mengiriminya chat yang menyuruhnya agar datang ke depan gudang sekolah saat waktu istirahat karena ingin membicarakan sesuatu.

"Yup."

"Maksud lo apa pake nickname kayak gitu?"

"Karena... gue bakal segera jadi pacar lo."

Rian memerhatikan cewek di depannya dari ujung kaki hingga ujung helai rambut. Di pundak kanannya, terpasang badge berbentuk seperenam lingkaran yang bertuliskan X.

"Gue nggak ngerti maksud lo, cewek norak. Jadi, mau apa?"

Cewek itu tak menjawab. Dia juga tak terganggu dengan perkataan Rian barusan yang memanggilnya dengan sebutan "cewek norak". Dia melangkah mendekati Rian. "Kalo diliat dari dekat...," Dia menggantungkan ucapannya. "...Ganteng juga."

"TO THE POINT!" bentak Rian. Cewek itu tersentak karena suara Rian yang lantang. Dia sudah menduga jika Rian akan membentaknya.

"Oke, tenang dulu," ucapnya. "Kemarin gue liat lo ngebelain dia."

Kedua alis Rian terangkat.

"Val. Padahal biasanya lo nggak pedulian sama cewek. Kadang yang cantik aja lo kacangin. Tapi kok bisa-bisanya lo sampe belain ceweknya Arta yang biasa-biasa aja." Cewek di hadapan Rian menghela nafas. "Apalagi... lo belain dia di depan mantan tercinta lo, Amel."

"Terserah gue," tukas Rian dengan cuek.

Cewek di hadapannya tertawa pelan. "Jadi, selera lo mulai rendahan nih?"

Rian mengalihkan pandangan asal tidak menanggapi hinaan tersebut. Jika dia tak ingat sedang dihina oleh seorang cewek, Rian sudah melayangkan bogem mentahnya. Kini cowok itu hanya mengepalkan tangan di balik saku celananya.

Dia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang sekolah. Cewek yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya ini terlalu banyak basa-basi. Padahal cewek itu telah menyita waktu istirahatnya yang berharga. Sebagai gantinya, mungkin Rian akan bolos pelajaran lagi untuk bersenang-senang atau sebagai pengganti waktu istirahatnya yang sekarang. Namun, satu kalimat yang dilontarkan berhasil membuat Rian menghentikan kakinya.

"Lo ngelakuin hal itu demi Kak Amel."

Dasar bocah, Amel dipanggil "Kak" sedangkan gue enggak! Batin Rian.

Rian berbalik. "Maksud lo?"

Cewek itu memiringkan kepalanya beberapa derajat, lalu tersenyum tipis. "Gue tau tentang lo dan Amel. Gue tau alasan lo dendam sama Arta. Dari gerak-gerik lo belakangan ini, gue juga tau alasan lo deketin Val." Dia menghela nafas. "Gue tau semuannya, Kak Rian."

Cewek itu mulai menjelaskan semuanya, termasuk rencananya. Dia ingin membantu Rian membalaskan dendamnya pada Arta. Dia juga ingin membantu Rian untuk membuat Val, si pacar Arta, merasakan sakit hati seperti yang Amel rasakan dulu.

"Gue juga mau imbalan, atau gue bocorin semua ini?" ancam cewek itu. Rian menatap cewek di depannya dengan sorot mata bertanya. "Gue baru aja putus. Makanya, Kak Rian jadi pacar gue, mau ya?"

Rian mengalihkan pandangan dari junior tidak tahu diri didepannya yang ikut campur tentang urusan pribadinya ini. "Hm." Cowok itu mengusap tengkuknya. "Tapi setelah gue berhasil bales dendam ke Arta."

Cewek itu membentuk lingkaran dengan jari telunjuk dan jempol lalu menunjukkannya pada Rian.

"Besok, kalo ada Val bisa nggak lo bikin dia jatuh sampe kakinya lecet atau luka?" tanya Rian.

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang