-3-

438 283 281
                                    

"Gue putus."

"HAH?" ucap Val dan Dinda serentak.

"Iya, gue putus."

Pantas saja seharian ini Laras tampak suram. Val menarik bangkunya agar bisa mendengarkan curhatan Laras lebih jelas ke meja Laras dan Dinda yang sejak awal sudah sebangku.

"Jadi, kalian tau kan kalo cowok gue anak SMK? Nah, selama di SMK dia sibuk banget. Udah nggak fast respon lagi kalo gue chat, dia juga mulai jarang luangin waktu buat gue. Pokoknya selama gue pisah sekolah sama dia, kita belum pernah nge-date sama sekali. Awalnya gue maklumin kesibukannya, tapi lama-lama capek juga."

"Mampus lo! Dulu pas gue masih jomblo lo manas-manasin gue terus. Sekarang putus duluan haha a—aw ampun Lar—sakit!" Dinda yang awalnya mengejek sambil tertawa, kini mengaduh kesakitan karena cubitan kecil di pinggangnya.

Val tertawa melihat tingkah laku mereka lalu meminum air putih. Tak lama kemudian tersedak ketika Laras tiba-tiba bertanya tentang Arta.

"Lo beneran pacaran sama Kak Arta?"

"Uhuk-uhuk..." Val mengangguk sembari mengusap bibirnya yang basah.

"Tapi, aneh ya, Kak Arta aja nggak pernah nyamperin lo ke kelas pas istirahat, cuma lewat chat atau telpon. Gue juga belum pernah liat lo di anter-jemput sama dia," ucap Dinda.

"Dia juga nggak pernah post tentang lo di sosmednya," tambah Laras.

Val langsung memasang wajah masam. Dia memang sadar dengan posisinya yang hanya sebagai peliharaan Arta. "Mungkin dia sibuk," pungkasnya.

"Hati-hati lho Val, mungkin ada hati lain yang dia jaga," ucap Dinda.

Oh iya? Namun, Val tidak peduli itu. Lagipula dia tidak memiliki perasaan terhadap Arta, dan statusnya yang menjadi hewan peliharaan menjadi pembatas agar dia tidak memiliki perasaan dengan cowok sekejam Arta. Jadi wajar saja jika Arta menyukai cewek lain yang tidak sebodoh dirinya.

Panjang umur. Beberapa detik yang lalu dibicarakan, ponsel Val baru saja bergetar mendapati notifikasi LINE dari Arta.

Arta P
Beliin minum, gue tunggu di kantin. Cepet.

Val berdecak kesal begitu mendapati pesan dari Arta.

"Di chat orangnya?" tebak Laras setelah melihat ekspresi Val.

"Iya." Dengan malas, Val beranjak dari duduknya. "Gue ke kantin duluan ya," ucapnya pada Dinda dan Laras.

"Selamat ngebucin," sahut Laras dan Dinda serentak.

Dinda menatap Val yang meninggalkan kelas dengan terburu-buru. Kemudian mendengus kesal. "Di antara banyaknya cewek, kenapa cowok terganteng di sekolah kita malah milih dia yang pas-pasan?"

"Mungkin seleranya Kak Arta emang rendahan," cibir Laras.

Tak lama kemudian Laras dan Dinda saling bertatapan dan tersenyum jahil. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak mereka, dan sepertinya bukan sesuatu yang baik.

ҩ ҩ ҩ

Arta hanya ingin ada seseorang di dekatnya dan menuruti perintahnya. Di pandangan semua orang, Arta itu cowok baik-baik. Nyatanya, yang Val rasakan justru kebalikannya. Selama beberapa hari menjadi peliharaannya—sebenarnya lebih tepat disebut budaknya—Val merasa kehilangan masa-masa indahnya di SMA. Cowok itu selalu menyuruhnya melakukan hal-hal merepotkan. Jika Val menolak, Arta langsung mengancam akan membocorkan rahasianya.

Begitu sampai di tempat Arta, cowok itu langsung merampas kaleng soda dari tangan Val.

"Gue harus bilang berapa kali? Jangan bikin gue nunggu," omel Arta pelan. Dia tak ingin orang lain mendengar ucapannya, karena itu bisa memperburuk citra baiknya sebagai ketua OSIS. Terlihat berdua dengan gadis bodoh yang ada di hadapannya saja sudah mencemarkan nama baiknya. Desas-desis bahwa dia berpacaran dengan Val mulai menyebar.

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang