-16-

258 161 225
                                    

Mau nanya dong. Sejauh ini kalian ngerti gk sama alur ceritanya cerita CIY?

Kalau ada yg gk ngerti bilang ya. Biar bisa saya perjelas pas revisi nanti. Dan maaf kalo ceritanya absurd, soalnya yg nulis cerita ini masih bocah SMP hehe :v

BTW sejauh ini di CIY baru muncul konflik ringan serta penyelesaiannya aja. Pelan-pelan aja bacanya, karena bab ini mulai masuk ke konflik utama. Selamat membaca :)

***

Ponsel Val bergetar. Gadis itu mengambil ponselnya, lalu membuka notifikasi yang masuk. Senyumnya mengembang ketika membaca nama cowok yang tertera disana.

Arta P
Bilangin ke nyokap lo kalo nanti lo pulang telat.

Mau ngapain?

Arta P
Nurut aja.

Val mendengus. Seperti biasanya, cowok itu selalu memaksa. Walaupun terkadang dalam pemaksaannya bersikap baik, tetap saja namanya pemaksaan. Dia melirik jam, sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi.

Gadis itu mengirimi pesan ke Kalinda sesuai yang diperintahkan Arta. Sambil menunggu bel pulang berbunyi, dia membaca ulang catatan hari ini. Meskipun jamkos, seharusnya setiap murid tetap belajar sendiri, bukan bermain-main. Karena, kita di sekolah untuk belajar.

Beberapa saat kemudian, bel pulang akhirnya berbunyi. Ketika keluar kelas, Val melihat Arta sudah bertengger di depan pintu kelas dengan satu tangan yang dimasukkan di saku. Sesekali cowok itu tersenyum ramah sambil membalas sapaan siswa-siswi yang menyapanya.

"Yuk," ajak Arta. Cowok itu langsung menyambar tangan Val.

Val terdiam sejenak. Menatap laki-laki yang membuat hatinya cenat-cenut itu dengan tatapan datar hingga akhirnya mengangguk pelan. Sebuah senyuman mengembang di wajah Arta, kemudian langsung menarik Val pergi.

Jangan senyum terus, Kak. Nanti aku jadi lilin, meleleh, batin Val yang telanjur baper.

Sebenarnya daritadi Arta senyum, sih. Tapi kan yang tadi senyumannya buat publik, sedangkan yang barusan buat Val.

"Gue duluan ya." Val melambaikan tangan pada Laras dan Dinda yang sedang menatap kepergiannya dengan Arta.

Di parkiran, Arta langsung mengeluarkan motornya dan menyuruh Val naik. Cewek itu naik ke atas motor Arta, menunggu Arta menyalakan motornya, tetapi tak kunjung dinyalakan.

Val memajukan wajahnya, menatap Arta dari lengan cowok itu. "Kok nggak jalan, sih?" tanyanya bingung.

"Pegangan."

Val segera menoleh ke sekelilingnya  dan menyadari orang-orang yang ada di parkiran kini menatap mereka dengan tatapan beragam karena tak segera menjalankan motor.

Bagi mereka, mungkin ini adalah pemandangan pertama melihat Arta memboncengkan seorang cewek. Padahal sebenarnya ini yang ketiga kalinya. Pertama, waktu hujan dan motor Val sedang mogok. Saat itu sekolah memang sudah cukup sepi, jadi tidak banyak yang melihat Arta mengantar Val pulang. Kedua, tadi pagi saat Arta mengantarnya ke sekolah. Sekolah masih cukup sepi, jadi hanya beberapa murid yang melihat Arta berboncengan dengan Val.

"Jalanin dulu."

"Pegangan dulu."

Val menghela nafas, jantungnya berpacu dengan cepat. Tangannya bergerak ke depan, melingkar pada pinggang Arta seperti yang dilakukannya tadi pagi. Dia memejamkan matanya saat menyadari lebih banyak tatapan yang tertuju padanya. Bahkan ada yang mengambil foto secara diam-diam.

Untuk apa coba?

Habisnya pemandangan langka, sih. Kan sudah lama Arta dan Val pacaran, tapi baru kali ini mereka di atas satu motor yang sama. Terus posisi mereka mesra pake banget. Kata para jomblo sih gitu.

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang