Val melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 19.07. Karena waktu di Tokyo 2 jam lebih cepat daripada di Jakarta, dia harus berpikir berkali-kali jika ingin menghubungi sahabat jauhnya saat ini. Saat ini di Tokyo masih pukul 21.07, dan Alba mungkin belum terlelap.
Akhirnya Val mencari nama Alba di kontaknya. Setelah itu, Val segera menelepon Alba. Dia menunggu teleponnya tersambung sembari mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada case ponselnya.
"Halo?" sapa Val cepat begitu teleponnya terhubung. Hanya terdengar gumaman pelan. "Baba! Gue mau curhat!" teriaknya agak tertahan.
Alba mendesah pelan. "Besok aja ya, gue ngantuk," balas Alba.
"Kan, masih jam sembilan," ucap Val pelan.
"Iya. Tadi ada Festival Kembang Api jadi baru pulang."
"Ya udah... maaf ganggu," ucap Val terdengar kecewa.
"Eh—iya iya! Jangan ngambek, nanti tembemnya ilang," hibur Alba. "Ciniii cerita cama niichan."
Val tersenyum tipis. Niichan, atau lebih lengkapnya Onii-chan artinya kakak laki-laki. Berkat diajari Alba ketika mereka tidak ada bahan pembicaraan, Val jadi mengerti bahasa Jepang sedikit demi sedikit.
Val mulai bercerita. Dari pertemuan pertamanya dengan Arta di depan swalayan, mengambil foto wajah tampannya, berpura-pura pacaran dan menjadi hewan peliharaannya, sampai kesehariannya menjadi suruhan Arta. Sesekali Arta melindunginya seperti kejadian di kantin kemarin. Namun, Val tak perlu sampai bawa perasaan dan sadar itu hanyalah akting sempurna seorang Arta Pramudya yang berperan sebagai pacar bohongan.
"...Dia sok perfect, semua orang ketipu sama aktingnya sebagai cogan yang baik hati. Padahal aslinya kejam." Val mengatur nafasnya sejenak. "Pokoknya Kak Arta jahat!" gerutu Val.
"Apa lo bakal sama dia terus?" tanya Alba.
"Mungkin, sampe ada cowok yang tulus deketin gue karna cinta. Dan pas itu gue bakal ninggalin Kak Arta."
"Ya udah... sama gue aja yuk?" tanya Alba tertahan.
Val merengek karena mengira Alba bercanda. "Ih, gue serius!"
"Gue juga serius!"
"Ah, lo mah nggak pernah serius," timpal Val yang sedikit menyinggung perasaan Alba. "Makasih udah ngehibur gue."
Alba meneguk ludahnya. "Lo itu nggak peka ya, haha," ucapnya sambil tertawa, tawa yang hambar. Val tidak tahu itu karena tidak melihat ekspresi Alba saat ini.
"Maksud lo apa?"
Alba sedikit kecewa. "Selama ini lo belum pernah suka cowok, sementara gue udah per—" Alba menghentikan ucapannya. Ah, dia keceplosan. Val itu orangnya kepo. Sudah pasti cewek itu akan mengintrogasi Alba.
Val melotot. "WHATT?! SIAPA? SEJAK KAPAN? KOK LO NGGAK CERITA?"
Alba tersentak mendengar suara Val yang tiba-tiba menjadi kencang. Hal serupa pernah terjadi ketika Alba meng-prank kalau dirinya akan datang ke Indonesia dan menemui Val yang berakhir menjadi kekecewaan untuk gadis itu.
"Bukan gitu. Gue mau bilang udah pernah baca buku tentang cinta-cintaan," alibi Alba. Val hanya meng-oh-kan.
"Gue jelasin ya. Lo harus liat cowok sebagai cinta. Mungkin di sekitar lo udah ada cowok tulus yang punya perasaan ke elo. Tapi dia nggak berani nembak karna lo itu dikira pacaran beneran sama Arta," jelas Alba. Dia berharap Val akan mengerti setelah ini.
"Baba emang the best! Makasih sarannya. Besok gue coba ya," balas Val.
"Kenapa nggak sekarang aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm Yours
Teen FictionUntuk mendapatkan teman di SMA barunya, Valeria Putri terpaksa mengaku memiliki pacar. Padahal, sebenarnya dia tidak memiliki pacar sama sekali. Namun, ketika temannya meminta foto 'pacarnya', Val langsung mengambil foto lelaki tampan yang tak diken...