-12-

275 190 150
                                    

"Woi, gue bawa kabar bagus, nih!" seru Fahrel yang baru masuk kelas sambil meloncat-loncat kegirangan.

Dinda yang tadinya ingin tidur langsung terbangun setelah merasakan getaran. "Eh, endut, bisa diem nggak sih? Entar kalo lo loncat sekolahnya malah roboh!" gerutu Dinda dengan tampang sebal.

"Yee... suka-suka gue dong," sahut Fahrel. Ia berdiri di depan kelas. "MRS. ITA JAMKOS LAGI, GAK JADI ULANGAN KITA!"

"Elah, itu mah kabar buruk!" timpal Gerni yang wajahnya mendadak masam. "Gak ada Mrs. Ita, gak bisa cuci mata."

Dinda menarik nafas. Dia berdiri lalu menggebrak meja. "KALIAN TUH BISA DIEM NGGAK SIH!" teriaknya dengan nada tinggi yang membuat perhatian kelas tertuju padanya. Sebagian dari mereka menatapnya dengan tatapan tidak suka karena merasa terganggu.

Dia kembali duduk lalu meletakkan kepalanya di atas meja dan beranjak ke alam mimpi. Semalam dia pergi dating sampai jam 12 malam, makanya sekarang mengantuk.

Dia kembali duduk lalu meletakkan kepalanya di atas meja dan beranjak ke alam mimpi. Semalam dia pergi dating sampai jam 12 malam, makanya sekarang mengantuk.

Hilda yang baru saja datang dari ruang guru, berdiri di depan kelas sambil memegang secarik kertas. Dia selaku ketua kelas yang tadinya ingin memberikan pengumuman, langsung mengurungkan niatnya setelah Laras memperingatkannya.

"Da, kalo ada pengumuman mending tulis aja. Entar kalo lo koar-koar, terus nih anak bangun, malah ribut jadinya." Laras memperingatkan sambil menunjuk Dinda dengan dagunya, sepertinya cewek bersuara cempreng itu telah terlelap.

"Oke," balas Hilda. Dia mengambil spidol dari laci meja guru kemudian menuliskan isi dari kertas yang dipegangnya ke papan tulis.

Persiapan UH bahasa Inggris dari Mrs. Ita.

Create a dialog of atleast 1 page. Then memorized for daily tests next week. Theme of dialogue :
Boy-boy = Family
Girl-girl = Friends
Boy-girl = Expressing love

Expressing love? Val melebarkan matanya setelah membaca kata terakhir di papan tulis. Dia menghampiri Kenta yang sedang membaca buku di bangkunya yang berada di paling belakang dekat dinding. Kenta menatapnya sedetik dan mengulas senyuman tipis.

"Kapan mau buat dialognya?" tanya Val.

"Terserah kamu."

Val menghela nafas. "Kalo gitu besok aja, di kelas pas pulang sekolah."

"Oke," balas Kenta lalu kembali membaca buku.

Val tersenyum tipis lalu kembali ke tempat duduknya. Kemudian mengambil alat tulis dan buku tulis untuk mempersiapkan dialognya. Dia mulai menulis dengan pensil agar mudah dihapus. Tetapi, baru satu goresan saja grafit pensilnya tiba-tiba patah.

Val mengambil rautan dan meraut pensil tersebut. Setelah itu, dia hendak membuang sampah rautan pensilnya. Tempat sampah terdekat ada di depan kelas. Ketika dia berjalan keluar kelas, dari arah yang berlawanan Bu Sri berjalan tergesa-gesa. Begitu melihat Val, beliau terlihat ingin menghampirinya. Val merasa tidak memiliki masalah apa-apa sehingga harus berurusan dengan BK. Kalau begitu, mungkin Val ingin dimintai tolong. Dia langsung membuang sampah rautannya dan berbalik untuk kembali ke kelas.

"Eh, kamu kesini!" panggil Bu Sri yang melambai ke arah Val.

Val memejamkan matanya sesaat lalu menghela nafas pelan. Kemudian berjalan ke arah Bu Sri. "Kenapa, Bu?" Val berdiri di hadapan Bu Sri.

"Kamu ngapain di luar kelas? Jadwalnya guru yang ngajar kelas kamu siapa?" tanya Bu Sri.

Val agak menundukkan kepalanya. "Tadi saya buang sampah. Guru yang ngajar kelas saya sekarang Mrs. Ita," jawabnya.

Bu Sri memangut-mangut. "Ya sudah. Kamu kenal Arta, kan, yang kemarin menang lomba?" tanya Bu Sri lagi.

Perasaan Val menjadi tidak karuan saat mendengar nama itu. "Iya, Bu."

Bu Sri menyerahkan beberapa lembar kertas yang dibawanya. "Ini, tolong kamu kasih ke dia. Ibu kebelet soalnya."

Val menerima lembaran kertas itu, lalu mengangguk mengiyakan. "Baik, Bu. Kalau begitu, saya ke kelasnya dulu," ucap Val

Dia dengan cepat menunduk dan segera berjalan menuju ke kelas Arta. Dia benar-benar takut karena berurusan dengan orang-orang terkenal di sekolah ini. Contohnya dengan Arta dan Rian, dirinya sampai kena bully beberapa kali karena menjadi pacar Arta dan pernah dekat dengan Rian.

Val telah sampai di koridor kelas XII. Dia merasakan banyak senior yang menatapnya dengan tatapan beragam. Dia segera mempercepat langkahnya.

"Itu cewek yang fotonya pernah dipasang di mading ya? Padahal biasa aja, tapi gede juga nyalinya sampe ngegebet tiga cowok sekaligus."

Ia lebih mempercepat langkahnya setelah mendengar komentar dari seniornya barusan. Dia mulai memikirkan cara untuk memanggil Arta begitu sampai di depan kelasnya. Tidak mungkin kan harus berteriak memanggil namanya agar cowok itu keluar? Mungkin, murid-murid yang berlalu lalang atau teman-teman Arta akan beranggapan kalau Val sedang mencari cowoknya.

Tibalah dia di depan kelas XII MIPA 4. Dia mencoba mengintip suasana kelas tersebut dan mencari keberadaan Arta, tetapi Val tidak melihat cowok itu di kelasnya. Val berjalan ke pintu kelas, mencoba melihat dari pintu yang terbuka.

"Nyari siapa?"

Val nyaris terjerembab ke tempat sampah di sebelahnya saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Dia berbalik kemudian berhadapan dengan seorang siswa dan seorang siswi yang dikenalinya. Mereka terlihat dekat pake banget. Hati yang retak di dalam diri Val semakin retak.

"Ehm... nyari Kak Arta," jawab Val.

Amel mengangguk-angguk, dia menatap Rian yang berdiri di sebelahnya. Cowok itu berjalan beberapa langkah melewati Val dan berteriak, "WOI, YANG NAMANYA ARTA MANA?"

"ARTA KAN NGGAK MASUK BEGO!" seorang lelaki dari dalam kelas balas meneriakinya.

Rian menepuk jidatnya. "Oh, iya!" Seketika dia menoleh kepada Val. "Arta nggak masuk."

"Oh, oke...," balas Val sambil menganggukkan kepalanya dengan canggung. Dia masih kesal dengan Rian. Apalagi cowok itu tidak meminta maaf setelah menyakiti hatinya.

Amel melipat tangannya di depan dada. "Emang ngapain nyari Arta?"

Val menunjukkan kertas yang dibawanya. "Disuruh Bu Sri ngasih ini, Kak," jawab Val pelan.

"Apa? Kalo ngomong jangan dalam hati, dong. Sans aja. Kita nggak bakalan ganggu lo lagi, kok," ujar Amel sambil tersenyum.

Val balas tersenyum tipis. "Disuruh Bu Sri ngasih ini, Kak," ulangnya lebih keras.

"Mending langsung lo samperin aja ke rumahnya."

"Tapi, nggak tau alamatnya."

Kedua alis Rian terangkat. Oh, iya, lo kan bukan pacarnya Arta. Tadinya Rian ingin berkata begitu, namun tiba-tiba dia teringat dengan Arta yang memukulnya dan mengatakan kalau Val adalah cewek miliknya.

"Nanti gue kirimin alamatnya," kata Rian.

Val mengangguk pelan.

"By the way, sorry karena gue udah jahat sama lo," ujar Amel. Kemudian menyenggol siku Rian sambil mendesis kecil.

"Eh, gue juga minta maaf karena udah mainin perasaan lo," tambah Rian.

Awalnya Val tertegun dan berkedip beberapa kali karena permintaan maaf mereka yang tiba-tiba. Namun kemudian dia mengangguk patah-patah. Padahal, masih terbesit rasa kesal dan kekecewaan di hatinya.

***

17 Juni 2020

Cause I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang