Val berdiri di tempat. Tanpa berucap sementara mulutnya masih membantu hidungnya untuk bernafas. Entah mengapa pertanyaan diiringi nada dingin ditambah hawa mencekam dari Arta membuatnya sedikit kesulitan bernafas.
Arta menaikkan satu alisnya. Lantas tangannya bergerak pelan membelai puncak kepala gadis di depannya. Tak seperti biasa, kali ini Val tidak merasa senang. Dia menyeka keringatnya, padahal ruangan perputakaan ini ber-AC.
"Kenapa bengong?" tanya Arta sambil menyeringai.
Val mengerjap, lalu menggeleng kaku. Ekspresi datar dan tatapan dingin Arta membuatnya sedikit ketakutan, seolah-olah cowok itu dapat menerkamnya kapan saja.
Sementara Arta memberi isyarat agar Val segera menjawab pertanyaannya.
"Gue... nggak ingat," lirih Val. Dia menundukkan kepala, memandang kakinya yang gemetaran.
Arta menurunkan tangannya dari kepala Val lalu memasukkannya ke dalam saku celana. Kemudian terdengar helaan nafas gusar dari cowok itu. Tiba-tiba saja salah satu tangan Val sudah berada dalam cekalan Arta, dia meringis. Arta menarik tangannya keluar dari jejeran rak-rak buku yang tinggi ke tempat duduknya tadi.
Kenta menatap mereka dengan ekspresi terkejut sambil membenarkan letak kacamatanya. Arta tersenyum tipis ke arahnya sembari mengambil buku-buku milik Val dan membawanya.
"Kenta, maaf aku balik duluan ya," pamit Val buru-buru. Dia melambaikan tangannya begitu Arta menariknya lagi menuju keluar perpustakaan, meninggalkan Kenta yang terdiam memandangi kepergiannya.
Val menarik tangannya, berusaha melepaskannya dari cekalan Arta yang kuat itu. Lalu tangan Arta perlahan berpindah menautkan jari-jemarinya dengan milik Val dan menggenggamnya. Cewek itu mendongak, melirik Arta yang tersenyum hangat menyapa adik-adik kelasnya di koridor.
"Lo masih inget kan konsekuensinya kalo ada nilai yang remidi?" tanya Arta dan Val mengangguk lemah. Mereka berbelok di tikungan koridor kemudian tiba di depan kelas bertuliskan X MIPA 3. Cowok itu menyerahkan buku-buku di tangannya kepada Val dan berucap sebelum kembali ke kelasnya sendiri, "ini hari terakhir PTS. So, good luck!"
ҩ ҩ ҩ
Usai solat dan berdoa agar diberi nilai yang memuaskan, Val menghempaskan diri di atas ranjang empuknya. Dia mengambil boneka beruang di sebelahnya dan memeluknya erat, membayangkan kalau itu adalah Arta. Habisnya beruang dan Arta sama-sama galak.
Dia memejamkan matanya. Membayangkan Arta yang sangat tampan saat dilihat dari dekat, kemudian Alba. Ah, sudah dua minggu.
Val langsung membuka mata, dengan segala kemagerannya dia berguling ke ujung ranjang dan meraih ponselnya di atas nakas. Belum ada notif atau kabar sama sekali dari Alba sejak dua minggu lalu. Lalu beralih membuka grup kelasnya yang ramai. Sepertinya hasil PTS semester ini sudah muncul.
Kedua matanya meneliti intens pada tabel berjudul 'Nilai PTS Semester Ganjil Kelas X 2020/2021'. Tak lama kemudian, bibirnya menyinggungkan senyum sumringah begitu dia menemukan namanya.
Valeria Putri | 94,8
Val bersorak ria dalam hati, lalu memeluk gulingnya erat-erat dan menenggelamkan wajahnya di benda empuk itu. Sesuai permintaan Arta, dia berhasil menyelesaikan PTS semester ini tanpa ada remidi. Dari seluruh mata pelajaran, nilai terendahnya ada pada Matematika yaitu 80. Dia mencari satu nama lagi.
Kenta Oktavian Wijaya | 95,0
Senyum di bibir Val seketika memudar. Dia menghela nafas pelan. Kenta menang, artinya cowok itu akan tetap menyembunyikan penampilannya sementara dia harus menceritakan masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm Yours
Teen FictionUntuk mendapatkan teman di SMA barunya, Valeria Putri terpaksa mengaku memiliki pacar. Padahal, sebenarnya dia tidak memiliki pacar sama sekali. Namun, ketika temannya meminta foto 'pacarnya', Val langsung mengambil foto lelaki tampan yang tak diken...