"Lo gampang banget di tipu." Arta menjeda kalimatnya sejenak, menikmati wajah Val di depannya yang menghibur saat ini. "Lo suka gue, tapi masih belum mengerti gue. Padahal lo tau, gue kan suka banget mainin perasaan lo, apalagi menikmati muka lo yang memuakkan itu. Hei, gimana lo bisa menjalani kehidupan kalau begini? Pantes aja temen lo fake semua. Nanti lo pasti kena tipu lagi sama cowok baji—"
Crashh!
Seperempat gelas lemon tea mendarat dengan indah di wajah Arta, menimbulkan bunyi yang menyebabkan beberapa orang di dekatnya menoleh dengan heran. "BACOT!" Cewek itu menaruh gelas yang telah kosong dengan sedikit membantingnya.
"MATI AJA SANA! TAI ANJING!" Setelah meneriakinya, Val langsung bangkit dan pergi tempat itu. Seluruh pasang mata yang ada di sana menatapnya dengan terkejut, namun dia tidak peduli. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Bisa-bisanya seorang Arta mengatakan hal sekejam itu. Oh, maaf, Arta memang kejam. Tapi dia tak menyangka Arta akan sekejam ini kepadanya.
Sayang sekali, suasana malam yang indah dan penuh harapan itu berubah menjadi malam kelabu penuh kehampaan. Perasaan bahagianya berubah dalam sekejap menjadi kekecewaan yang dipenuhi luka di lubuk hati terdalamnya.
Val tak kuat membendung air mata yang terus memaksa jatuh dari pelupuk mata. Tak kuasa menahan tangis itu, dibiarkannya mereka terjun ke pipi, kemudian menjelajahi wajahnya. Val sama sekali tak pernah menginginkan semua ini terjadi. Bahkan, dia tak pernah membiarkan Arta masuk ke hatinya, membuat perasaan aneh yang dipenuhi sesak.
Masih di restoran, Arta yang kepala dan kemejanya kebasahan itu merogoh saku celananya, manik hazelnya memperhatikan sebuah kotak kecil di tangannya. Dia lupa memberikan kotak itu. Dia juga tak menyangka bisa berkata hal yang sangat menyakitkan kepada Val. Ah, dia mengacaukan semuanya. Padahal, seharusnya malam ini menjadi malam yang indah penuh tawa.
Rasa gengsi dan harga dirinya yang tinggi itu tanpa disadari merugikan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya.
Lantas dia pun mengambil ponselnya, lalu segera mengetikkan pesan singkat kepada Val. Ini sudah malam, tidak seharusnya gadis itu pulang sendirian tanpanya. Berkali-kali dia menelepon gadis itu, namun sepertinya ponselnya dinonaktifkan.
Neko😿
Maaf.
Besok pagi gue jemput ya, tadi lupa mau ngasih sesuatu.
ҩ ҩ ҩ
Val mengerutkan kening begitu mendapati dua chat dari Arta dan sembilan belas missed call dari Arta. Dia mengucek-ngucek matanya, takutnya salah lihat. Moodboster banget baru bangun tidur langsung dapat notif dari doi. Apalagi Arta yang sangat menjunjung harga dirinya dan gengsian itu sampai melontarkan kata "maaf" dan missed call. Kalian boleh berpikir lebay, tapi ini benar-benar sesuatu yang langka bagi Val.
Jika sudah begitu, artinya Arta benar-benar tulus meminta maaf dan merasa bersalah. Entah kenapa hal itu membuat Val melupakan kejadian semalam. Dia bangkit, lalu segera bersiap-siap ke sekolah. Setengah jam kemudian, gadis itu sudah duduk di teras dengan seragam rapi sambil memangku tasnya, menunggu Arta dengan kendaraan pribadinya menjemputnya.
Tetapi ini sudah pukul 06.15, dan biasanya Arta yang disiplin itu sudah menunggu Val di ruang tamu bersama Kalinda.
"Kamu ngapain duduk disitu? Kok belum berangkat?" tanya Kalinda yang berdiri di ambang pintu.
"Kak Arta belum dateng, Ma," jawab Val.
"Ya udah tunggu aja. Siapa tau lagi macet atau ada kendala," kata Kalinda, kemudian kembali masuk rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm Yours
Teen FictionUntuk mendapatkan teman di SMA barunya, Valeria Putri terpaksa mengaku memiliki pacar. Padahal, sebenarnya dia tidak memiliki pacar sama sekali. Namun, ketika temannya meminta foto 'pacarnya', Val langsung mengambil foto lelaki tampan yang tak diken...