"Puh—Gila J kau punya masalah dengan berapa banyak orang?!" Keluh Lalisa menatap Jennie yang sama sekali tidak bereaksi atau terganggu. Setelah lima belas menit terjadi perang tatapan dingin akhirnya Suga memperbolehkan Lalisa membawa mobil Jennie.
Entah kenapa pemuda itu benar-benar keras kepala tidak ingin menyerahkan kunci mobil Jennie. Hampir saja meletus perang dingin. Namun untungnya bisa segera Lalisa atasi.
"Siapa suruh kau memberitahunya bahwa itu mobilku, kau yang bodoh dan itu bukan masalahku." Jelas Jennie tenang menikmati indahnya senja di sore hari dengan membuka bagian atap mobilnya. Membiarkan angin sore menerpa wajahnya lembut. Memainkan rambutnya yang segaja ia gerai.
Melihat itu Lalisa hanya bisa tersenyum getir. "Baiklah kau boss-nya aku hanya pesuruh bodoh." Jelas Lalisa Jengkel menambah laju kecepatan mobilnya. Membuat Jennie tersenyum miring.
"Tapi jujur J, kau ada masalah apa dengan Suga?" Tanya Lalisa serius sungguh ia penasaran. "Setahuku Abang bukan orang yang perduli dengan masalah orang lain kecuali orang itu sendiri yang menggangunya." Jelas Lalisa. Jennie tidak menanggapi malah meraih kacamata hitam yang biasa ia gunakan.
Melihat itu Lalisa menjadi sebal sendiri. "Ayolah ceritakan!" Bujuk Lalisa.
Jennie yang risih hanya berdecak sebal. Merasa Lalisa sangat menyebalkan dan telah menggangu momen favoritnya. Menatap senja yang sebentar lagi tumbang membuat langit berubah menjadi jingga. Dan sebentar lagi berubah menjadi gelap. Menatap penutup hari adalah favoritnya. Tapi gadis di sebelahnya sangat berisik dan terus mengoceh tidak jelas membuat momen indah ini menjadi menyebalkan.
"Tidak ada kau hanya mengarang. Selesai dan jangan banyak bertanya lagi." Jelas Jennie. Hilang sudah momen terbaik hari ini dan di tutup dengan ocehan menyebalkan Lalisa yang tidak ada habis.
"Tapi—
"Lisa berhenti bicara."
"Sungguh aku penasaran." Cengah Lalisa saat Jennie hendak memotong ucapnya lagi.
"Tidak ada." Jelas Jennie singkat. "Sungguh tidak ada." Tanya Lalisa sekali lagi. Dan Jennie menganguk mantap.
"Aku bahkan tidak kenal siapa dia." Jelas Jennie bergumam namun bisa di dengar Lalisa. "Serius! Tapi kenapa Abang—Maksudku Suga bisa menatapmu seperti itu seakan kalian musuh lama." Jelas Lalisa. Membuat Jennie mengangkat bahunya acuh. "Kalau itu bukan urusanku, semua orang berhak membenci tanpa harus saling mengenal, itu logis saja untukku." Jelas Jennie acuh membuat Lalisa mengerutkan alisnya.
"Logis darimananya? Bisa membenci tanpa mengenal, aneh sekali." Unjar Lalisa mengerucut. Menggeleng mendengar penjelasan yang menurutnya tidak masuk akal. Sedangkan Jennie yang mendengar itu pun menyeringai melepas kacamatanya. "So jelaskan kepadaku ketika seorang fans menyukai idolnya dan bahkan mereka tidak mengenal satu sama lain. Bisa membela idolnya dan mengatakan bahwa cinta mereka tulus." Jelas Jennie membuat Lalisa terdiam menatap horor temannya itu. "Maka tidak ada beda jika seseorang bahkan yang tidak kita kenal, tidak pernah bertemu sama sekali atau saling menyapa menaruh kebencian hingga mendarah daging. Itu logis saja bukan." Jelas Jennie lagi membuat Lalisa menganguk paham.
"Oke aku mengerti. Jika cinta saja bisa tumbuh tanpa harus saling mengenal maka sebaliknya kebencian seseorang pun bisa tumbuh tanpa harus saling menyapa. Yaa— Kenapa Jennie Kim ku sangat pandai. Aku merinding Mendengar penjelasanmu." Heboh Lalisa sambil mengusap lengan tangannya dengan tatapan masih fokus pada jalan raya. Mendengar itu Jennie mengangkat bahunya acuh. "Aku memang pandai." Jelasnya memasang kacamata tersenyum penuh kebangaan. Membuat Lalisa menganguk takjim. "Hidup Jennie Kim." Seru Lalisa heboh membuat Jennie tertawa.
"Hidup Jennie si Queen Racing!" Teriak Lalisa semakin heboh. Membuat Jennie tertawa lepas.
Hanya Lisa yang bisa membuat orang sebal dengan tingkahnya dan membuat orang itu kembali tertawa dengan tingkah konyolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Her Mother
Humor18+ Bagaimana ceritanya saat empat orang gadis yang terkenal dingin, konyol, tomboy dan tidak perduli harus mengurus seorang bayi. Bagaimana kehidupan mereka yang tenang, tidak suka di atur, bebas. Tiba-tiba harus berubah karena kehadirannya bayi m...