27. One Piece

105 8 8
                                    

Kembali pada Jisoo yang baru saja keluar dari kamar Pamanya.

Setelah memastikan bahwa baby boy aman dan dia tidak menangis setelah dia tinggal.

Jisoo tanpa pikir panjang langsung melesat kembali ke kamarnya. Saat dia melihat peluang besar untuk dirinya kabur.

Jisoo berpesan pada kepala pelayan bahwa baby boy hanya butuh susu dan selepasnya biarkan saja dia bermain.

Setelah mengatakan itu Jisoo tidak menahan dirinya lebih lama lagi saat melihat bahwa Pamannya seperti akan menahannya lebih lama lagi di sisinya.

Jadi dengan cepat Jisoo mengatakan dengan lantang bahwa dia butuh waktu satu jam untuk mandi.

Gila memang.

Jisoo tidak pernah mandi selama itu.

Tapi otaknya benar-benar terdesak.

Dia hanya mengingat kebiasaan Rosie yang akan mandi lebih dari satu jam.

Kebiasaan Rosie inilah yang Jisoo jadikan bahan untuk mengelabui Paman gilanya itu.

Saat sampai di kamarnya Jisoo segara mengunci pintunya dari dalam dan merosot di balik pintu dengan keringat memenuhi dahinya.

"Sial ... Sial ... Sial kau Kim Taehyung!" Jisoo terus mengumpati sepupu laknatnya itu. Saat dia menyadari bahwa kamar itu ternyata kosong.

"Dimana bajingan itu pergi! Sialan kenapa dia meninggalkanku sendirian lagi!" Jisoo mendesah resah saat tidak bisa menemui sepupunya itu.

Tidak mendapatkan sepupu-nya Jisoo pun insiatif untuk mencari benda yang amat penting baginya.

"Sial pasti aku akan di kutuk oleh Rosie jika terus memakai alasan gadis itu lagi." Jisoo terus mengoceh saat dia mencoba mencari dimana handphone berada.

Dia memeriksa nakas, laci bahkan dia mengangkat selimut di atas kasur hingga membuat berantakan dimana-mana.

Tapi nihil seberapa keras dia mencari benda itu. Dia tidak mendapatkannya.

Jisoo mengeluh saat dia mengusap dahinya yang banjir keringat.

"Apa si brengsek itu yang menyimpannya?" Jisoo mengigit jarinya dengan resah saat dia tidak memiliki alat komunikasi apapun untuk setidaknya mencari tahu apa yang terjadi di luar gedung ini. Atau setidaknya jika dia bisa memiliki benda itu dia bisa menghubungi sepupu sialannya yang menghilang entah kemana tanpa memberitahunya.

"Sialan!" Entah berapa banyak Jisoo mengumpat sekarang. Saat otaknya benar-benar kusut sekarang. Saat dia mengaruk kepalanya dengan gila.

Jisoo memilih menghela nafas pelan saat dia memiliki pemikiran dan memilih duduk di tepi ranjang dan memikirkan info yang dia dapat secara kasar.

Dia menyilangkan kakinya saat dia mulai berpikir.

Okey kita akan berpikir bersama Jisoo untuk memecahkan sedikit masalah yang gadis itu hadapi sekarang.

"Paman mengaku bahwa Sean adalah anaknya. Tapi informasi yang aku dapatkan bahwa Sean memiliki ibu dan ayah kandung yang asli. Jadi apakah Paman hanya mengaku saja bahwa Sean adalah anaknya." Jisoo menarik benang merah yang bisa dia lihat sekarang.

"Lalu Paman memiliki masa lalu yang membuatnya memilih melajang. Dan alasan belum di ketahui sampai sekarang itu masih tanda tanya." Jisoo kembali bergumam.

"Namun ini bisa di simpulkan bahwa Paman sebenarnya ingin memiliki anak, tapi dia tidak ingin menikah dan untuk itu dia menculik Sean." Jisoo memiringkan kepalanya.

"Tapi alasannya Paman menculik Sean? Dia kan bisa saja mengambil anak dari panti asuhan dan jika lebih baik dia bisa melakukan program bayi tabung. Bukankah itu lebih masuk akal. Dan tidak menimbulkan keributan yang tidak berarti." Jisoo mengaruk sisi kepalanya yang panas.

We Are Her MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang