36. Reason

85 7 0
                                    

"Ah ... Akhirnya aku sampai rumah." Lalisa menutup pintu bagian kemudi. Meregangkan punggungnya sambil mengeluh. Lalisa akhirnya segera menyadari bahwa ada orang lain di teras. Seperti tengah menunggunya.

"Sudah sampai, bagaimana perjalananmu?" Orang itu menghampirinya sambil bertanya. Lalisa membuat ekspesi terkejut namun detik kemudian dia menetralkan lagi ekspresinya. "Hum, sedikit macet." Jawabanya singkat. Namun dia merasa sedikit janggal dengan sosok yang ada di hadapannya dan segera mengajukan pertanyaan.

"Kau benar tidak bekerja Suga?" Suga lelaki dengan wajah datar itu berdiri di depan Lalisa setelah dia menunggu lama gadis itu di depan teras rumah.

Lalisa bertanya namun dirinya tidak bertahan lama di sana dan beralih ke belakang garasi.

Suga yang melihat itu segera menyusul Lalisa, "Aku sudah bilang aku libur. Kau belanja apa saja, sini biar ku bantu." Lalisa sedikit menyingkir, saat dia membuka bagasi mobilnya dan hendak mengeluarkan beberapa bahan yang dia beli di pasar.

Namun kepekaan Suga membuat Lalisa seperti tidak berguna saat pria itu dengan sigap mengeluarkan belanjaan Lalisa dari dalam mobil.

Tidak tahu harus apa Lalisa bertanya lagi dengan penasaran, "Oh, kupikir yang tadi hanya bualan." Suga tidak langsung menanggapi. Dirinya kembali sibuk mengeluarkan barang.

Dan setelah Suga mengeluarkan kantung plastik berisi ikan segar membuat gadis itu kembali bertanya dengan ceria.

"Apa kau bisa membuat ikan bakar? Sepertinya aku sedang ingin makan ikan bakar." Tanya Lalisa. Suga menoleh saat dia menurunkan barang dan mendapatkan sekantung ikan besar yang di beli Lalisa.

Dia tersenyum dan segera menjawab dua pertanyaan sekaligus.

"Hum, aku sedang tidak bercanda, dan sepertinya aku bisa..." Suga mengintip ke dalam kantung, "Ikannya juga segar kau alih juga dalam hal seperti ini ... Hm, kau mau aku membuatnya sekarang?" Lalisa berpikir sejenak, "Tentu. Kau pikir aku hanya pintar makan saja. Ah ... Nanti saja ini masih terlalu pagi, aku menginginkannya tapi aku masih kenyang. Aku juga membeli banyak jajan pasar. Ah, iya ... Aku juga beli udang! Kau bisa lihat ... Itu ada di..." Lalisa terdiam. Sejenak. Saat dia menyadari sesuatu. Suga yang melihat itu pun juga ikut diam, "Apa ada masalah?" Lalisa tersadar dan mengeleng, "Ah ... Tidak ada. Hm, bagaimana kita undang yang lain. Kita buat barbeque. Bukannya kita sudah lama tidak berkumpul bersama." Suga menaikan alisnya sebentar dan pada akhirnya menganguk.

"Ide yang bagus. Tapi kita perlu bahan tambahan. Mereka sangat rakus!" Lalisa menganguk. Dan tersenyum tipis. Dia membuka handphone dan membuat undangan di grup dan segera di respon dengan positif.

Temannya itu jika tentang makan gratis, bahkan jika dia ada negara lain pun langsung datang tanpa berpikir dua kali.

"Aku sudah mengundang mereka." Suga mengerti, "Tapi dengan catatan harus membawa bahan makanan." Suga tersenyum tipis. Setelah mendengar itu dari Lalisa.

"Segara masuk kau pasti lelah. Biar aku urus yang ada di sini." Lalisa menganguk. Dan melesat pergi, "Lisa!" Lalisa menoleh, "Hum?"

"Bangunkan Hanbin. Suruh dia turun." Lalisa menganguk dan pergi dari sana.

Setelah masuk Lalisa dengan cepat menekan tombol lift. Dan segera masuk. Memencet nomor 4 lift segera membawanya naik ke atas.

Sesampainya dia mengetuk kamar dengan tanda jangan ganggu. Tapi Lalisa tetap Lalisa, dia mengetuknya dengan gila hingga penghuninya keluar.

We Are Her MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang