2. Party

269 21 0
                                    


Suara dentuman musik seakan menguncang ruangan penuh sesat manusia dari berbagai kalangan dan usia, dari yang remaja sampai dewasa tak terkecuali empat gadis di bawah umur itu yang sedang menikmati hinggar bingar suasana yang menyenangkan menurut mereka. Dan menjengkelkan bagi sebagian orang.

Lampu yang minim cahaya dan dominasi lampu dengan warna-warna yang membuat sakit mata itu tidak mengurungkan niat mereka untuk angkat kaki dari tempat itu. Malah sebagian dari mereka semakin menggila saat seorang DJ yang bertugas malam itu menambah volume membuat gelombang manusia semakin tidak karuan meliukkan tubuh mereka mengikuti dentuman musik yang semakin memekakan telinga.

Kemenangan kali ini patut untuk di rayakan dan mereka setuju untuk mendaratkan diri di tempat ini sebagai ungkapan rasa bahagia mereka atas kemenangan balapan kali ini.

Yah...hasil balapan yang baru saja di menangkan sang Queen membuat mereka memutuskan untuk ke tempat yang sudah lama sekali tidak mereka jejaki. Sebenarnya Queen tidak setuju untuk ke tempat ini mengingat mereka baru saja mendapat hukuman dan menurutnya kemenangan ini hanya kemenangan kecil dan tidak berarti apa-apa baginya.

Tapi paksaan dari gadis berponi yang sedang menggila di lantai dansa membuatnya mengganguk setuju tanpa bisa menolak.

"J kau harus meneraktir kita di club! Kau baru saja mengalahkan mantanmu!" Teriak Lalisa saat ia berhasil mengalahkan sang mantan si legenda jalanan. Ia senang bukan main setelah berhasil membungkam mulut mantannya itu dengan kemenangan telat yang ia peroleh.

"J kau tidak memesan minum?" Tanya seseorang membuat Jennie mengangkat kepalanya.

Menatap sang bartender yang sudah ia anggap sebagai teman dekatnya. "Not now Jim, lain kali saja. Berikan aku soda saja." Jelas Jennie kepala sang bartender dan di balas anggukan singkat.

Menyodorkan sekaleng soda kehadapan gadis bermata kucing itu. "Bagaimana Queen ku dengar kau menang besar kali ini." Jelas pemuda itu dengan senyum yang cukup menggoda kaum hawa yang ada di club itu.

"Yah begitu lah kau sudah tau." Jelas Jennie acuh mengambil kaleng soda yang di sodorkan pemuda manis itu.

Memberikan wink kepada beberapa gadis yang tengah memperhatikannya interaksi mereka berdua lebih tepatnya ke Bartender berpipi cubby itu. Membuat Jennie mendengus kesal saat mendengar beberapa pekikan wanita yang menggila saat di notif oleh bartender itu "Menjijikkan." Sarkas Jennie menenguk soda langsung dari kalengnya.

Mengalihkan tatapan dari wanita yang berteriak gila, Bartender itu pun menatap lamat Jennie yang sedang memutar kaleng sodanya "Tampangmu buruk sekali untuk seseorang yang menang besar Jen." Melipat tangannya dan tersenyum manis saat gadis itu meliriknya tidak perduli.

"Tell me, i hear you princess." Membuat Jennie menatap bartender itu.

Mengangkat bahunya acuh dan melirik sekilas teman-temannya yang seperti orang gila di lantai dansa. "Nothing." Jelasnya acuh dan di balas anggukan oleh bartender itu.

"Jika kau membutuhkanku kau bisa datang kemari kapan pun." Jelas pria itu sambil mengusap gelas-gelas minuman. Membuat Jennie mengganguk paham. Memang teman yang baik, tanpa memaksa atau pun menuntut lebih. Jika di butuhkan selalu ada dan tidak akan marah jika melakukan kesalahan.

"Oh yah bagaimana dengan sekolahmu?" Tanya pria itu sedikit antusias membuat Jennie menekuk wajahnya. Dan di balas kekehan geli dari pria itu.

"Yah Park jimin bisa kau tidak membahas itu!" Kesal Jennie menenguk habis minuman soda itu dan meremukan kalengnya tanpa rasa iba.

Membuat bartender yang di panggil jimin pun semakin senang menggodanya. "Okeh ku tebak pasti kau di skors!" Jelas Jimin sambil menunjuk tepat ke wajah Jennie.

We Are Her MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang