17. Sick

201 9 1
                                    

Setelah membuat keributan yang mengundang amarah Jennie.

Ketiganya pun segara membersihkan ruang tengah. Dengan menahan sakit dan perih. Mereka mengembalikan keadaan ruang tengah seperti semula.

Tidak berniat menambah kesal Jennie ketiganya melakukannya dengan baik.

Hanya saja mereka mendapat masalah karena tv ruang tengah tidak mau menyala. Bahkan Lalisa mengebrak beberapa kali. Namun nihil TV itu seperti menyerah saat dengan ganas Lalisa mendorong Rosie hingga keningnya terbentur TV itu. Dia bisa melihat sedikit retakan di TV itu.

Lalisa mengeluh dalam hati betapa tangguhnya  kepala Rosie hingga membuat TV retak.

Sedangkan Rosie sesekali mengeluh saat matanya terasa berdenyut. Dia tidak bisa membuka sebelah matanya saat dia melakukan itu terasa sangat sakit.

Itu semua karena Lisa yang memukulnya tanpa perasaan. Dan sialnya Rosie tidak bisa menghindar membuat matanya kena bogem mentah.

Jisoo sendiri menyuruh Rosie untuk istirahat namun gadis itu menolak dan tetap membantu keduanya untuk merapihkan ruang tengah.

Saat memindahkan bantal sofa Rosie melihat stroberi yang mereka perebutkan.

Rosie mengeluh dalam hati. Dia mengambil stroberi itu menggunakan tisu bersih.

Dia menghampiri Jisoo yang tengah mengepel lantai yang basah karena Jennie menyiram mereka dengan air dingin.

"Jisoo..."

"Hum ... Ada yang kau butuhkan?" Jisoo menoleh sambil menyeka dahinya yang berkeringat. Mendapati Rosie yang semakin tidak enak di pandang Jisoo menatap gadis itu dengan khawatir.

"Kau baik-baik saja matamu semakin bengkak?" Tanya Jisoo. Rosie menganguk. Walaupun terasa nyeri tapi dia baik-baik saja.

"Aku baik ... Dan aku ingin memberimu ini." Jelas Rosie mengulurkan stroberi pada Jisoo. Membuat Jisoo terdiam.

Dia menghela nafas. Mengambilnya. Dan segara membuangnya ke tempat sampah.

"Jisoo itu—"

"Itu kotor jangan di makan, kita bisa membelinya lagi. Segara mandi aku akan membantunya mengompres lembam mu menggunakan es." Jelas Jisoo.

"Tapi itu milikmu." Jelas Rosie. Jisoo melabai acuh. Dan kembali mengepel lantai.

Mereka benar-benar konyol hanya karena sebuah stroberi mereka berani melukai satu sama lain.

"Lupakan stroberi itu. Kita bisa beli yang baru Rosie, tapi hubungan yang sudah terikat ini tidak bisa di beli atau bahkan di ganti dengan yang baru. Segara mandi aku akan mengobati lukamu." Jelas Jisoo tanpa menoleh ke arah Rosie.

Tanpa sadar Rosie tersenyum. Segara pergi ke kamarnya.

Saking semangatnya Rosie yang hanya bisa melihat sebelah mata pun tersadung ember yang di gunakan Jisoo untuk menampung air.

Jisoo yang sudah selesai pun menoleh dengan wajah pias.

Mendapati Rosie yang terjelembab di kubangan air kotor.

Jisoo mengeratkan gagang pel-nya. Menahan diri untuk tidak memaki.

Sementara itu Rosie mengaduh kesakitan sambil merasa jijik karena air kotor itu.

"Siapa yang menaruh ember disini?!" Rosie mengeluh. Lalisa datang membantu. Sedangkan Jisoo menunduk menahan marah.

"Kau baik-baik saja?" Lalisa bertanya dengan khawatir. Rosie segara meringis mendapati sikutnya memar. Kesal karena sikutnya memar Rosie pun menendang ember itu.

We Are Her MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang