19. Separated

110 6 0
                                    

Jennie mengerjapkan matanya untuk ke sekian kalinya.

Saat dia sadar bahwa dirinya lagi dan lagi terbaring di ranjang asing dengan bau obat-obat yang menyengat.

Menyimbak selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Jennie menyeringit saat merasakan belakang kepalanya sakit.

Dia mengeluh sambil mengusap belakang lehernya.

Mengingat apa yang membuat lehernya sakit, namun nihil. Bukannya ingat kepalanya malah semakin sakit. Jadi dia mengabaikannya dan mulai turun dari ranjang.

Tebaknya mengapa lehernya sakit, mungkin saja karena dia terlalu lama tidur.

Jadi Jennie segara menepis pikirannya. Tidak sadar bahwa itu ulah teman-temannya.

Memakai sendal rumahnya. Jennie terkaget saat mendapati seseorang tengah meringkuk di sofa dekat ranjangnya. Penasaran dengan orang itu.

Meneliti lebih dekat, Jennie menghela nafas saat ia mengenali orang itu.

Lalisa.

Gadis pemilik poni anti badai itu tengah meringkuk nyaman di balik selimut tebal yang membungkus tubuhnya hingga sebatas dagu.

Itu yang membuat Jennie tidak langsung mengenali gadis itu.

Meneliti lebih jauh, Jennie menghela nafas berat saat sofa itu tidak bisa menampung semua panjang tubuh Lalisa.

Gadis itu meringkuk menekuk sebagia besar tubuhnya membuat ia lebih terlihat seperti udang di panci panas.

"Badannya akan sakit jika bangun nanti." Jennie mengeluh. Dia menarik satu single sofa dan menyabungkan. Membenarkan tubuh Lalisa saat salah satu tangan gadis itu mengantung di sofa. Jennie menarik kaki Lalisa yang menekuk untuk berselonjor.

Selesai mengurus bayi besarnya. Jennie mengeluh saat badannya terasa pegal.

Dia segara mencari saklar lampu utama dan menyalahkannya.

Mengambil air untuk menengaknya. Jennie mendapati siluet seseorang masuk ke dalam ruangan.

Segara menyeka mulutnya Jennie melangkah.

Alangkah terkejutnya saat dia mendapati Rosie tengah mengedong baby boy.

"Rosie!" Rosie yang sedang kesusahan mendorong tiang selang infus pun mendongak. Mendapati Jennie yang sudah bangun.

Tanpa pikir panjang Jennie segara berlari menghampiri Rosie. Saat ia melihat baby boy tengah meringkuk di pelukan Rosie.

Pipi dan mata Jennie mulai memerah saat dia mendapati pria manis itu terlihat pucat dan lesu.

"Baby..." Mendengar suara yang amat familiar di teliganya, baby boy segara mengangkat kepalanya. Dan segara mendapati wajah matang Jennie.

Baby boy tidak bisa menahan dirinya dan segara merentakan tangannya pada Jennie. Dia benar-benar merindukan Mommy-nya sekarang.

"Mamama..." Jennie segara mengambil baby boy dari gendongan Rosie saat bibir baby boy mulai melengkung. Tentu Jennie tidak bisa membiarkan baby boy menangis. Karena dia sangat merindukan pria kecil itu.

Rosie di sisi lain hanya bisa tersenyum. Memberikan baby boy pada Jennie. Dia tahu bahwa baby boy sedari tadi mencari Jennie. Namun Rosie enggan untuk membawa baby boy kepada jennie karena gadis itu belum sadar saat baby boy sadar.

Jadi dia berinisiatif untuk membawa baby boy untuk berkeliling sebentar. Mengalihkan perhatian pria kecil itu yang sedari tadi mengoceh mencari Jennie.

Namun tetap saja insting dan ikatan batin keduanya sudah kuat.

We Are Her MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang