Setelah terjebak cukup lama dengan dokter muda Nan cantik Irene beserta anaknya yang tampan dan manis bernama Mike pada akhirnya rombongan baby boy bisa bergerak juga. Dengan Rosie yang berjalan seperti mayat hidup. Lelah setelah di bondong dengan beribu pertanyaan dari dokter muda itu tentang dirinya dan juga Sean alias baby boy.
Jisoo pada akhirnya bertugas membawa baby boy pun tersenyum. "Sungguh luarbiasa Rosie ku hari ini." Jelasnya. Lalisa yang mengandeng Rosie pun tak bisa melepas senyumannya. Begitu juga Jennie yang tertawa.
"Aku hampir menangis mendengar ceritamu bersama Sean." Jelasnya lalu di iringin tawa jenaka. Berbeda dengan wajah Rosie yang berubah buruk rupa tak enak di pandang. Setelah mendengar semua pujian itu.
"Berhenti memujaku, itu semakin menyebalkan di telingaku." Jelas Rosie. Lalisa pun mencolek dagu gadis itu.
"Kenapa kau jengkel, itu benar-benar keren. Kau habis menipu seorang dokter. Bukankah itu gila!" Jelas Lalisa.
"Maka dari itu, pujian itu seperti dosa di telingaku." Jelas Rosie. Walaupun dia jengkel dengan Irene. Tapi batin merasa tak enak saat dia berhasil menipu bahkan berbohong dengan dokter muda itu.
Mereka semua pun pada akhirnya diam tak membahasnya lagi.
"Oh iya bagaimana kau bisa mendapat nama bagus itu. Sean itu cukup keren untuk baby boy." Jelas Lalisa pada akhirnya teringat. Dia ingin bertanya dan hampir melupakannya.
Rosie pun mengerucutkan bibirnya. "Aku hanya iseng mengambil nama tengahku. Rosèannne Park, menjadi Sean." Jelasnya. Rosie singkat. Wajah Lalisa pun bersinar karena gembira. Saat tahu betapa jeniusnya Rosie.
"Apakah sekarang kita panggil dia Sean?" Tanya Jisoo. Rosie mendelik dengan tatapan tidak suka.
"Tidak itu hanya saat hal mendesak seperti tadi." Jelasnya. Lalisa pun bingung mendengarnya.
"Bagaimana aku tak mengerti?" Tanya Lalisa. Rosie menghela nafas lelah. "Jika dia bersamaku dia bernama Sean, dan jika bersama kalian, yah kalian buat nama panggilan sendiri untuknya." Jelasnya. Membuat otak Lalisa mengeluarkan asap.
Mengabaikan Lalisa yang bingung Jennie tersenyum. "Tapi aku suka dengan nama Sean itu cukup cocok untuknya." Jelas Jennie membuat semuanya menoleh. Rosie mendengar itu pun tersenyum kecut.
"Yaaa! Tidak kreatif!" Rosie menyela.
"Kenapa tidak kau sudah memberikan nama untuknya kenapa aku harus repot mencari nama lain." Jelas Jennie. Mulai ribut dengan Rosie.
Jisoo dan Lalisa paling tertekan dengan semua itu. "Mereka mulai bertingkah seperti ibu sungguhan." Gumam Jisoo.
"Kalian bagaimana?" Tanya Rosie. Jennie pun menoleh ke arah Lalisa dan juga Jisoo.
"Ah itu aku—"
"Aku ikut saja." Jelas Lalisa memotong ucapan Jisoo dengan cepat dan membuat wajah gadis itu menghitam.
Tak setia kawan.
"Ayolah berhenti melakukan ini aku tertekan di sini." Jelas Jisoo. Membuat mereka tertawa.
"Ayolah itu mudah. Kau tak mau memberi namamu untuk baby boy." Jisoo tertekan atas semua dorongan itu.
"Hanya menggunakan namamu atau sesuatu yang melintas di otakmu." Jisoo pun mengerutkan alisnya berpikir keras. Dia menatap baby boy yang tenang di gendongannya.
"Tidak tahu."
"Ah—"
"Apa aku tak mendengarnya." Jelas Lalisa.
"Tidak tahu! Aku tidak tahu dan tidak mempunya ide." Ucap Jisoo cepat. Mereka pun menatap Jisoo bersamaan.
"Jangan tanya kenapa karena tidak ada nama apapun yang melintas di otakku, aku ikut kalian kita panggil dia Sean!" Jisoo menghela nafas frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Her Mother
Humor18+ Bagaimana ceritanya saat empat orang gadis yang terkenal dingin, konyol, tomboy dan tidak perduli harus mengurus seorang bayi. Bagaimana kehidupan mereka yang tenang, tidak suka di atur, bebas. Tiba-tiba harus berubah karena kehadirannya bayi m...